tag:blogger.com,1999:blog-59655594578690113902024-03-09T07:22:12.519+07:00our strugglePeduli Terhadap Sesama dalam Keseriusan dan Ketenangan. Sesekali Senyum dan Tertawa Ketika Situasi dan Kondisi Menampakkan Kekronisan Keadaan Masyarakat. Senyum dan Tawa kegelian Manakala Kita Menyaksikan Dagelan Kebijakan, Sandiwara Politik.Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comBlogger39125tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-63681377696387177142013-06-21T00:39:00.000+07:002013-06-21T00:40:51.552+07:00Hariman Siregar : Biar Rakyat Yang Melawan<SPAN style='FONT-SIZE: 10pt; FONT-FAMILY: Arial; FONT-WEIGHT:Normal;'>Tokoh Malari dr. Hariman Siregar menilai ada kerancuan dalam istilah subsidi yang selama ini digunakan Pemerintah untuk kepentingan rakyat, termasuk dalam menentukan harga BBM. Di sela- sela diskusi mingguan Indemo, Rabu (19/6), wartawan Sayangi.com Mohammad Ilyas mewawancarainya sehubungan dengan rencana Pemerintah menaikkan harga BBM. Berikut petikannya: <br><br>Bagaimana Anda melihat rencana kenaikan harga BBM, karena Pemerintah mau kurangi beban subsidi?<br><br>Istilah subsidi BBM itu rancu, menyesatkan, kalau kita bicara Indonesia. Coba lihat UUD '45, dari segi ekonomi kita kan mesti mengatur rumah tangga kita sendiri. Seperti minyak, itu mesti dilihat secara keseluruhan, dikelola negara untuk kesejahteraan rakyat. Artinya, apa kita memang pantas menaikkan harga BBM di tengah kondisi ekonomi kita seperti sekarang ini? <br><br>Dalam kasus subsidi BBM? <br><br>Jangan kita lihat apakah ini subsidi atau bukan subsidi. Penerimaan kita sudah jelas. Misalnya saat ini Rp1000 triliun lebih. Kita bisa lihat pengeluaran kita berapa untuk stimulus ekonomi kita. Seperti Cina mengatur ekonomi mereka dengan banyak sekali melakukan stimulus. Amerika juga seperti itu di bidang pertanian. Tapi mereka melakukan itu tanpa mengistilahkan dengan kata subsidi. Di India, harga obat-obatan kan wajar, tapi mereka enggak bilang itu subsidi. <br><br>Berarti bahasa subsidi mestinya tidak perlu dibesar-besarkan? <br><br>Ya, poinnya itu. Perdebatan kemarin itu tidak menyentuh esensinya, yaitu bagaimana mengatur rumah tangga kita sendiri. Misalnya sekarang mau menaikkan harga bensin hanya untuk menghemat Rp50 triliun. Itu akan muncul perdebatan, kenapa kita enggak berikan cukai tambahan pada pabrik mobil dan pabrik motor yang jelas-jelas merusak kita semua. Mengapa pabrik mobil tidak kita berikan surcharge (biaya tambahan), motor juga begitu. Menaikkan pajak emisi kan bisa diterima oleh World Bank dan WTO. <br><br>Pemerintah berdalih subsidi tidak tepat sasaran? <br><br>Itu bukan alasan yang tepat. Sebenarnya pemerintah kok yang boros. Mereka yang tidak bisa mengatur pengeluaran. Pemerintah kan bisa menekan pengeluaran kalau hanya Rp 50 triliun. Banyak yang bisa dihemat. Kita yang mengerti akhirnya bertanya, apa sih maunya orang ini? Kita semua kan tahu, dengan mempertahankan kurs di bawah Rp 10.000 per dolar AS Pemerintah sebenarnya mensubsidi orang asing yang naruh uang di Indonesia. Kan bisa dibilang begitu. Karena sebenarnya nilai tukar kita sudah Rp12 ribu. Kalau dilihat dalam dua minggu ini, cadangan devisa kita ini turun hampir 800 juta dolar tiap hari. Gimana coba menjelaskannya. <br><br>Jadi, kebijakan Pemerintah keliru? <br><br>Ya dong. Pemerintah naikkan harga minyak di saat harga minyak luar sedang turun, itu gimana. Itu sudah menunjukkan bahwa mereka sudah tidak bisa mengurus negara, titik, itu aja. <br><br>Kan Pemerintah juga punya alasan kuat? <br><br>Alasan mereka gak bisa kita terima. Mereka pembohong, gitu aja, titik. Mereka menggunakan istilah subsidi itu kan menyesatkan. Subsidi itu apa sih? Subsidi itu kan sebenarnya bagian dari pada kebijakan nasional. Kenapa mereka enggak bilang dolar disubsidi untuk nyenengin asing. Semua ini menunjukkan bahwa mereka itu tidak mampu mengatur perekonomian negara. <br><br>Solusi Anda ketika harga BBM mau dinaikkan? <br><br>Tawaran solusi saya dari awal, presiden harus diganti. Pemerintah harus diganti, karena tidak mampu mengatur negara. Bisanya cuma ngutang. Supaya bisa ngutang gampang, kurs dipertahankan. Subsidi asing, karena asing benci melihat kita kasih uang kepada rakyat. Kalau soal menaikkan BBM, nanti pemerintah berhadapan langsung dengan rakyat, lihat di mana-mana keadaan sudah kacau, rakyat pasti berontak. Kalau pemerintah cuma cari Rp 50 triliun, kenapa gak cari tambahan dari pajak, misalnya pajak motor, pajak mobil, barang mewah. Karena mereka lobinya kuat, gak berani pemerintah, beraninya sama kita. Jadi kalau contoh rekening gendut, mana berani polisi ngomong. Jadi kelihatan sekali kalau diskriminatif. Jadi negara salah urus. Yang bikin kacau, karena negara kasih subsidi pada orang asing, subsidi dolar, tapi subsidi untuk rakyat sendiri dipotong. <br><br>Berarti kita sudah dikendalikan Asing? <br><br>Semua sudah enggak tahan. Biarlah rakyat yang melawan, bukan kita. Negara ini cuma enforce (pelaksanaan) dari pasar. Pasar bikin aturan, enggak boleh gini, gak boleh gitu. Negara ikut pasar, bukan pasar ikut negara. Akhirnya kita jadi kacung asing.<br><br>Sumber : sayangi.com</SPAN>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-36023356671219496732013-05-19T14:03:00.000+07:002013-06-17T11:36:28.320+07:00Mengenang Nuku Sulaiman<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; font-weight: Normal;">Pasca subuh, aku merebus air, membaca beberapa lembar berita, menjadi mual. Menyeduh teh dalam Poci dan menyiapkan gula batu Duduk sendiri menikmati teh hangat dan pagi yang mendung, suasana yang aneh, mengurai kenangan tentang kaum pergerakan yang kukenal. <br /><br />Inilah kenangan terhadap abang ideolog, inspirator yang mati muda, Nuku Sulaiman. Pada kenyataannya setelah reformasi 1998 bergulir selama kurang lebih 14 tahun keadaan Indonesia tidak menjadi lebih baik. Hari ini serasa keadaan semakin banal. Apa yang disebut sebagai perjuangan reformasi untuk membersihkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme tidaklah semudah membalik telapak tangan. <br /><br />Di tahun 1998 itulah para pemuda dan mahasiswa berjuang bersama rakyat. Suasananya sangat romantis, rakyat menyediakan nasi bungkus kepada ribuan pengikut aksi massa yang bergerak di jalanan kota-kota besar di Indonesia. Di tahun 1998 itulah setiap kekuatan Orde Baru yang telah berkuasa hampir 32 tahun tumbang bersama pernyataan berhentinya Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia. <br /><br />Jika boleh melongok ke belakang, pada masa- masa sebelum 1998 itu, ketika setiap orang berani menjadi aktifis, ada suatu masa di tahun 80an lahirnya kelompok-kelompok studi mahasiswa dan pers mahasiswa. Hingga tahun 1990an para aktifis yang berkecimpung di dalam kelompok studi mahasiswa dan pers kampus itu sebagian menghijrahkan pilihan aktivisme mereka kepada metamorfosa gerakan sosial sebagai penggiat Lembaga Swadaya Masyarakat. <br /><br />Nuku Sulaiman adalah sebuah nama seorang aktivis yang tergolong mati muda di usia 38 tahun. Ia pernah menjabat sebagai ketua Pijar (Pusat Informasi dan Jaringan Aksi untuk Reformasi) di Jakarta. Ia wafat pada tanggal 18 Februari 2003 di Jakarta. Sepak terjangnya menorehkan sejarah dalam melakukan perjuangan melawan kediktaroran Orde Baru. <br /><br />Pada setiap kematian seorang aktivis muda, semestinya ada makna di balik itu. Demikianlah kematian Nuku Sulaiman semestinya tidak hanya dikenang, tetapi menjadi tonggak ingatan untuk kembali menjadi refeksi antara keadaan hari ini dengan cita-cita perjuangan masa lalu. <br /><br />Perubahan demi perubahan terjadi setelah 1998. Penguasa Republik Indonesia silih berganti. Habibie, Gus Dur, Megawati dan dua periode sejak 2004 hingga 2014 nanti adalah Susilo Bambang Yudhoyono. <br /><br />Barangkali kawan-kawan aktifis seangkatan Nuku Sulaiman hari ini telah berada di sekitar kekuasaan. Apapun jabatannya, apapun aktifitasnya para aktifis itu kini telah menikmati apa yang menjadi tujuan politik mereka. Perubahan memang telah terjadi, jika sebelum 1998 para aktifis masih tinggal di kamar kos, kini hidup tercukupi di rumah yang cukup besar dengan fasilitas kekuasaan yang nyaman. Itu tidak salah dan juga tidak pula benar.<br /><br />Apa yang para aktifis nikmati itu adalah hasil dari jerih payah mereka ketika dulu berada di dalam medan perjuangan politik. <br /><br />1998 adalah gerbang menuju kekuasaan itu. Politik menyediakan semua kebutuhan hidup. Sandang, pangan dan papan serta kendaraan. Kini, dari mulai sekitar lingkaran lurah hingga Presiden tidak sulit menemukan wajah-wajah aktifis pergerakan yang dulu melawan Soeharto dan Orde Baru. Di sekitar parlemen dan kabinet mudah diidentifikasi para think thank yang dulunya adalah aktifis pergerakan jaman Orde Baru. <br /><br />Namun, apakah keadaan menjadi lebih baik?. Pada kenyataannya tidak. Jika demikian yang terjadi, semestinya Nuku Sulaiman menjadi cermin dari kembalinya moralitas kaum pergerakan untuk kembali kepada kitah yaitu memperjuangkan rakyat. Memperjuangkan rakyat yang dicita-citakan di masa-masa parlemen jalanan berhadapan dengan moncong senjata, pentungan dan penculikan. <br /><br />Ada visi pada masa itu, kenapa hari ini visi itu hilang?. Nuku Sulaiman pada tahun 1993 ditangkap aparat keamanan Orde Baru karena didakwa melakukan tindakan subversif dengan menyebarkan sticker bertuliskan Soeharto Dalang Segala Bencana (SDSB). Ia dihukum oleh penguasa Orde Baru dengan hukuman yang cukup lama, selama bertahun-tahun sejak diputus bersalah (24 Februari 1994) karena dakwaan subversi, Nuku menghuni Rumah Tahanan Cipinang, Jakarta. <br /><br />Setiap angkatan memiliki simbol, jika era 60 an Soe Hok Gie dan Ahmad Wahib dikenang melalui catatan harian mereka, maka hari ini tidak banyak yang mengenang pada angkatan 80 an tentang lahirnya aktifis bernama Nuku Sulaiman. <br /><br />Ia belum sempat mencemari perjalanan reformasi dengan kenikmatan kekuasaan. Boleh jadi, setelah 1998 masing-masing pribadi aktifis gerakan mencari jalan kekuasaan, bisa jadi tahun 2004 setelah pemilu wajah-wajah para aktifis mulai hadir di televisi sebagai bagian dari lingkaran kekuasaan, di tahun 2008 bisa kita lihat para mantan aktivis telah berada di dalam penyelenggaraan kekuasaan itu sendiri. <br /><br />Namun tidak berarti semua aktifis mengalami keadaan yang mujur. Banyak yang masih tercecer di pinggiran sejarah, mengais rejeki dari kran politik yang kadang mengucur kadang mampet. Mereka harus bersabar ketika diombang-ambingkan isue- isue politik yang seringkali provokatif dan hanya menuai hasil recehan. <br /><br />Itulah barangkali dinamika dari sebuah pilihan yang disebut "Ranah Politik". Nuku Sulaiman memang hanya sebuah nama, syukur jika dikenang, mujur jika tercatat. Sebab hari ini, pada ranah politik setiap orang berebut remah-remah kekuasaan, sering tak sabar berjuang. Maka tidak heran jika tidak ada jawaban bagi pertanyaan "Mau ke mana arah republik ini?". <br /><br />Mungkin ada satu atau dua mantan aktifis yang masih konsisten, mereka melakukan gerakan klandestin di dalam tubuh kekuasaan untuk mewujudkan cita-cita yang dulu mereka bangun di kamar kos atau rumah kontrakan sarang gerakan sebagai angan-angan kesejahteraan rakyat adil makmur" Walahualam bisawab.<br /><br />Sumber : senayanmagazine.com</span>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-57272746505580790502013-05-15T02:34:00.000+07:002013-06-17T11:37:00.540+07:00Sosialisme Kerakyatan Sjahrir Antitesis Komunisme-Fasisme<html><head></head><body><span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; font-weight: Normal;">Secara intelektual, Sjahrir dibesarkan dalam tradisi sosial-demokrasi Eropa. Ia percaya Marxisme, namun tidak percaya pada hukum-hukum sejarah yang niscaya pada satu tujuan tak terelakkan seperti yang diyakini kaum Komunis. <br /><br />Ia menolak adanya partai yang menganggap diri tak pernah salah dan punya otoritas menafsirkan teori Marxisme. Sjahrir menampik koletivisme yang mengancam demokrasi, dan oleh karenanya ia menolak komunisme dan fasisme. <br /><br />Secara sepintas, komunisme tak berbeda dengan fasisme. Keduanya sama-sama sistem yang totaliter dan tak menghargai kebebasan manusia. <br /><br />Hani R. Hartoko, alumnus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dalam salah satu esainya menulis: komunisme adalah sistem totaliter yang mengindustrialisasi suatu masyarakat terbelakang; sedang fasisme adalah sistem totaliter untuk menyelesaikan konflik-konflik dalam masyarakat yang lebih maju industrinya. <br /><br />Sjahrir sangat menolak fasisme. Ini terlihat dari pamfletnya yang terkenal, Perjuangan Kita. Ia menyesalkan, masuknya fasisme dalam jiwa bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan, sebagaimana tertulis dalam Perjuangan Kita: 'Pemuda kita itu umumnya hanya mempunyai kecakapan untuk menjadi serdadu, yaitu berbaris, menerima perintah menyerang, menyerbu dan berjibaku dan tidak pernah diajar memimpin. Oleh karena itu, ia tidak berpengetahuan lain, cara ia mengadakan propaganda dan agitasi pada rakyat banyak itu seperti dilihatnya dan diajarnya dari Jepang, yaitu fasistis. Sangat menyedihkan keadaan jiwa pemuda kita'. <br /><br />Menurut J.D. Legge, sejak dulu, Sjahrir telah menyadari kemungkinan-kemungkinan otoriterisme yang melekat pada sebagian besar pemikiran kaum nasionalis, yang memandang negara sebagai sesuatu yang memungkinkan pemenuhan diri individu. <br /><br />Dalam pamflet Perjuangan Kita, Sjahrir menekankan perlunya revolusi kerakyatan. "Revolusi kita ini yang keluar berupa revolusi nasional, jika dipandang dari dalam berupa revolusi kerakyatan," tulisnya. <br /><br />"Negara Republik Indonesia yang kita jadikan alat dalam revolusi rakyat kita harus kita jadikan alat perjuangan demokratis, dibersihkan dari sisa-sisa Jepang dan fasismenya." <br /><br />Siapa yang memimpin revolusi ini? <br /><br />Sebagaimana keyakinan Sjahrir soal partai kader, partai dibentuk oleh mereka yang terdidik, berdisiplin, berpengetahuan modern untuk membawa rakyat dalam revolusi. <br /><br />Menarik bahwa Sjahrir lebih mengedepankan demokrasi ketimbang nasionalisme dalam sebuah revolusi. Dalam Perjuangan Kita, ia menulis: " revolusi nasional hanya merupakan hasil dari revolusi-demorasi kita. Bukan nasionalisme harus nomor satu akan tetapi demokrasi, meskipun kelihatannya lebih gampang kalau orang banyak dihasut membenci orang asing saja." <br /><br />Pemikiran Sjahrir dalam Perjuangan Kita, terutama mengenai kewaspadaan terhadap fasisme, masih sangat relevan untuk Indonesia saat ini. Belajar dari bangkitnya rezim-rezim fasis dan ultranasionalis di seluruh Dunia, semua berawal dari situasi negara yang tak stabil. Rakyat merasa tidak aman, miskin, dan pemerintah cenderung tak berani bersikap. <br /><br />Situasi seperti ini menyediakan potensi munculnya orang kuat yang menggunakan doktrin nasionalisme untuk membangkitkan pemerintahan totaliter. Maka demokrasi harus dipelihara. <br /><br />Sosialisme Kerakyatan <br /><br />Rosihan Anwar mengatakan, salah satu sumbangsih Sjahrir untuk Indonesia adalah ideologi dan konsep ekonomi sosialisme kerakyatan. Ini bentuk lain dari sosialisme demokrasi yang diadaptasi dalam iklim sosial-politik Indonesia. <br /><br />Sjahrir tidak percaya perjuangan kelas masih relevan untuk meruntuhkan kapitalisme. Sosialisme justru bisa dicapai dengan jalan demokratis dan bukannya revolusi kekerasan. <br /><br />Kata kunci sosialisme kerakyatan adalah kemanusiaan. Sebagaimana dikutip Rosihan dari dasar-dasar dan pandangan politik Partai Sosialis Indonesia, "Sosialisme yang kita maksudkan adalah sosialisme yang berdasarkan atas kerakyatan, yaitu sosialisme yang menjunjung tinggi derajat kemanusiaan, dengan mengakui dan menjunjung persamaan derajat tiap manusia orang seorang <br /><br />Sosialisme semestinya tidaklah lain daripada penyempurnaan dari segala cita-cita kerakyatan, yaitu kemerdekaan serta kedewasaan kemanusiaan yang sebenarnya." 'Kemanusiaan' pula yang membuat Sjahrir tak sejalan dengan kaum Komunis yang dijiwai ajaran dogmatis Stalin dan Lenin. <br /><br />"Mereka menghancurkan, dalam diri mereka sendiri, jiwa serta semangat sosialisme, yaitu kemampuan menghargai kemanusiaan dan martabat manusia," katanya dalam pidato di Kongres Sosialis Asia II,di Bombay, India, 6 November 1956. <br /><br />Namun Muhammad Chatib Basri, ekonom Universitas Indonesia yang propasar, mengkritik kontradiksi Sjahrir. Di satu sisi, Sjahrir bicara soal kemanusiaan dan menolak kolektivisme ala komunis. Ia tak percaya mekanisme pasar. Di sisi lain, Sjahrir ingin adanya kebijakan negara yang menjaga kebebasan individu. Padahal, negara berpotensi menghancurkan kebebasan individu dan kemanusiaan. <br /><br />Mengutip Kenneth Arrow, Basri mengingatkan: preferensi sosial tak selamanya sejalan dengan preferensi individu. Mayoritas berpotensi menginjak minoritas. Sebaliknya, tak ada jaminan juga, preferensi pemerintah yang terdiri atas segelintir orang akan sejalan dengan preferensi publik. <br /><br />Apa yang bisa kita ambil dari sosialisme kerakyatan Sjahrir ini? Pada dasarnya, semangat pemerintah untuk menyejahterakan rakyat haruslah menjunjung tinggi asas kemanusiaan seseorang. <br /><br />Program-program pemerintah tak boleh mengabaikan penghargaan terhadap rasa kemanusiaan, walaupun program itu mengatasnamakan kesejahteraan. Pemberian bantuan langsung tunai secara serampangan jelas mengabaikan penghargaan terhadap rasa kemanusiaan, karena menganggap manusia tak ubahnya pengemis dan menciptakan mentalitas pengemis. <br /><br />Seperti kata Sjahrir, sebuah program pembangunan dan pemerintah haruslah penyempurnaan cita-cita kerakyatan, salah satunya kedewasaan kemanusiaan. [air] <br /><br />Muchlis Hasyim, Pendiri Inilah Group <br />Sumber : Inilah Koran</span></body></html>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-74019520255870188342013-05-15T02:23:00.000+07:002013-06-17T11:37:38.488+07:00Satu Abad Sutan Sjahrir Bapak Sosialisme yang Melampaui Zamannya<span style="font-family: Arial; font-size: 10pt; font-weight: Normal;">Oleh : Herdi Sahrasad<br /><br />Sutan Sjahrir adalah negarawan, inteligensia, inspirator bangsa, dan pejuang yang pemikiran dan visinya melampaui zamannya. Sudah terlalu lama Sutan Sjahrir, yang pernah berjuang bersama Bung Karno dan Bung Hatta, terlupakan atau dilupakan. <br /><br />Sutan Sjahrir genap 100 tahun pada 5 Maret 2009 ini. Ironisnya, dia dirindukan tapi dilupakan, oleh negara dan bangsanya sendiri, yang diperjuangkan dan dicintainya sepenuh hati. <br /><br />Jika revolusi sering memakan anak-anaknya sendiri, kini justru sejarah yang melupakan anak kandungnya sendiri. Seakan Sjahrir dilupakan meski dirindukan. <br /><br />Sjahrir adalah perdana menteri (PM) pertama Indonesia dengan seabrek pengalaman dalam diplomasi di masa kemerdekaan, yang sungguh kurang dikenal generasi muda, pelajar, dan mahasiswa. <br /><br />Dengan lirih Siti Rabyah Parvati Sjahrir, putri kedua mendiang Sutan Sjahrir, dalam konferensi pers "Peringatan 100 Tahun Sjahrir" di Jakarta Media Center baru-baru ini membisikkan kata-kata: 'Sayangnya, kebanyakan orang masa kini, generasi muda pada tingkat sekolah dasar hingga mahasiswa, tokoh sipil ataupun militer, guru sejarah, tidak mengetahui tentang Sjahrir.' <br /><br />Sungguh, sejarah Sutan Sjahrir adalah sejarah marjinalisasi peran dan posisinya dalam lintasan politik Indonesia. Sebuah kisah peminggiran dalam sejarah 'Indonesia modern', republik di khatulistiwa yang dicintai dan diperjuangkan semasa hidupnya. <br /><br />Sungguh, sebagai pejuang, inteligensia, negarawan, dan inspirator bangsa, Sutan Sjahrir telah memberikan hidupnya bagi Indonesia. Dan sekarang, tak ada lagi tokoh sekelas Sjahrir, termasuk para elite politik era reformasi terkini. <br /><br />Siti Rabyah Parvati Sjahrir (Upik Sjahrir), putri mendiang Bung Sjahrir, sering melukiskan ayahnya sebagai pahlawan yang dilupakan oleh rakyatnya sendiri. Ini paradoks dan ironisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara era reformasi. <br /><br />Semua itu seakan mengonfirmasikan kebenaran pandangan Ben Anderson dalam karyanya, Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1945 (Cornell University Press, 1972), yang mencatat bahwa Sjahrir dan pengikutnya adalah kelompok intelektual yang teralienasi dari arus bawah, sekalipun pada saat-saat tertentu mampu menggunakan pengaruhnya. <br /><br />Saya kira pandangan Anderson yang kontroversial itu tidaklah sepenuhnya benar. Sebab, Sjahrir terlibat revolusi, bahkan sejak usia sangat muda. Pada usia belasan tahun, dia sudah terlibat dalam gerakan kebangsaan memelopori Sumpah Pemuda Oktober 1928 dan bertahun-tahun dipenjara oleh Belanda. <br /><br />Pandangan Anderson ini merupakan revisi atas pandangan sebelumnya dari karya klasik George McTurnan Kahin dalam Nationalism and Revolution in Indonesia (1952). Kahin mengemukakan, Sjahrir adalah tokoh paling berpengaruh dalam hari-hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Anderson mencatat sebaliknya, Sjahrir berada di luar arus utama revolusi kemerdekaan. Ini pun masih kontroversi. <br /><br />Sjahrir, dalam persepsi saya, adalah tokoh yang punya pengaruh pada hari-hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan dan sesudahnya, dan fakta sejarah menyingkapkan bahwa Sjahrir berperan jelas dan tandas dalam arus perubahan masa kemerdekaan itu. Meskipun dia mungkin bukan sosok 'paling berpengaruh dan berperan'. Sjahrir tak pernah menuntut pengakuan itu, sama sekali tak perlu pengakuan itu. <br /><br />Dia memang berada di bawah bayang-bayang kebesaran Soekarno dan Hatta. Namun, visi intelektualnya sangat jauh ke depan, mungkin melampaui Soekarno-Hatta itu sendiri. Seperti cahaya ufuk yang memancar ke arah kejauhan, menembus rimbun gelap dahan dan pepohonan. <br /><br />Sjahrir, meminjam bahasa Kahin, adalah arsitek terjadinya pergeseran sistem pemerintahan pada November 1945 dari sistem presidensial menuju parlementer. Meskipun Ben Anderson melihat pergeseran sistem itu sebagai 'silent coup' (kudeta diam-diam) dari kubu Sjahrir. Benarkah demikian? Para sesepuh kita sering menyingkapkan bahwa Soekarno-Hatta secara sadar memberikan kesempatan Sjahrir karena pertimbangan kompleksitas keadaan di dalam dan luar negeri waktu itu, dalam kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia, negeri yang sebelumnya dijajah fasisme Jepang. <br /><br />Beragam Interpretasi<br /><br />Toh yang pasti, di mata John Legge, profesor saya di Monash University, Australia, pemikiran Sjahrir mempunyai makna dalam beragam interpretasi. Makna pemikirannya itu bukan terletak pada perannya sebagai sebuah organisasi politik, melainkan pada fakta bahwa dia merepresentasikan suatu aliran moral dan politik yang bersumber dari nilai-nilai kehidupan bangsa kita. Dia memperjuangkan human dignity, martabat manusia dengan segala suka dukanya. <br /><br />Dalam momentum 100 tahun Sutan Sjahrir, 5 Maret 2009 (besok), hendaknya peran dan posisinya dalam perjuangan Indonesia mendapat tempat proporsional. Banyak kalangan yang tidak mengenal Sjahrir karena minimnya informasi memadai mengenai Bapak Sosialisme Indonesia itu. Padahal, Sjahrir merupakan perdana menteri pertama Indonesia dan seorang diplomat ulung pada masanya. <br /><br />Seperti diartikulasikan Upik Sjahrir, banyak anak SD, SMP, dan SMA yang tidak mengenal Sutan Sjahrir. Bahkan, ada yang mengira beliau adalah Sutan Takdir Alisjahbana. Ini karena informasi yang sangat sedikit mengenai Sjahrir. <br /><br />Di masa perang kemerdekaan, Sjahrir menulis dalam salah satu pamflet: 'Pemerintahan harus di- demokratiseer. Sesudah proklamasi dikumandangkan, pamflet tersebut makin sering ditulis. Menurut Sjahrir, di masa hidupnya dulu, risalah itu adalah ikhtiar mengupas perkara pokok dalam perjuangan.' <br /><br />Pamlet Sjahrir berjudul Perjuangan Kita yang mengingatkan bangsa ini untuk berjuang mengatasi kolonialisme, fasisme, feodalisme, dan totaliterisme, membuat Sjahrir pasti berseberangan dengan semua pemimpin otoriter di republik ini. Sjahrir tak menolak persatuan dan kesatuan secara rasional, namun dia menentang persatuan dan kesatuan secara represif dan otoritarian. Semoga. <br /><br />*Penulis adalah Associate Director The Freedom Foundation dan Center for Islam and State Studies (Pusat Studi Islam dan Kenegaraan- PSIK) Universitas Paramadina di Jakarta<br /><br />Sumber : www.padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=335</span>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-50183899871782917562013-05-15T01:55:00.000+07:002013-06-17T11:38:06.996+07:00Sosialisme Jiwa Konstitusi KitaHarian Kompas (27/2) memuat artikel "Mitos Neososialisme" oleh Mario Rustan. Di dalamnya, sang penulis mengatakan, dimuatnya sejumlah artikel mengenai sosialisme di harian Kompas beberapa hari sebelumnya merupakan bentuk "kecintaan" para intelektual kiri Indonesia atas "rezim otoriter di Rusia, China, Iran, dan Amerika Latin" serta ketidaksukaan mereka atas "Barat dan kaum menengah ke atas Indonesia". Agaknya penulis melupakan fakta bahwa dua penulis artikel di Kompas yang dikritik—Ivan Hadar dan Robert Bala—adalah simpatisan orang miskin dan pencinta sosialisme, yang persis merupakan dua elite intelektual Indonesia didikan Eropa Barat, yaitu Jerman dan Spanyol. Terlepas dari itu, saya justru ingin menegaskan betapa eratnya konstitusi kita dengan nilai-nilai sosialisme.
<br />
<br />
Jiwa Kemerdekaan
<br />
<br />
Dalam artikel pada 15/8/2007, saya menulis tentang pilihan ideologis bangsa Indonesia yang tertuang dalam deklarasi kemerdekaan kita (Pembukaan UUD 1945) untuk mengusung tipe ideologi komunitarianisme demokratik.
<br />
<br />
Hal ini karena deklarasi kemerdekaan kita menekankan pada upaya untuk "memajukan kesejahteraan umum".
<br />
<br />
Ini membedakannya dengan deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang lebih bersifat individualisme demokratik. Dalam artikel itu, saya mengutip kajian Harvard Business School yang membagi dua jenis ideologi, yaitu individualisme dan komunitarianisme.
<br />
<br />
Salah satu varian individualisme, yaitu individualisme demokratik, lebih menekankan "persamaan kesempatan, berbasis kontrak, hak-hak milik, daya saing untuk memuaskan kebutuhan konsumen (yakni sebagian dari masyarakat yang punya daya beli), serta peran minim dari negara".
<br />
<br />
Sementara itu, salah satu varian komunitarianisme, yaitu tipe ideologi komunitarianisme demokratik (untuk membedakan dengan komunitarianisme yang tidak demokratik, yaitu fasisme dan feodalisme), lebih berorientasi pada "persamaan hasil (yang diharapkan bisa memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa), hak dan kewajiban anggota komunitas, memuaskan kebutuhan seluruh komunitas (terlepas punya daya beli atau tidak), peran aktif negara, serta bersifat holistik atau saling tergantung antarmanusia, dan manusia dengan alam".
<br />
<br />
Pembukaan UUD 1945 itu tentu tidak terlepas dari tradisi para pendiri republik yang banyak sekali bersentuhan dengan para pemikir sosialis Eropa maupun interaksi mereka dengan sesama pejuang kemerdekaan Asia. Bung Karno (seorang nasionalis, internasionalis, dan seorang pejuang sosialisme Indonesia) bahkan kerap mengutip para pemikir sosialis Eropa dalam tulisan-tulisannya yang terpenting selama era pergerakan. Roger K Paget (sebagaimana dikutip Alfian dalam buku Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia) dalam kata pengantar untuk buku Indonesia Accuses: Soekarno's Defence Oration in the Political Trial of 1930 bahkan menyebutkan, dalam tulisan Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme yang dibuat tahun 1926, Bung Karno mengutip sebanyak 13 kali sejumlah tokoh sosialis, mulai dari Otto Bauer (2 kali), Friederich Engels (3 kali), Karl Kautsky (1 kali), dan Karl Marx (7 kali).
<br />
<br />
Sementara dalam pidato pembelaaannya di hadapan pengadilan kolonial di Bandung pada tahun 1930, yang berjudul Indonesia Menggugat, Bung Karno mengutip sebanyak 24 kali tokoh sosialis dunia untuk mempertahankan posisi politiknya, yakni memerdekakan Indonesia bebas dari kolonialisme kapitalistik.
<br />
<br />
Daftar itu tentu akan lebih panjang lagi jika kita menyimak tulisan-tulisan para bapak bangsa yang lain, seperti HOS Cokroaminoto, Tan Malaka, Semaoen, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, dan Amir Sjarifuddin.
<br />
<br />
Jika majalah prestisius Newsweek pada awal abad ke-21 ini mengumumkan bahwa "kita sekarang semua adalah sosialis" tentu karena para pendiri bangsa kita pada awal abad lampau sudah memiliki kegeniusan yang otentik. Setidaknya, mereka sudah memikirkan hal yang sama dengan editor Newsweek (bacaan favorit kelas menengah ke atas di dunia) hampir seratus tahun lebih awal!
<br />
<br />
Tentu saja dalam sejarah perjalanan bangsa ini kegeniusan para bapak bangsa yang otentik itu sempat terinterupsi selama 32 tahun era Orde Baru yang menghabiskan sebagian waktunya untuk memfitnah sosialisme sebagai ideologi para ateis dan kaum ekstremis.
<br />
<br />
Kembali ke semangat awal
<br />
<br />
Hampir 64 tahun kita merdeka dan sudah lebih dari 10 tahun kita memasuki era reformasi, tetapi kita justru semakin jauh dari jiwa sosialisme yang diamanatkan para bapak (dan ibu) bangsa melalui Pembukaan UUD 1945. Hak-hak ekonomi rakyat malah diingkari oleh sebagian besar elite politik dan ekonomi kita.
<br />
<br />
Di antara indikasi dari pengingkaran itu adalah dikeluarkannya undang-undang yang memberangus kedaulatan rakyat atas sumber daya ekonomi bangsa. Salah satu, misalnya, adalah diloloskannya Undang-Undang Penanaman Modal oleh mayoritas fraksi di DPR (ditolak hanya oleh dua fraksi, yaitu PDI-P dan PKB). Undang-undang ini malah mengancam kedaulatan kaum tani atas tanah karena bisa dikuasai melalui hak guna usaha (HGU) oleh para investor asing selama 185 tahun, hak guna bangunan (HGB) selama 160 tahun, dan hak pakai selama 140 tahun.
<br />
<br />
Ini jelas mengingkari hak petani kita atas fungsi sosial dari tanah di republik ini. Hampir 64 tahun kita merdeka, ada tiga hal yang justru berada dalam bahaya. Pertama, kedaulatan bangsa (terutama di bidang pangan, energi, keuangan, dan pertahanan). Kedua, keadilan sosial. Ketiga, ke-bhinneka-tunggal- ika-an kita berdasarkan Pancasila. Semua ini terjadi karena banyak elite politik kita telah mengganti semangat demokrasi, patriotisme, dan sosialisme dengan semangat pragmatisme ala neoliberal, plutokrasi (kekuasaan politik berdasarkan uang), bahkan kleptokrasi (kekuasaan politik berdasarkan kemampuan mencuri uang).
<br />
<br />
Kehendak mulia para pendiri bangsa untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan turut menciptakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial kian digantikan oleh histeria spekulasi keuangan global kapitalistik. Sayang sebagian elite kita baru sadar setelah bacaan favorit mereka, Newsweek, menyadarkan bahwa menjadi sosialis itu bukan sebuah bentuk kepurbakalaan politik, melainkan lagu mars dan semangat zaman kita.
<br />
<br />
* Budiman Sudjatmiko Ketua Umum Repdem PDI-P
<br />
<br />
Artikel ini pernah dimuat di Harian KOMPAS – Kamis, 5 Maret 2009Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-86839980311891514472013-04-29T16:26:00.001+07:002013-06-17T11:38:38.713+07:00Interview Rahman Tolleng: Menjadi Sosialis dan Mendukung Sri Mulyani<div class="group">
<div class="intro">
Rahman Tolleng adalah legenda di kalangan aktivis politik Indonesia.
Kepada Deutsche Welle ia menyampaikan pandangan tentang tugas
Sosialisme, problem oligarki dan Sri Mulyani.
</div>
<div class="longText">
Rahman Tolleng adalah kisah tentang cinta yang keras kepala. Tentang apa
yang diinginkan dan tidak selalu tercapai. Ia terlibat dalam banyak
momen penting Republik. Ia selalu bergerak karena ia punya cita-cita
tentang Indonesia.<br />
Sosoknya paradoks, ia adalah orang yang aktif sekaligus “tidak
terlihat“. Rahman Tolleng tidak begitu suka tampil, ia sangat jarang
bersedia diwawancara, meski pintunya selalu terbuka untuk diskusi
politik.<br />
Ya, politik adalah <i>passion</i>-nya, meski lebih banyak berakhir
dengan kekecewaan.<br />
Setelah ikut menjatuhkan Soekarno dan membidani orde baru, Rahman
Tolleng berusaha mengubah dari dalam: ia bercita-cita membentuk Golkar
menjadi partai modern.<br />
“Tapi saya gagal, saya kalah...“ kata Rahman Tolleng menceritakan
pergulatan politiknya di awal pembentukan orde baru kepada <i>Deutsche
Welle</i>.<br />
<b><i>Deutsche Welle : </i></b><i>Sebagai orang yang
membidani orde baru apakah anda menyesal?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Saya tidak bisa dikatakan pendukung
orde baru, ya saya ikut menegakkan tetapi dengan konsep yang berbeda.
Konsep saya ingin membentuk organisasi politik menjadi partai modern,
ideologis dan disiplin. Tapi yang berjalan kan konsepnya Soeharto. Saya
gagal, saya kalah dalam banyak hal: misalnya dulu saya juga mengidamkan
terjadinya dwi partai, sebuah partai pemerintah yang dipimpin oleh
Soeharto dan partai-partai lama dibiarkan menjadi sebuah partai oposisi.
Ide ini saya lemparkan melalui Ali Moertopo (Asisten Pribadi Presiden
Soeharto-red), tapi Soeharto menolak.<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Ketika melontarkan ide ini, apakah
anda dan kawan-kawan yang ingin memperbaharui Golkar mendapat cukup
dukungan dari dalam?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Pada awalnya kami mendapat dukungan.
Konsep itu saya lempar saat mewakili Golkar dalam pertemuan yang
dihadiri Bakin, Golkar, ABRI. Saat itu saya uraikan bahwa Golkar ibarat
satelit yang butuh bantuan agar bisa meluncur. Apa boleh buat bantuan
ini berupa ABRI dan Birokrasi sebagai alat peluncur. Tapi kan seharusnya
alat peluncur tidak ikut terus menerus. Saat satelit sudah berada di
orbit, alat bantu itu harus dilepaskan: ABRI lepas, birokrasi juga
lepas, agar Golkar menjadi partai politik modern. Tapi Jenderal Maraden
Panggabean (Wakil Panglima AD-red) dalam sebuah kesempatan lain
menanggapi ide itu dengan mengatakan: di sini ada orang-orang yang ingin
memisahkan markas Golkar dari markas ABRI, dan ingin membuat markas
sendiri. Karena itu kita harus berhati-hati. Saat itu, semua orang yang
mengerti langsung melihat ke arah kami. Wah, kita sudah hancur lagi di
situ…<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Siapa yang paling keras menghantam
ide pembaharuan anda ketika itu?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Ini juga diwarnai persaingan antar
para Jenderal. Jadi itu konflik mereka, tapi konflik itu menggunakan
atau menjadikan sasaran orang-orang seperti saya. Waktu itu ada Forum
Jenderal, yang sebenarnya lebih banyak dipakai untuk menghantam Ali
Moertopo dan Sudjono Humardani (Keduanya adalah Aspri Soeharto-red).
Pada suatu ketika sehabis pertemuan Forum Jenderal, Ali Moertopo minta
kami ngumpul, ia bilang ada sesuatu yang penting. Ali Moertopo
menerangkan bahwa dia baru diserang habis-habisan karena dituduh
menampung PSI (Partai Sosialis Indonesia-red). Ali Moertopo bilang bahwa
ia dalam forum itu mengaku memang menampung PSI, tapi PSI yang baik.
Bahkan dia balik menyerang para Jenderal lainnya yang juga menampung PSI
yang justru beroposisi kepada pemerintah.<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Lalu apa yang terjadi?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Dalam pertemuan dengan kami itu, Ali
Moertopo membuat lima kategori: PSI terbaik adalah PSI Rahman Tolleng.
Nomor dua, PSI yang masih bisa kerjasama tapi tidak sepenuh hati yaitu
PSI Widjodjo Nitisastro dan Emil Salim -- ketika itu saya pikir dia PSI
kan saja semua orang hehe…PSI ketiga yaitu Soemitro Djojohadikoesoemo.
PSI keempat yang sudah agak jauh yaitu Soedjatmoko dan Soebadio
Sastrosatomo. Kemudian PSI kelima yang benar-benar sudah musuh yakni <i>new
left</i> seperti Arief Budiman…<br />
Rahman Tolleng adalah tokoh bawah tanah GMSOS, organisasi mahasiswa yang
berafiliasi kepada partai terlarang PSI pada era `60-an. Setelah itu ia
memimpin <i>Mahasiswa Indonesia</i>, mingguan yang ditopang jaringan
intelektual, aktivis dan penulis yang mendukung ide Negara sekuler
modern.<br />
Profesor Robert W. Hefner, dalam buku <i>Civil Islam: Muslims and
Democratization in Indonesia</i> mencatat bahwa Rahman Tolleng adalah
satu diantara pemikir paling brilian dari generasi `66. Dalam sebuah
pleno DPR-GR tahun 1969, Rahman Tolleng mengusulkan agar Indonesia
menerapkan sistem pemilu distrik. Gagasan itu kandas.<br />
Pada puncak kekuasaan orde baru awal `90-an, Rahman Tolleng bersama Gus
Dur, Marsillam Simanjuntak dan sejumlah tokoh lain mendirikan Forum
Demokrasi yang mengambil sikap oposisi terhadap rejim. Ia ikut memberi
saham pada perjuangan reformasi `98. Kini, Indonesia berubah. Tapi
lagi-lagi tidak seperti yang ia bayangkan.<br />
“Kita seolah berada dalam situasi <i>statelessness</i> atau tanpa
Negara,” kata Rahman Tolleng.<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Bagaimana anda mendefiniskan politik
anda hari ini, apakah anda masih Sosialis?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Dalam arti longgar, saya masih
Sosialis. Longgar artinya tidak dogmatis lagi pada <i>Marxisme</i>,
karena sudah banyak perubahan. Tetapi jurang antara kaya dan miskin
sekarang kan tidak berubah, bahkan semakin dalam. Saya kira memperbaiki
kehidupan rakyat miskin itu apakah bukan cita-cita Sosialisme? itu
memang longgar. Tapi saya tidak akan memakai teori pertentangan kelas.<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Jadi tugas Sosialisme bagi anda kini
adalah menyelesaikan masalah kemiskinan?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Ya antara lain itu. Tentu juga
bagaimana supaya Kapitalisme dan Globalisasi lebih dijinakkan. Saya
tidak menolak globalisasi, tidak menolak kapitalis. Kalau mau saya
rumuskan, Sosialisme saya sekarang mungkin tergolong Liberal Sosialis:
dekat dengan gagasan Carlos Roselli di Italia, yang mencoba memadukan
gagasan Liberalisme dengan Sosialisme.<br />
Wartawan senior Goenawan Mohamad lewat Catatan Pinggir merekam sosok
Rahman Tolleng dalam "Mikropolitik": militansi dari aksi yang terbatas.
Ia bukan rencana mengubah alam semesta berdasarkan wajah sendiri. Tapi
ia tak takut kepada yang mustahil.<br />
Keberanian pada yang mustahil dan cinta yang keras kepala pula yang
membuat Rahman Tolleng tidak berhenti bergerak. Sistem politik Indonesia
kini, kata dia adalah perkawinan antara demokrasi dengan oligarki, dan
tugas dia sebagai seorang Sosialis adalah menghabisi oligarki.<br />
Atas alasan itulah ia ikut mendirikan partai Serikat Rakyat Independen
SRI. Ia menyebut ini gerakan revolusi dari atas yang ditempuh dengan
cara mencari calon presiden yang jujur, tegas, menentang oligarki dan
bukan bagian dari para oligark. Figur itu ia lihat ada pada sosok Sri
Mulyani yang dianggap bisa membersihkan oligarki.<br />
Sosialisme, bagi Rahman Tolleng bukan sekedar etik, tapi tindakan:
sebuah operasi. <br />
<b><i>DW : </i></b><i>Banyak kalangan kiri yang mengkritik
anda: kenapa seorang Rahman Tolleng yang Sosialis, mau mendukung Sri
Mulyani yang dicap sebagai Neolib? </i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Saya tidak membantah itu. Tapi yang
saya bantah adalah: apakah benar Sri Mulyani Neolib? Di mana Neolibnya?
Sebagai contoh, di Departemen Keuangan Sri Mulyani mengalokasikan dana
untuk pendidikan perempuan, apakah itu faham Neolib? itu kan faham <i>affirmative
action</i>. Kedua, ekonom dari tradisi universitas pada umumnya memang
Neolib, tapi Sri Mulyani berubah. Apalagi sesudah di Bank Dunia, dia
sangat memperhatikan kemiskinan. Jadi nggak bener itu! Harus dibedakan
juga kalau mereka mengatakan ekonomi kerakyatan, ekonomi kerakyatan apa?
Coba mereka sebutkan secara konseptual! Saya sebut ekonomi mereka itu
semua populis saja… ini gratis, itu gratis…itu bukan ekonomi rakyat,
yang ada malah bisa hancur ekonomi kita. Populisme bukan Sosialisme,
jangan salah!<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Jadi Sri Mulyani menurut anda berada
dalam koridor doktrin sosialisme yang anda yakini?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Saya rasa begitu…<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Apa kritik anda terhadap kelompok
kiri Indonesia?</i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Mereka selalu ingin kembali kepada
ortodoksi. Padahal situasi dunia sudah jauh berubah…<br />
<b><i>DW : </i></b><i>Anda mengakui gagal: membidani Golkar
tapi partai itu berkembang jauh dari bayangan anda. </i><i>Ikut
mendorong reformasi, tapi hasilnya adalah anarki seperti yang anda
sebutkan. Apakah anda pernah kehilangan harapan? </i><br />
<b>Rahman Tolleng : </b>Tidak, saya tetap memelihara <i>politics
of hope</i>. Saya optimis bisa diperbaiki, pada dasarnya menusia
memang serakah, tapi dalam diri manusia ada sifat-sifat baik yang masih
mungkin digali.<br />
<i>Rahman Tolleng adalah pemimpin redaksi mingguan Mahasiswa Indonesia
`66. </i><i>Pendiri Golkar dan menjadi anggota DPR-GR, Pendiri Fordem
awal `90. Mendirikan SRI 2011. </i><br />
<br />
<i>Sumber : http://www.dw.de/rahman-tolleng-menjadi-sosialis-dan-mendukung-sri-mulyani/a-16722666 </i><br />
<i><br /></i>
<span style="background-color: #fcffe8; color: #222222; font-family: 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 16px;">YNUJBY9BQB55</span></div>
</div>
Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-71431780085602899092013-04-14T15:34:00.003+07:002013-06-17T11:39:37.205+07:00Pokok-Pokok Filsafat Materialisme Dialektika History<h3>
</h3>
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. ARTI FILSAFAT</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara teori.
Filsafat adalah suatu ilmu dan suatu metode berfikir untuk memecahkan
problem-problem gejala alam dan masyarakat. Filsafat merupakan sikap
hidup manusia dan sebagai pedoman untuk bertindak dalam menghadapi
gejala-gejala alam dan masyarakat. Filsafat bukan suatu kepercayaan yang
dogmatis dan membuta.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. PERSOALAN DAN KATEGORI FILSAFAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
mempersoalkan masalah-masalah etika/moral, aestetika/seni,
sosial/politik, epistimologi/tentang pengetahuan, ontologi/tentang
manusia. Kategori persoalan filsafat meliputi soal-soal hubungan antara
bentuk dan isi, sebab dan akibat, gejala dan hakekat, keharusan dan
kebetulan, keumuman dan kekhususan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
mempersoalkan soal-soal yang pokok. Sedang soal yang terpokok dari
persoalan filsafat adalah soal hubungan antara ide dan materi, fikiran
dan keadaan. Mana yang primer dan mana yang sekunder diantara keduanya
itu, ide atau materi, fikiran atau keadaan. Jawaban dari persoalan yang
terpokok tersebut akan membagi semua aliran filsafat menjadi dua kubu,
kubu Filsafat Idealisme dan kubu Filsafat Materialisme.</span><br />
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Semua
aliran filsafat yang memandang dan menyatakan ide atau fikiran sebagai
hal yang primer, dan materi atau keadaan sebagai hal yang sekunder,
termasuk dalam kubu filsafat idealisme. Sebaliknya, semua aliran
filsafat yang memandang dan menyatakan materi atau keadaan sebagai hal
yang primer, dan ide atau fikiran sebagai hal yang sekunder, termasuk
dalam kubu filsafat materialisme.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. ALIRAN DAN KUBU FILSAFAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
mempunyai banyak sekali aliran. Tapi dari semua aliran yang banyak
sekali itu bisa dibagi hanya dalam dua kubu, kubu filsafat idealisme dan
kubu filsafat materialisme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Aliran
pokok filsafat adalah idealisme dan materialisme. Tapi disamping dua
aliran pokok itu, terdapat aliran filsafat dualisme. Walau begitu,
aliran filsafat dualisme pada hakekatnya juga termasuk aliran filsafat
idealisme. Karena itu aliran filsafat dualisme juga termasuk kubu
filsafat idealisme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
dualisme pada hakekatnya juga filsafat idealisme karena pandangannya
didasarkan pada ide yang mereka-reka. Filsafat dualisme yang memandang
ide dan materi, fikiran dan keadaan, sebagai hal yang kedua-duanya
primer. Tidak ada yang sekunder. Pandangan itu jelas tidak berdasarkan
kenyataan. Itulah idealismenya filsafat dualisme.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. WATAK DAN KLAS FILSAFAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
selalu mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas tertentu.
Karena itu filsafat selalu mempunyai dan merupakan watak dari suatu
klas. Filsafat Idealisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan
klas pemilik alat produksi yang menindas dan menghisap yaitu klas-klas
tuan budak atau pemilik budak, klas tuan feaodal atau tuan tanah, klas
borjuis atai kapitalis, dsb. Sebaliknya filsafat materialisme
mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas bukan pemilik alat
produksi yang tertindas dan terhisap yaitu klas buruh, dsb. Sedang
filsafat dualisme mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas
pemilik alat produksi tapi yang tertindas dan juga terhisap yaitu klas
borjuis kecil.</span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">5. PENTINGNYA BERFILSAFAT DAN CARA BELAJAR FILSAFAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Berfilsafat
itu penting. Dengan berfilsafat, orang akan mempunyai pedoman untuk
bersikap dan bertindak secara sadar dalam menghadapi gejala-gejala yang
timbul dalam alam dan masyarakat. Kesadaran itu akan membuat sesorang
tidak mudah digoyahkan dan diombang-ambingkan oleh timbul-tenggelamnya
gejala-gejala yang dihadapi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Untuk
berfilsafat, orang harus belajar filsafat. Dan belajar filsafat harus
dengan cara yang benar. Cara belajar filsafat ialah harus menangkap
ajaran dan pengertiannya secara ilmu, lalu memadukan ajaran dan
pengertian itu dengan praktek, selanjutnya mengambil pengalaman dari
praktek itu, dan kemudian menyimpulkan praktek itu secara ilmu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">6. ARTI BERFILSAFAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Berfilsafat
berarti bersikap dan bertindak secara sadar berdasarkan ilmu dan metode
berfikir terhadap gejala-gejala alam dan masyarakat yang dihadapi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Berfilsafat
bukan bersikap dan bertindak secara tradisi, menurut kebiasaan atau
berdasarkan naluri turun-temurun dalam menghadapi dan memecahkan
problem-problem gejala-gejala itu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">7. FILSAFAT M.D.H.</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Arti M.D.H.</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">M.D.H.
adalah materialisme Dialektik dan Materialisme Histori. Materialisme
Dialektik berarti pandangannya materialis dan metodenya dialektis.
Sedang Materialisme Historis berarti Materialisme Dialektika yang
diterapkan dalam gejala sosial atau masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Lahirnya M.D.H dan Penciptanya</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
M.D.H lahir sesudah lahirnya berbagai macam filsafat yang pandangannya
materialis atau yang metodenya dialektis. Sedang penciptanya adalah Karl
Marx.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
M.D.H. merupakan hasil kesimpulan dan ciptaan Karl Marx sesudah Karl
Marx belajar dan mengambil dari kebenaran ajaran pandangan Filsafat
Materialisme Faeuerbach dan metode filsafat dialektik Hegel. Karl
mengambil isinya yang benar dari pandangan materialis filsafat Feuerbach
dan membuang kulitnya yang salah dari metodenya yang metafisis.
Selanjutnya Karl Marx mengambil isinya yang benar dari metode dialektis
filsafat Hegel dan membuang kulitnya yang salah dari pandangannya yang
idealis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Karl
Marx menerima kebenaran pandangan materialme filsafat Feuerbach, tapi
menolak kesalahan metodenya yang metafisis. Juga Karl Marx menerima
kebenaran metode dialektis filsafat Hegel, tapi menolak kesalahan
pandangannya yang idealis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kesimpulan dari itu Karl Marx menciptakan Filsafat M.D.H dan lahirlah filsafat M.D.H. Karl Marx.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Ciri dan Watak Klas M.D.H.</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ciri-ciri filsafat M.D.H. ialah; Ilmiah, Objektif, Universal, Praktis, Lengkap dan Revolusioner.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ilmiah, karena metodenya dialektis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Objektif, karena pandangannya materialis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Universal, karena ajarannya tidak hanya berlaku didalam alam, tapi juga berlaku didalam masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktis, karena ajarannya dapat dibuktikan dan dilaksanakan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Lengkap, karena ajarannya tidak hanya bicara soal alam, tapi juga soal masyarakat.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusioner,
karena ajarannya selalu berpihak kepada apa yang sedang tumbuh dan
melawan apa yang sedang melayu berdasarkan hukum perkembangannya.
Selanjutnya selalu menuntut penghancuran terhadap apa yang sudah tua,
dan membangun yang baru dan lebih maju.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
M.D.H. mencerminkan watak dan mewakili kepentingan klas bukan pemilik
alat produksi yaitu klas buruh atau klas proletar yang tertindas dan
terhisap, serta merupakan satu-satunya filsafat yang berpihak kepada
klas buruh atau klas proletar itu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. M.D.H. dan Klas Buruh serta Peranannya</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
M.D.H. merupakan senjata moril bagi perjuangan klas buruh. Tanpa
filsafat M.D.H, perjuangan klas buruh tidak akan mempunyai kekuatan
raksasa. Perjuangan tidak akan mencapai hasil yang fundamentil, dan akan
gagal. Sebaliknya, klas buruh merupakan senjata materiil bagi filsafat
M.D.H. Tanpa klas buruh, filsafat M.D.H. tidak akan mempunyai kekuatan
dan tidak akan ada artinya sebagai ilmu sosial. Sebab, hanya klas buruh
yang mampu dan konsekuen melaksanakan ajaran Filsafat M.D.D. didalam
praktek.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">5. Pentingnya Berfilsafat M.D.H.</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
M.D.H. adalah filsafat yang benar. Karena itu berfilsafat M.D.H.
penting. Dengan berfilsafat M.D.H, orang akan memiliki ilmu berfikir,
pandangan dan metode berfikir yang benar. Dengan itu berarti mempunyai
pedoman yang tepat untuk mengambil sikap dan bertindak yang tepat dalam
menghadapi gejala-gejala dan memecahkan problem-problemnya yang timbul
didalam alam dan masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dengan
begitu, orang yang berfilsafat M.D.H. akan memiliki pandangan yang jauh
kedepan dan revolusioner. Juga akan mempunyai sikap yang teguh dan
konsekuen, tidak mudah digoyahkan dan dombang ambing oleh keadaan atau
oleh gejala-gejala yang dihadapi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">6. Cara Belajar Filsafat M.D.H.</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
M.D.H. adalah suatu ilmu dan merupakan senjata perjuangan revolusioner
klas buruh atau klas yang tertindas dan terhisap. Karena itu belajar
filsafat M.D.H. harus secara ilmiah dan berwatak klas buruh, yaitu :</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Dengan pendirian klas proletar dan melawan ideologi klas non-proletar yang ada didalam diri sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Secara ilmiah dan melaksanakannnya didalam praktek.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Menarik pengalaman dari pelaksanaan praktek dan menyimpulkan hasil praktek itu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Menangkap pengertian dan menggenggam semangat revolusionernya serta
selalu menuntut perubahan dengan membangun yang baru dan lebih maju.</span><br />
<h3>
</h3>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">BAB. II</span></h4>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">MATERIALISME DIALEKTIK</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. MONISME DAN DUALISME</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Monisme
adalah suatu sistim pandangan filsafat yang bertitik tolak dari satu
dasar pandangan, yaitu dari materi atau dari ide. Dualisme adalah suatu
sistim pandangan filsafat yang bertitik tolak dari dua dasar pandangan,
yaitu dari materi dan dari ide sekaligus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dengan
begitu, filsafat materialisme dan idealisme walau pandangannya bertitik
tolak dari dasar yang bertentangan, tapi sistim pandangannya itu sama,
yaitu monisme. Jadi sistim pandangan filsafat materialisme dan idealisme
adalah sama-sama monois. Artinya, pandangannya sama-sama bertitik tolak
dari hanya satu dasar, yaitu dari dasar materi atau dari dasar ide.
Bedanya, sistim pandangan monisme filsafat materialisme bertitik tolak
dari dasar materi. Sebaliknya, sistim pandangan monisme filsafat
idealisme bertitik tolak dari dasar ide.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun sistim pandangan filsafat dualisme bertitik tolak dari dua unsur, yaitu dasar materi dan ide sekaligus.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. MATERIALISME, IDEALISME DAN DUALISME</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Materialisme</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari
materi. Materialisme memandang materi itu primer, sedang ide sekunder.
Materi timbul atau ada lebih dulu, baru kemudianm ide. Pandangan
materialisme itu berdasarkan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat
:</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Menurut proses waktu :</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Lama sebelum manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir didunia, dunia dan alam atau materi ini sudah ada lebih dulu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Menurut proses zat :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Manusia
ini tidak bisa berfikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa ada atau
tanpa mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu adalah
materi, tapi materi atau benda yang berfikir. Otak atau materi ini yang
lebih dulu ada, baru kemudian bisa timbul ide atau fikiran pada kepala
manusia.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Idealisme</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Idealisme
adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari ide.
Idealisme memandang ide itu primer, sedang materi sekunder. Ide itu
timbul atau ada lebih dulu, baru kemudian materi. Segala sesuatu yang
ada ini timbul sebagai hasil yang diciptakan oleh ide atau fikiran
karena ide atau fikiran itu timbul lebih dulu, baru kemudian sesuatu itu
ada.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Dualisme</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dualisme
adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari
materi dan ide sekaligus. Dualisme memandang bahwa materi dan ide
sama-sama primer. Tidak ada yang sekunder. Kedua-duanya timbul dan ada
bersamaan. Materi itu ada karena ada ide atau fikiran. Juga sebaliknya,
ide atau fikiran itu ada karena ada materi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi
pada hakekatnya, pandangan dualisme yang demikian itu juga idealis
karena pandangan seperti itu tidak lain hanya pada ide, dan tidak ada
dalam kenyataan. Dengan begitu filsafat materialisme adalah filsafat
yang objektif karena pandangannya bertitik tolak dari materi atau dari
kenyataan objekif. Sebaliknya, filsafat idealisme adalah filsafat yang
subjektif karena pandangannya bertitik tolak dari ide atau fikiran.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. ALIRAN MATERIALISME DAN IDEALISME</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. ALIRAN MATERIALISME</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat
materialisme mempunyai banyak macam aliran. Dari banyak macam aliran
materialisme itu terdapat tiga aliran yang besar dan pokok, yaitu
materialisme mekanik, materialisme metafisik dan materialisme dialektik.
Ketiga aliran filsafat materialisme itu mempunyai perbedaan-perbedaan
antara yang satu dengan yang lain, bahkan juga terdapat saling
bertentangan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Materialisme Mekanik</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
mekanik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis,
sedang metodenya mekanis. Ajaran materialisme mekanik ialah bahwa materi
itu selalu dalam keadaan gerak atau berubah. Geraknya itu gerak
mekanis. Gerak yang tetap begitu saja selamanya seperti geraknya mesin,
tanpa perkembangan atau peningkatan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Materialisme Metafisik</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
metafisik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis,
sedang metodenya metafisis. Ajaran materialisme metafisik ialah bahwa
materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap, tidak berubah selamanya.
Tapi seandainya materi itu berubah, maka perubahan itu terjadi karena
faktor luar atau karena kekuatan dari luar. Gerak materi itu gerak
extern, gerak luar. Selanjutnya materi itu dalam keadaan yang
terpisah-pisah, tidak mempunyai dan tidak ada saling hubungan antara
yang satu dengan lain.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Materialime Dialektik</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
dialektik adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya materialis,
sedang metodenya dialektis. Ajaran materialisme dialektik ialah bahwa
materi itu selalu saling hubungan, saling mempengaruhi dan saling
bergantung antara yang satu dengan yang lain. Bukannya saling
terpisah-pisah atau berdiri sendiri-sendiri. Materi itu juga selalu
dalam keadaan gerak, berubah dan berkembang. Bukannya selalu diam, tetap
atau tidak berubah.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Selanjutnya,
gerak materi itu gerak intern, gerak atau berubah karena faktor
dalamnya atau karena kekuatan dari dalamnya sendiri. Bukannya gerak
extern, yaitu gerak atau berubah karena faktor luar atau karena kekuatan
dari luar. Lalu gerak materi itu dialektis, yaitu gerak atau berubah
menuju ketingkatnya yang lebih tinggi dan lebih maju seperti sipiral.
Bukannya gerak mekanis. Adapun yang disebut "diam", itu hanya tampaknya
atau hanya bentuknya. Sebab, hakekat dari gejala yang tampaknya atau
bentuknya "diam" itu, isinya tetap gerak. Jadi, "diam" itu juga satu
bentuk gerak.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. ALIRAN IDEALISME</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat idealisme mempunyai dua aliran, yaitu aliran idealisme objektif dan idealisme subjektif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Idealisme Objektif</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Idealisme
objektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan
idealismenya itu bertitik tolak dari ide universal, ide diluar ide
manusia. Menurut idealisme objektif, segala sesuatu yang timbul dan
terjadi, baik dalam alam maupun dalam masyarakat, adalah karena hasil
atau karena diciptakan oleh ide universal.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Idealisme Subjektif</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Idealisme
subjektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan
pandangan idealismenya itu bertitik tolak dari ide manusia atau idenya
sendiri. Menurut idealisme subjektif, segala sesuatu yang timbul dan
terjadi, baik dalam alam maupun dalam masyarakat adalah karena hasil
atau karena diciptakan oleh ide manusia atau oleh idenya sendiri.</span><br />
<h3>
</h3>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. MATERI DAN IDE</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. MATERI</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materi
mempunyai arti yang berbeda antara arti menurut pengertian filsafat dan
arti menurut pengertian ilmu alam. Arti materi menurut pengertian
filsafat adalah luas, sedang menurut pengertian ilmu alam adalah
terbatas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dalam
artian filsafat, materi adalah segala sesuatu yang ada secara objektif,
ada diluar ide atau diluar kemauan manusia. Materi adalah segala
sesuatu yang bisa disentuh dan bisa ditangkap oleh indera manusia, serta
bisa menimbulkan ide-ide tertentu. Adapun dalam artian ilmu alam,
materi adalah segala sesuatu yang mempunyai susunan atau yang tersusun
secara organis. Itu berarti benda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dengan
begitu, pengertian filsafat tentang materi berarti sudah mencakup
pengertian materi menurut ilmu alam. Materi mempunyai peranan menentukan
ide dan perkembangannya. Materi bisa menimbulkan ide atau mendorong
timbulnya ide. Suatu ide timbul sesudah lebih dulu suatu materi timbul
dan ditangkap oleh indera. Adalah jelas, bahwa materi yang bernama otak
yang "memproduksi" ide.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Otak
itu suatu materi yang mempunyai vitaliteit yang besar dalam hal
imbulnya ide dan perkembangannya. Otak mempunyai daya tangkap, daya
simpan, daya seleksi, daya kombinasi dan daya simpul.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. IDE</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ide
adalah cermin dari materi atau merupakan bentuk lain dari materi. Tapi
itu itu tidak mesti sama persis seperti materi yang dicerminkan. Ide
selalu berada diatas atau didepan materi. Ide bisa menjangkau jauh
didepan materi. Walau begitu, ide tetap tdak bisa lepas dari materi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materi
dan ide adalah dua bentuk yang lain dari gejala yang satu dan sama.
Materi menentukan ide, sedang ide mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan materi. Jadi ide juga mempunyai peranan aktif. Tidak pasif
seperti cermin biasa.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. GERAK</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gerak
adalah suatu eksistensi dari adanya materi atau suatu pernyataan dari
adanya materi. Itu berarti bahwa sesuatu yang gerak adalah selalu
materi. Tidak ada gerak tanpa materi, atau tidak ada gerak yang bukan
materi. Itu sama halnya bahwa tidak ada materi tanpa gerak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segala
sesuatu ide selalu gerak, berubah dan berkembang. Tidak ada sesuatu
yang tetap, kecuali gerak itu sendiri. Artinya bahwa segala sesuatu itu
tetap dalam keadaan gerak. Bahwa gerak itu tetap berlangsung terus
selamanya terus selamanya bagi segala sesuatu. Gerak mempunyai dua
bentuk yang utama, yaitu gerak mekanis dan gerak dialektis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Gerak Mekanis</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gerak
mekanis adalah gerak atau perubahan yang bersifat ulang mengulangi,
yang tetap dalam lingkungannya yang lama, dan tidak akan menuju atau
mencapai perubahan yang bersifat kwalitatif atau yang bersifat lebih
tinggi dan lebih maju. Gerak mekanis adalah gerak yang bersifat
kwantitatif, gerak yang begitu saja terus menerus, berulang-ulang,
ulang-mengulangi seperti geraknya sebuah mesin.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Gerak Dialektis</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gerak
dialektis adalah gerak atau perubahan yang bersifat meningkat, dari
tingkatnya yang rendah menuju ketingkatnya yang tinggi sampai mencapai
kwalitas baru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gerak
atau perubahan dialektis dari tingkatnya yang rendah menuju
ketingkatnya yang tinggi sampai mencapai kwaliteit baru, itu tampaknya
juga seperti mengulangi dalam bentuknya pada tingkatnya yang rendah.
Tapi bentuk yang baru itu sudah dalam keadaan kwalitet yang lebih
tinggi. Jadi tidak mengulangi kembali seperti semula dalam bentuk pada
tingkatnya yang lama. Arah gerak atau perubahan dialektis adalah seperti
sipiral.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. "Diam"</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">"Diam"
itu juga merupakan satu bentuk gerak. Sifatnya sangat relatif atau
sangat sementara sekali. Artinya, bentuk "diam" itu hanya bersifat
sangat sementara karena didalam yang "diam" itu juga terdapat proses
gerak dari kekuatan-kekuatan yang saling berkontradiksi dan saling
mendorong yang ketika itu sedang bertemu pada satu titik.
Kekuatan-Kekuatan itu sama kuatnya sehingga salah satunya tidak ada yang
tergesekan dari titik bertemunya. Keadaan yang demikian itulah yang
menampakkan gejala seolah-olah sesuatu itu dalam keadaan "diam".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi
keadaan "diam" itu sangat relatif atau sangat sementara karena kedua
kekuatan yang saling berkontradiksi dan saling mendorong itu pada saat
dan akhirnya pasti akan segera ada yang terdesak dan tergeser dari
tempatnya. Pada saat terjadinya pergeseran itulah akan tampak dengan
nyata gejala gerak atau perubahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kecuali
itu, keadaan yang tampaknya "diam" juga bisa terjadi karena proses
gerak atau proses perubahan sesuatu belum sampai pada pengubahan
kwalitet atau pengubahan bentuknya yang lama, masif bersifat pada
pengubahan kwantitet sehingga belum mampu menunjukkan gejala-gejala
perubahannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Keadaan
yang demikian itu pula yang menampakkan gejala seolah-seolah sesuatu
itu dalam keadaan "diam", tapi yang sebenarnya didalam sesuatu yang
tampaknya "diam" itu terus berlangsung proses gerak atau proses
perubahan. Maka dalam waktu yang sangat relatif atau sangat sementara
bila proses gerak atau proses perubahan itu sudah sampai pada pengubahan
kwalitet, gejala gerak atau perubahan sesuatu akan tampak dengan jelas.
Gerak atau perubahan itu terjadi karena faktor intern atau karena
adanya kekuatan-kekuatan yang mendorong didalamnya, didalam materi itu
sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gerak
materi adalah gerak intern. Faktor atau kekuatan intern dari materi itu
sendiri yang menentukan gerak atau perubahannya. Sedang faktor luar
atau kekuatan-kekuatan yang mendorong dari luar adalah faktor atau
kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengaruh terhadap keadaan intern
sesuatu materi. Peranan pengaruh dari faktor atau kekuatan luar itu bisa
menghambat atau juga bisa mempercepat, bahkan bisa ikut menentukan
gerak atau perubahan sesuatu materi. Tapi bagaimana juga peranan
pengaruh faktor atau kekuatan luar itu, pada akhirnya yang paling
menentukan adalah faktor intern materi itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. MATERI, RUANG DAN WAKTU</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materi,
ruang dan waktu merupakan hal yang selalu saling hubungan dan tidak
terpisahkan. Materi selalu berada didalam ruang dan berkembang menurut
waktu. Tidak ada materi tanpa ruang atau berada diluar ruang. Juga tidak
ada materi berkembang tanpa waktu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materi
didalam ruang, menyebabkan materi bisa mempunyai saling hubungan antara
yang satu dengan yang lain. Sedang materi didalam waktu, membuat materi
itu bisa berkembang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ruang
adalah suatu yang mempunyai luas dan isi materi. Tidak ada ruang yang
kosong tanpa materi. Ruang mempunyai hubungan antara yang satu dengan
yang lain. Sifat hubungannya itu horizontal atau mendatar. Karena itu
ruang bisa dicapai secara berulang lebih dari satu kali. Ruang
menempatkan materi yang ada didalamnya untuk berkembang sesuai dengan
luas ruang itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Waktu
adalah detik-detik yang terus menerus bersambung tanpa ada berhentinya.
Detik-detik yang terus menerus bersambung itu, hubungannya bersifat
vertikal atau bersusun. Karena itu detik-detik atau waktu tidak bisa
dicapai secara berulang lebih dari satu kali. Sebab, waktu terus
berjalan maju, terus berlalu tanpa berhenti dan tanpa kembali pada
detik-detik yang telah lewat. Maka waktu menempatkan materi untuk
berkembang mengikuti jalannya waktu yang terus maju. Waktu terus menerus
mendorong materi berkembang maju secara historis, bersusun, tingkat
demi tingkat, fase demi fase dalam proses yang terus berlangsung.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Demikian
materi, ruang dan waktu mempunyai saling hubungan yang erat dan konden,
yang sama sekali tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Materi berada dan berkembang dalam ruang dan waktu. Materi berkembang
dalam ukuran luas ruang dan maju menurut tingkatan waktu.</span><br />
<br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. SALING HUBUNGAN</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saling
hubungan ini dalam arti saling hubungan yang konkrit dan mempunyai
saling pengaruh antar materi yang satu dengan yang lain. Hubungan yang
wajar. Bukan hubungan yang abstrak dan diada-adakan atau direka-reka.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saling
hubungan yang demikian itu ada empat macam, yaitu saling hubungan
organik, saling hubungan menentukan, saling hubungan pokok, serta saling
hubungan keharusan dan kebetulan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Saling Hubungan Organik</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saling
hubungan organik adalah saling hubungan yang mempunyai saling pengaruh
antara yang satu dengan yang lain. Saling hubungan dalam rangka kesatuan
organik. Saling hubungan yang tersusun dan saling terikat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Saling Hubungan Menentukan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saling
hubungan menentukan adalah saling hubungan yang hakiki, yang menentukan
adanya sesuatu, atau saling hubungan hakekat dari adanya sesuatu dan
yang juga merupakan hakekat sesuatu itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Saling Hubungan Pokok</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saling
hubungan pokok adalah saling hubungan yang menjadi proses dan memimpin
semua saling hubungan yang lain, atau saling hubungan yang paling
mempengaruhi saling hubungan saling hubungan yang lain, dan juga yang
paling mempengaruhi perkembangan sesuatu yang mengandungnya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. Saling Hubungan Keharusan Dan Kebetulan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Saling
hubungan keharusan adalah saling hubungan yang pasti dan harus terjadi
atau harus ada, atau saling hubungan yang tidak bisa ditiadakan dan
tidak bisa dihindari.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
saling hubungan kebetulan adalah saling hubungan yang tidak tentu
terjadi didalam saling hubungan yang organis. Tapi bila saling hubungan
itu terjadi, akan mempunyai pengaruh terhadap saling hubungan yang
organis itu.</span><br />
<h3>
</h3>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">BAB. III</span></h4>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">DIALEKTIKA MATERIALIS</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Inti
dari masalah dialektika adalah masalah saling hubungan dari segala
sesuatu, serta masalah gerak atau masalah perubahan dan perkembangan
segala sesuatu itu. Dalam masalah gerak, dialektika materialis
mempersoalkan dan mempunyai tiga azas gerak, yaitu : kontradiksi,
perubahan kwantitatif ke kwalitatif dan negasi dari negasi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. KONTRADIKSI</span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Arti Dan Peranan Kontradiksi</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi adalah pertentangan atau perbedaan. Kontradiksi ini merupakan sebab dari gerak atau perubahan segala sesuatu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Sifat Kontradiksi</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi mempunyai sifat umum dan khusus, atau mempunyai sifat keumuman dan kekhususan.</span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Keumuman Kontradiksi</span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">o
Kontradiksi itu ada dimana-mana dan dalam seluruh waktu. Terdapat
disegala sesuatu, dimanapun dan kapanpun. Segala sesuatu itu dimanapun
dan kapanpun selalu dan pasti mengandung kontradiksi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">o
Kontradiksi itu terjadi dan berlangsung terus menerus melalui proses
awal dan akhir. Artinya, kontradiksi itu pasti mempunyai awal dan juga
mempunyai akhir. Ada awal kontradiksi dan ada akhir kontradiksi. Dan
sesudah sesuatu kontradiksi itu berakhir, pasti disusul atau pasti
timbul lagi kontradiksi baru yang juga mempunyai awal dan kemudian juga
akan berakhir pula.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Begitu
terus menerus, kontradiksi itu tidak akan ada putus-putusnya. Berakhir
yang satu, berawal yang baru. Selesai yang satu, timbul yang baru.</span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kekhususan Kontradiksi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">o
Kontradiksi itu berbeda-beda menurut adanya di dalam sesuatu hal yang
berbeda-beda pula. Artinya, karena hal yang satu berbeda dengan yang
lain, maka kontradiksi yang ada atau yang dikandung di dalam hal yang
berbeda itu, juga berbeda.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">o
Kontradiksi itu tidak hanya berbeda menurut halnya yang berbeda, tetapi
juga berbeda menurut tingkat-tingkat perkembangan yang berbeda di dalam
satu hal itu. Artinya , karena tingkat-tingkat perkembangan di dalam
satu hal itu berbeda-beda, maka kontradiksi yang berlangsung pada satu
tingkat perkembangan tertentu, juga berbeda dengan kontradiksi pada
tingkat perkembangan yang lain.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Macam Kontradiksi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi
yang ada didalam sesuatu itu tidak hanya satu, tapi lebih dari satu
atau banyak. Dan kontradiksi yang banyak itu tidak semua sama
kedudukannya. Juga tidak semua sama peranannya, sifatnya dan wataknya.
Ada tiga macam kontradiksi : yaitu kontradiksi pokok dan tidak pokok,
kontradiksi dasar dan tidak dasar, kontradiksi antagonis dan tidak
antagonis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Kontradiksi pokok :</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi
pokok adalah kontradiksi yang menjadi poros, yang memimpin dan
menentukan adanya kontradiksi-kontradiksi yang lain yang tidak pokok.
Kontradiksi pokok itu di dalam pengurusan dan penyelesaiannya harus
diutamakan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
kontradiksi tidak pokok adalah kontradiksi yang adanya ditentukan oleh
koktradiksi pokok, perkembangannya dipimpin dan tunduk kepada
koktradiksi pokok itu.</span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Kontradiksi dasar:</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi
dasar adalah kktradiksi yang kepentingannya sama sekali bertentangan
antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dikompromikan.
Kontradiksi dasar juga kontradiksi yang menentukan adanya sesuatu dan
menentukan bentuk dari sesuatu itu.</span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Kontradiksi antagonis</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi antagonis mempunyai dua pengertian, yaitu antagonis dalam artian wataknya dan antagonis dalam artian bentuknya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontradiksi
antagonis dalam artian wataknya atau kontradiksi yang berwatak
antagonis adalah kontradiksi yang kepentingannya sama sekali
bertentangan antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa
dikompromikan, serta mengandung saling menghancurkan dengan unsur-unsur
kekerasan dalam penyelesaiannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kontaradiksi
antagonis dalam artian bentuknya, atau kntradiksi yang berbentuk
antagonis adalah kontradiksi yang penyelesaiannya mengambil bentuk
kekerasan, walauwatak kontradiksinya sendiri tidak antagonis.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ketiga
macam kontradiksi itu mempunyai saling hubungan, walau tidak tentu satu
kontradiksi mengandung ketiga macam kontradiksi itu sekaligus. Artinya,
kontradiksi pokok tidak tentu kontradiksi dasar, dan juga tidak tentu
kontradiksi yang berwatak antagonis. Tapi kontradiksi dasar, salah satu
tentu menduduki dan menjadi sebagai kontradiksipokok. Kontradiksi dasar
itu sendiri tidak tentu kontradiksi yang antagonis, baik antagonis dalam
artian wataknya maupun antagonis dalam artian bentuknya. Sedang
kontradiksi yang antagonis dalam artian wataknya yang antagonis, tentu
mengandung kontradiksi dasar. Dan kontradiksi yang berwatak antagonis
itu tentu menduduki serta menjadi sebagai kontradiksi pokok.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. Segi-segi Kontradiksi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Setiap
kontradiksi di dalam sesuatu hal, tentu mengandung segi-segi yang
berkontradiksi, atau di dalam setiap hal tentu mengandung segi-segi yang
berkontradiksi. Hakekat dari hukum kontradiksi adalah hukum persatuan
dan perjuangan dari segi-segi yang bertentangan, dan hakekat dari studi
tentang dialektika adalah studi tentang hukum kontradiksi itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi-segi yang berkontradiksi selalu mempunyai kedudukan dan peranan yang berbeda antara yang satu dengan lain sbb:</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Segi pokok dan tidak pokok;</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
pokok adalah segi yang memimpin segi yang memimpin segi yang lain yang
tidak pokok. Segi pokok merupakan segi yang menuntut soalnya segera
diselesaikan atau dipenuhi, dan merupakan segi yang membawa arah
jalannya segi yang lain yang tidak pokok.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Segi berdominasi dan segi tidak berdominasi;</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
berdominasi adalah segi yang menentukan kwalitet sesuatu. Didalam
masyarakat, segi yang berdominasi berarti segi yang berkuasa, dan juga
berarti segi yang menentukan kwaliteit masyarakat itu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sedang
segi yang tidak berdominasi adalah segi yang tidak menentukan kwalitet.
Didalam masyarakat, segi yang tidak berdominasi berarti segi yang tidak
berkuasa atau segi yang dikuasai.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Segi berhari depan dan segi tidak berhari depan;</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
berhari depan adalah segi yang akan atau yang sedang berkembang, segi
yang masih akan terus ada atau akan terus hidup didalam perubahan atau
didalam tingkat perkembangan kwaliteit yang baru dan kelanjutannya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sedang
segi tidak berhari depan adalah segi yang akan layu atau sedang melayu,
segi yang adanya atau hidupnya hanya terbatas didalam kwaliteit yang
lama dan tidak akan ada lagi didalam perubahan atau didalam tingkat
perkembangan kwaliteit yang baru atau kwaliteit kelanjutannya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Segi berhegemoni dan segi tidak berhegemoni;</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
berhegemoni adalah segi didalam gejala sosial atau didalam masyarakat.
Segi berhegemoni hanya didalam kategori revolusi. Dalam hal revolusi
itu, segi berhegemoni adalah segi yang memimpin, segi yang membawa dan
menentukan arah perkembangan revolusi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi berhegemoni mempunyai syarat dan menampakkan ciri-cirinya, yaitu :</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Mempunyai program perjuangan klas yang diterima oleh seluruh nasion atau diterima secara naional.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Menjadi teladan dalam melaksanakan program perjuangan klasnya yang sudah diterima secara nasional oleh seluruh nasional itu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Mempunyai kekuatan yang cukup untuk melaksanakan kepemimpinannya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Mampu menggalang persatuan dan kekuatan nasional.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Keempat
macam kedudukan dan peranan segi-segi yang berkontradiksi itu terdapat
saling hubungan. Tapi tidak berarti satu segi kontradiksi tentu
menempati atau mempunyai empat kedudukan dan peranan itu sekaligus.
Sebagaimana halnya segi pokok tidak tentu sekaligus sebagai segi yang
berdominasi ataupun segi yang berhari depan. Didalam kategori revolusi
atau didalam gejala sosial, segi pokok pada hakekatnya adalah segi yang
berhegemoni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
berdominasi tidak tentu segi pokok dan juga tidak tentu segi berhari
depan. Didalam kategori revolusi atau didalam gejala sosial, segi
berdominasi tidak tentu segi berhegemoni.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
berhari depan tidak tentu segi pokok, dan juga tidak tentu segi
berdominasi. Didalam kategori revolusi atau didalam gejala sosial, segi
berhari depan tidak tentu segi berhegemoni. Tapi segi berhari depan itu
pada tingkat menjelang perubahan kwaliteit lama kekwaliteit baru, pasti
menduduki atau menjadi segi pokok. Didalam kategori revolusi atau
didalam gejala sosial, segi berhari depan itu pada tingkat menjelang
kemenangan revolusi dalam proses perubahan masyarakat lama kemasyarakat
baru, pasti menduduki atau menjadi sebagai segi berhegemoni. Kemudian
dalam kwaliteit baru, segi berhari depan pasti menduduki atau menjadi
segi berdominasi. Dan didalam kategori revolusi atau didalam gejala
sosial, segi berhari depan didalam masyarakat baru pasti menduduki atau
menjadi segi berkuasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Segi
berhegemoni pasti segi pokok. Tapi segi berhegemoni tidak tentu segi
berhari depan dan juga tidak tentu segi berdominasi atau segi berkuasa.
Hanya pada tingkat menjelang kepastian kemenangan revolusi, dalam proses
perubahan masyarakat lama kemasyarakat baru, segi yang berhegemoni
pasti segi yang berhari depan. Dan didalam kwaliteit masyarakat yang
baru, segi berhegemoni pasti juga sebagai segi berdominasi atau segi
berkuasa.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">5. Hukum Mutasi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hukum
mutasi atau hukum perpindahan adalah suatu hukum yang berlaku didalam
proses kontradiksi. Artinya, kedudukan dan peranan satu kontradiksi atau
segi kontradiksi bisa bermutasi. Kontradiksi pokok bisa berubah menjadi
kontradiksi tidak pokok. Sebaliknya, kontradiksi tidak pokok bisa
berubah menjadi kontradiksi pokok. Kontradiksi berbentuk antagonis bisa
berubah menjadi kontradiksi tidak berbentuk antagonis. Sebaliknya,
kontradiksi tidak berbentuk antagonis bisa berubah menjadi kontradiksi
berbentuk antagonis.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi
hukum mutasi itu tidak berlangsung pada kontradiksi dasar dan pada
kontradiksi yang berwatak antagonis. Artinya, kontradiksi dasar dan
kontradiksi yang berwatak antagonis akan tetap, tidak akan berubah.
Kontradiksi dasar akan tetap sebagai kontradiksi dasar, dan tidak akan
berubah menjadi sebagai kontradiksi tidak dasar. Sebaliknya, kontradiksi
tidak dasar juga akan tetap, tidak akan berubah menjadi sebagai
kontradiksi dasar. Selanjutnya kontradiksi yang berwatak antagonis akan
tetap, tidak akan berubah menjadi kontradiksi yang tidak berwatak
antagonis. Begitu sebaliknya, kontradiksi yang tidak berwatak antagonis
juga akan tetap. Tidak akan berubah menjadi kontradiksi berwatak
antagonis.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kedua
kontradiksi itu, yaitu kontradiksi dasar dan kontradiksi berwatak
antagonis yang akan tetap pada kedudukannya, tidak akan berubah, dalam
proses perkembangan akhirnya tentu akan hancur salah satu. Kehancuran
itu terjadi pada menjelang dan menyebabkan berubahnya suatu kwaliteit
atau masyarakat, serta berarti timbulnya kwaliteit baru atau lahirnya
masyarakat baru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hukum
mutasi itu juga berjalan pada segi-segi yang berkontradiksi, yaitu segi
pokok bisa berubah menjadi segi tidak pokok. Sebaliknya, segi tidak
pokok bisa berubah menjadi segi pokok. Segi berdominasi bisa berubah
menjadi segi tidak berdominasi. Sebaliknya, segi tidak berdominasi bisa
berubah menjadi segi berdominasi. Didalam masyarakat, segi berkuasa bisa
berubah menjadi segi tidak berkuasa. Sebaliknya, segi tidak berkuasa
bisa menjadi segi berkuasa. Segi berhegemoni bisa berubah menjadi segi
tidak berhegemoni. Sebaliknya, segi tidak berhegemoni bisa berubah
menjadi segi berhegemoni.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi
hukum mutasi itu tidak akan berlangsung pada segi berhari depan. Segi
berhari depan akan tetap sebagai segi berhari depan, tidak akan
bermutasi atau tidak akan berubah menjadi segi tidak berhari depan
selama dalam periode kwaliteit lama atau dalam periode masyarakat lama.
Walau mungkin, sesudah dalam kwaliteit baru atau dalam masyarakat baru,
segi berhari depan dari kwaliteit lama atau dari masyarakat lama itu
bisa bermutasi atau berubah menjadi segi tidak berhari depan. Tapi
mutasi atau perubahan itu baru terjadi sesudah dalam kwaliteit baru atau
dalam masyarakat baru. Dan tidak akan terjadi selama dalam satu periode
kwaliteit lama atau masyarakat lama.</span><br />
<h3>
</h3>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. PERUBAHAN KAWANTITATIF KE KWALITATIF</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Arti Kwantiteit dan Kwaliteit</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kwantiteit
adalah jumlah. Jumlah dalam arti yang luas, meliputi bilangan, susunan,
saling hubungan dan komposisi. Kwantiteit menentukan kwaliteit sesuatu.
Kwaliteit adalah hakekat sesuatu, yang membedakan sesuatu itu dari yang
lain.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Perubahan Kwantiteit dan Perubahan Kwaliteit</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
kwantiteit adalah perubahan yang masih dalam kwaliteit lama atau masih
dalam bentuknya yang lama, perubahan yang bersifat kwantitatif,
perubahan evolusioner yang menyiapkan dan menuju kearah perubahan
kwaliteit. Perubahan demikian, berarti belum perubahan kwaliteit.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
kwantiteit itu akan mencapai perubahan kwaliteit hanya sesudah mencapai
titik batas tertentu, yaitu titik batas tertinggi atau terendah, atau
titik batas maksimum atau minimum dari syarat bagi berubahnya suatu
kwaliteit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
kwantiteit semata-mata yang tidak sampai mencapai titik batas, tidak
akan merubah kwaliteit lama dan kurang ada artinya bagi suatu
perkembangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun perubahan kwaliteit adalah perubahan yang mengakhiri perubahan kwantiteit dan menghancurkan kwaliteit lama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
kwaliteit itu merupakan dan melalui proses loncatan dari kwaliteit lama
kekwaliteit baru. Perubahan kwaliteit itu tentu melalui proses
perubahan kwantiteit. Tanpa adanya perubahan kwantiteit lebih dulu,
tidak akan ada dan tidak akan terjadi perubahan kwaliteit. Selanjutnya,
kwaliteit baru yang mengakhiri perubahan-perubahan kwantiteit lama itu,
menimbulkan lagi kwantiteit-kwantiteit baru. Dan perubahan-perubahan
kwantiteit baru itu juga menyiapkan lagi perubahan kwaliteit baru.
Demikian seterusnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
kwantiteit keperubahan kwaliteit itu merupakan suatu proses dari gerak
atau perubahan dan perkembangan. Artinya, setiap gerak atau setiap
perubahan dan perkembangan sesuatu tentu melalui proses perubahan
kwantiteit keperubahan kwaliteit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
kwantiteit dan perubahan kwaliteit selalu saling hubungan sangat erat
yang tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Kedua-duanya saling jalin menjalin.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. NEGASI DARI NEGASI</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negasi
berarti tiada atau meniadakan. Negasi dari negasi berarti meniadakan
yang meniadakan. Hukum negasi dari negasi adalah hukum arah gerak atau
arah perubahan dan perkembangan sesuatu. Hukum itu ialah, bahwa gerak
atau perubahan dan perkembangan dari segala sesuatu, arahnya tentu
menuju ke-bentuk-nya yang "lama" atau ke-asal-nya semula, tapi dengan
isi atau dengan kwaliteitnya yang baru. Selama gerak atau perubahan dan
perkembangan sesuatu itu belum sampai mencapai bentuknya yang "lama"
atau belum "kembali keasalnya semula", maka berarti gerak atau perubahan
dan perkembangan itu masih dalam proses perjalanannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hukum
negasi dari negasi adalah hukum, bahwa gerak atau perubahan dan
perkembangan segala sesuatu tentu akan menegasi yang menegasi atau akan
meniadakan yang meniadakan. Bahwa yang menegasi tentu akan dinegasi atau
yang meniadakan tentu akan ditiadakan. Selama yang menegasi belum
dinegasi atau yang meniadakan belum ditiadakan, maka berarti gerak atau
perubahan dan perkembangan sesuatu itu masih belum selesai, belum
berakhir, dan masih dalam proses perjalanan. Gerak atau perubahan dan
perkembangan sesuatu itu baru akan" selesai" atau akan" berakhir" hanya
apabila yang menegasi sudah dinegasi, aau yang meniadakan sudah
ditiadakan. Dengan begitu berarti gerak atau perubahan dan perkembangan
itu sudah sampai " kembali " pada bentuknya yang "lama " atau pada "
asalnya semula ''.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Titik
mula proses dari suatu gerak atau perubahan dan perkembangan dimulai
dari bentuk dan isinya yang asal itu dinegasi atau ditiadakan oleh
bentuk dan isi yang baru.Dari dinegasi atau ditiadakanya bentuk yang
asal oleh bentuk dan isi yang baru, mulailah suatu proses gerak spiral
yang menuju kearah " kembali " kebentuk isinya yang asal. Dan itu yang
dinyatakan bahwa selama gerak atau perubahan dan perkembangan itu belum
sampai " kembali " pada bentuk dan isinya yang " asal ", maka berarti
bahwa gerak atau perubahan dan perkembangan itu masih belum berakhir ,
belum selesai , dan masih dalam perjalanannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negasi
atau peniadaan bentuk dan isi yang asal oleh bentuk dan isi yang baru
itu merupakan negasi atau peniadaan yang pertama dalam suatu proses
gerak spiral. Kemudian bentuk dan isi yang baru , telah menegasi atau
telah meniadakan bentuk dan isi yang asal itu, pada akhirnya tentu akan
dinegasi atau akan ditiadakan juga oleh bentuk dan isi yang "lama yang
asal" tapi dalam kwaliteitnya yang baru dan tinggi serta maju. Negasi
atau peniadaan itu, yaitu negasi atau peniadaan oleh bentuk dan isi yang
"asal" terhadap bentuk dan isi yang telah pernah menegasi atau
meniadakannya itu, adalah merupakan negasi atau peniadaan yang kedua
dalam suatu proses gerak sipiral.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Berlangsungnya
suatu negasi atau peniadaan yang pertama, kemudian diakhiri oleh negasi
atau peniadaan yang kedua, itu yang disebut sebagai hukum negasi dari
negasi atau hukum meniadakan yang meniadakan. Berdasarkan hukum itu,
maka yang menegasi tentu akan dinegasi atau yang meniadakan tentu akan
ditiadakan, dan "kembali"-lah gerak atau perubahan dan perkembangan
sesuatu kepada bentuk dan isinya yang "lama" atau yang "asal", tapi
dalam kwaliteutnya yang baru, yang lebih tinggi dan lebih maju dari yang
awal mulanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Demikian hukum arah gerak atau arah perubahan dan perkembangan secara sipiral dari segala sesuatu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">BAB. IV</span></h4>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">EPISTIMOLOGI MATERIALIS</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Epistimologi
adalah teori tentang pengetahuan, yaitu tentang asal dan lahirnya
pengetahuan serta peranan dan perkembangan pengetahuan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. ASAL DAN LAHIRNYA PENGETAHUAN</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Asal Pengetahuan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
adalah berasal dari praktek, baik praktek langsung maupun praktek tidak
langsung. Praktek langsung ialah praktek atau pengalaman sendiri.
Sedang praktek tidak langsung ialah praktek atau pengalaman orang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
langsung menimbulkan pengetahuan langsung. Sedang praktek tidak
langsung, menimbulkan pengetahuan tidak langsung. Dengan begitu, baik
pengetahuan langsung maupun pengetahuan tidak langsung, kedua-duanya
berasal dari praktek.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dari
kedua pengetahuan itu, pengetahuan langsung lebih penting dari pada
pengetahuan tidak langsung. Maka praktek atau pengalaman langsung juga
lebih penting daripada praktek atau pengalaman tidak langsung.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
langsung itu bersifat terbats karena praktek langsung atau pengalaman
sendiri juga terbatas. Sebaliknya, pengetahuan tidak langsung bersifat
luas karena prakteknya tidak langsung atau pengalaman orang lain juga
luas.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Lahirnya Pengetahuan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
lahir melalui proses dua tingkat, yaitu tingkat sensasi dan tingkat
ratio. Pengetahuan tingkat sensasi atau pengetahuan sensasional adalah
pengetahuan yang langsung ditangkap secara apa adanya dari praktek.
Pengetahuan sensasional itu bersifat kwantitatif dan sepotong-sepotong
serta menyiapkan pengetahuan rasional. Karena itu pengetahuan
sensasional akan menjadi kurang ada gunanya bagi Ilmu Pengetahuan atau
tidak bisa menjadi ilmu pengetahuan bila tidak ditingkatkan menjadi
pengetahuan rasional. Pengetahuan sensasional yang tidak ditingkatkan
menjadi pengetahuan rasional hanya akan menjadi sebagai pengetahuan
biasa, pengetahuan tingkat rendah yang sederhana dan bersifat
kwantitatif (kennis).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
pengetahuan rasional adalah pengetahuan hasil penagkapan, hasil
penelitian dan perenungan, serta merupakan penyimpulan dari pengetahuan
sensasional. Dengan begitu, pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang
tidak langsung dari praktek, pengetahuan tingkat kedua sebagai
peningkatan dan kelanjutan dari pengetahuan sensasional.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
rasional bersifat luas dan kwalitatif. Lengkap, tidak
sepotong-sepotong. Bersifat kombinatif dan kongklusif dari sejumlah
pengetahuan sensasional yang sepotong-sepotong. Pengetahuan rasional
merupakan perubahan kwalitatif dari pengetahuan sensasional dan menjadi
ilmu pengetahuan (wetenschap).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tentang
pengetahuan sensasional dan pengetahuan rasional itu ada pandangan yang
ekstrim dan salah dari kaum sensasionalis dan kaum rasionalis.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kaum
sensasionalis memandang pengetahuan sensasional itu sebagai pengetahuan
yang objektif dan benar karena pengetahuan sensasional adalah
pengetahuan yang langsung berasal dari praktek. Dengan begitu, pandangan
kaum sensasionalis adalah pandangan yang sepotong-sepotong. Kaum
sensasionalis tidak memandang sifat-sifat yang sempit, terbatas dan
sepotong-sepotong dari pengetahuan sensasionalis. Mereka seperti tidak
memandang bahwa segala sesuatu itu tidak hanya terdiri dari yang
sepotong. Karena itu keobjektifan dan kebenaran sesuatu tidak bisa
dipandang hanya dari yang sepotong itu. Sesuai dengan poandangannya,
kaum sensasionalis memandang pengetahuan rasionalis sebagai pengetahuan
yang tidak objektif dan tidak benar, atau diragukan keobjektifan dan
kebenarannya karena pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang tidak
langsung berasal dari praktek. Dan karena rasio itu bisa salah dalam
menyimpulkan, maka pengetahuan rasional sebagai pengetahuan hasil
penyimpulan itupun bisa salah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sebaiknya,
kaum rasionalis memandang pengetahuan rasionil sebagai pengetahuan yang
objektif dan benar karena pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang
menyeluruh dan lengkap. Dalam hal ini kaum rasionalis tidak memandang
bahwa pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang berasal dari dan
melalui proses pengetahuan sensasional. Dan karena itu, bisa salah.
Sebab, rasio memang bisa salah. Maka pengetahuan rasional sebagai hasil
penyimpulan rasiopun bisa salah. Sesui dengan pandangannya iu, kaum
rasionalis memandang pengetahuan sensasional sebagai pengetahuan yang
rendah dan remeh, tidak penting dan tidak berguna karena pengetahuan
sensasional adalah pengetahuan yang sempit, sepotong, dm tidak lengkap.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kedua
pandangan itu adalah pandangan yang ekstrim dan salah karena hanya
menganggungkan yang satu dan meremehkan yang lain. Adapun pandangan yang
objektif dan benar mengenai kedua pengetahuan itu ialah, bahwa
pengetahuan sensasional dan pengetahuan rasional adalah dua tingkat
pengetahuan yang secara dialektis tidak bisa dipisah-pisahkan dan tidak
bisa direndahkan atau diremehkan. Kedua-duanya selalu saling hubungan
sangat erat dan mempunyai peranan yang penting. Pengetahuan sensasional
adalah bagian dari pengetahuan rasional dan menyiapkan lahirnya
pengetahuan rasional itu. Sedang pengetahuan rasional tidak akan bisa
lahir tanpa melalui proses pengetahuan sensasional. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
sensasonal adalah pengetahuan yang objektif dan benar dalam artiian
baru sepotong. Tapi dalam artian yang menyeluruh bagi sesuatu,
pengetahuan sensasional menjadi belum lengkap. Karena itu pengetahuan
sensasional menjadi belum sepenuhnya onjektif dan belum sepenuhnya
benar. Sebaliknya, pengetahuan rasional adalah pengetahuan yang
menyeluruh dan lengkap. Tapi juga bisa belum sepenuhnya objektif dan
belum sepenuhnya benar. Sebab, keobjektifan dan kebenarannya harus
ditinjau dari keadaan praktek yang berlangsung, yang secara menyeluruh
disalinghubungkan dan disimpulkan dari dan berdasarkan yang
sepotong-sepotong. Sesuainya pengetahuan raional dengan praktek, baru
bisa dinyatakan suatu pengetahuan rasional sebagai pengetahuan yang
objektif dan benar.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. BATAS DAN PERKEMBANGAN SERTA PERANAN PENGETAHUAN</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Batas Pengetahuan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
yang berasal dari praktek bersifat terbatas dan tidak terbatas
sekaligus, sesui dengan praktek itu sendiri. Pengetahuan manusia orang
seorang itu terbatas karena praktek dan pengalaman sesorang juga
terbatas. Tapi pengetahuan manusia bersama tidak terbatas karena praktek
dan pengalaman manusia bersama juga tidak terbatas. Pengetahuan manusia
satu generasi juga terbatas. Tapi pengetahuan manusia seluruh generasi
tidak terbatas karena praktek dan pengalaman manusia seluruh generasi
juga tidak terbatas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ketidakterbatasan
pengetahuan manusia bersama dan manusia seluruh generasi terjadi
melalui suatu proses akumulasi, yaitu pengumpulan dan penyatuan dari
pengetahuan manusia orang seorang atau manusia satu generasi yang
terbatas. Pengetahuan manusia orang seorang yang satu dengan yang lain
terbatas, diakumulasi atau dikumpulkan dan disatukan menjadi pengetahuan
manusia bersama yang tidak terbatas. Begitu juga pengetahuan manusia
satu generasi yang satu dengan yang lain terbatas, diakumulasi atau
dikumpulkan dan disatukan menjadi pengetahuan seluruh generasi yang
tidak terbatas. Artinya, pengetahuan manusia seseorang yang terbatas,
ditambah-tambah dan disatukan dengan pengetahuan-pengetahuan
manusia-manusia seseorang lainnya yang juga terbatas, menjadi
pengetahuan manusia bersama yang tidak terbatas. Begitu juga pengetahuan
manusia satu generasi yang terbatas, ditambah-tambah atau
disambung-sambung dan disatukan dengan pengetahuan manusia satu generasi
yang lain yang juga terbatas, menjadi pengetahuan manusia seluruh
generasi yang tidak terbatas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dengan
begitu pengetahuan adalah terbatas pada manusia orang seorang, tapi
tidak terbatas pada manusia bersama seluruhnya. Terbatas pada manusia
satu generasi, tapi tidak terbatas pada manusia seluruh generasi.
Terbatas pada satu waktu, tapi tidak terbatas pada seluruh waktu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Maka
semua yang ada secara objektif, yang tidak bisa diketahui oleh manusia
orang seorang akan bisa diketahui oleh manusia orang seorang lainnya.
Apa yang tidak bisa diketahui oleh manusia satu generasi akan bisa
diketahui oleh manusia satu generasi lainnya. Yang tidak bisa diketahui
pada satu waktu akan bisa diketahui pada satu waktu lainnya. Karena itu
semua yang ada secara objektif pasti akan bisa diketahui. Soalnya adalah
soal waktu. Jadi soalnya bukan tidak bisa diketahui, tapi belum bisa
diketahui dan akan bisa diketahui sejalan dengan perkembangan praktek
manusia orang seorang dan praktek manusia bersama serta sejalan dengan
perkembangan praktek manusia satu generasi dan praktek manusia seluruh
generasi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Perkembangan Pengetahuan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
manusia tidak berhenti pada satu batas, tapi akan berkembang kebatas
yang lain sejalan dengan praktek manusia yang juga tidak akan berhenti
pada satu batas, tapi akan berkembang kebatas yang lain. Pengetahuan dan
praktek manusia berkembang dan akan selalu berkembang terus sesuai dan
sejalan dengan gerak materi yang juga terus menerus tanpa henti.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
manusia berkembang dan meluas. Itu berlangsung dan terjadi dari
pengetahuan manusia orang-seorang dan manusia bersama sampai pengetahuan
manusia satu generasi dan manusia seluruh generasi terkumpul dan
tersambung dengan pengetahuan manusia-manusia orang seorang dan manusia
generasi-generasi lainnya atau kelanjutannya. Semua pengetahuan itu dari
pengetahuan yang satu kepengetahuan yang lain yang terus menerus
bertambah, terus diakumulasi dan dikombinasi, disatukan dan saling
hubungkan, diseleksi dan terus bersambung berkembang menuju dan menjadi
pengetahuan yang luas dan makin luas serta tinggi dan makin tinggi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
yang makin luas dan makin tinggi itu akhirnya pasti akan bisa menggali
dan mencapai semua yang ada secara objektif yang masih tersembunyi, yang
belum tergali dan belum tercapai.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Peranan Pengetahuan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
(wetenschap) atau teori mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan praktek dan materi, bagi hidup dan kehidupan manusia.
Pengetahuan berasal dan lahir dari praktek serta berkembang dan meluas
sejalan dengan perkembangan praktek dan materi. Tapi pengetahuan
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan praktek dan materi itu
sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
mempunyai pandangan dan jangkauan jauh kedepan sebelum praktek dan
materi itu berkembang. Pengetahuan merupakan sinar bagi praktek serta
memimpin dan membawa arah perkembangan praktek dan materi. Praktek akan
berjalan dalam gelap dan meraba-raba bila tidak disinari dan dipimpin
oleh pengetahuan atau teori, sehingga akan terbentus-bentus dan
tersesat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengetahuan
dan praktek tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang
lain. Praktek melahirkan pengetahuan, sedang sebaliknya, pengetahuan
menyinari dan memimpin praktek. Perkembangan praktek menimbulkan
perkembangan pengetahuan, sedang sebaliknya, perkembangan pengetahuan
kebenarannya diuji dalam praktek, yang selanjutnya menimbulkan
perkembangan baru bagi praktek.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
melahirkan pengetahuan, sedang sebaliknya, pengetahuan diuji dan
kembali kepada praktek. Demikian berlangsung proses skematis:
Praktek-Pengetahuan-Praktek.</span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><br /></span></h3>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. PRAKTEK DAN PENGETAHUAN</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Arti dan Macam Praktek</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
adalah kerja manusia atau perbuatan manusia mengubah materi, yaitu
benda atau keadaan, serta mengubah alam dan kehidupan masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Mengubah
benda artinya adalah kerja produksi. Mengubah keadaan artinya adalah
kerja sosial. Sedang mengubah alam berarti menentang atau melawan alam.
Mengubah kehidupan masyarakat berarti berjuang atau ber-revolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kerja
produksi dan menentang atau melawan alam merupakan praktek alam atau
praktek produksi. Sedang kerja sosial dan berjuang atau ber-revolusi
merupakan praktek sosial atau praktek revolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dengan
begitu praktek pada pokoknya hanya terbagi dalam dua golongan atau dua
macam, yaitu praktek alam atau praktek produksi dan praktek sosial atau
praktek revolusi. Semua dan berbagai macam praktek manusia tergolong
salah satu dari kedua macam praktek itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Karena
itu pengetahuan atau teori yang lahjir dari praktek pada pokoknya juga
hanya terbagi dalam dua golongan atau hanya ada dua macam, yaitu
pengetahuan atau teoti tentang alam dan sosial, atau tentang produksi
dan revolusi. Jadi juga hanya ada dua macam ilmu, yaitu ilmu alam dan
ilmu sosial atau ilmu produksi dan ilmu revolusi. Berbagai macam ilmu
pada pokoknya termasuk kedalam salah satu golongan atau salah satu macam
ilmu itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
alam atau praktek produksi melahirkan ilmu alam dengan segala macam
jenisnya. Sedang praktek sosial atau praktek revolusi melahirkan ilmu
sosial dengan segala macam jenisnya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Peranan Praktek</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan ilmu dan manusia.
Praktek melahirkan pengetahuan atau ilmu, menguji dan mengembangkan
kebenaran ilmu. Praktek membuat hidup manusia, membentuk watak manusia
dan meningkatkannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
ysng terus menerus, melahirkan pengalaman yang kesimpulannya menjadi
teori. Kebenaran teori itu selanjutnya masih harus diuji didalam
praktek. Kebenarannya ditinjau dari sesuai atau tidak dengan praktek.
Sesuainya teori itu dengan praktek, berarto teori itu benar. Sedang yang
tidak sesuai dengan praktek, berarti teori itu salah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Peninjauan
atau pengujian kebenaran teori itu didalam praktek tidak hanya sekali.
Tapi terus menerus. Sebab dalam perkembangan praktek selanjutnya, teori
yang sudah benar itu bisa menjadi selisih dan tidak sesuai lagi dengan
praktek yang sudah berkembang. Keadaan demikian menuntut teori itu untuk
menyesuaikan lagi dengan perkembangan praktek yang baru. Dari
perkembangan itu, teori juga menjadi berkembang sesuai dengan
perkembangan praktek. Begitu terus menerus, praktek melahirkan teori,
menguji kebenaran teori, dan selanjutnya mengembangkan teori.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
yang terus menerus juga menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kelanjutan hidup manusia. Dari praktek yang terus menerus itu juga
terbentuk watak manusia dan tuntutan untuk kelanjutannya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Praktek Membentuk Watak</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Praktek
membuat hidup dan menjadi kehidupan manusia, membuat manusia menjadi
biasa dalam hidup dan kehidupan itu, dan menimbulkan pada fikiran
manusia tuntutan-tuntutan bagi kelanjutan dan perkembangannya. Kebiasaan
dalam hidup dan dalam satu kehidupan itu dengan tuntutan-tuntutan bagi
kelanjutan dan perkembangan dari kebiasaan hidup dan kehidupannya itu,
menjadi dan merupakan suatu watak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Demikian
praktek membentuk watak, cara hidup mementukan cara berfikir, kedudukan
sosial menentukan kesadaran sosial, atau kedudukan klas menentukan
kesadaran klas. Begitu, bahwa keadan menimbulkan dan menetukan fikiran,
materi menimbulkan dan menentukan ide, maka setiap perubahan keadaan
atau perubahan materi akan menimbulkan dan menentukan pula perubahan
watak, cara berfikir, kesadaran sosial atau kesadaran klas, ide atau
fikiran.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. KEBENARAN</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Arti dan Macam Kebenaran</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
adalah sesuainya ide dengan materi, atau sesuainya fikiran dengan
keadaan. Kebenaran ada dua macam, yaitu kebenaran objektif dan kebenaran
subjektif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran Objektif ; Kebenaran objektif adalah suatu kenyataan apa adanya dari suatu materi atau keadaan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran Subjektif ; Kebenaran subjektif adalah suatu pencerminan ide tentang materi atau pencerminan fikiran tentang keadaan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Sumber dan Letak Kebenaran</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sumber
kebenaran adalah kenyataan apa adanya dari materi atau keadaan.
Kebenaran objektif dan kebenaran subjektif , kedua-duanya bersumber dari
kenyataan itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
letak kebenaran, bagi kebenaran objektif letaknya ada di (kenyataan)
materi atau keadaan. Sedang kebenaran subjektif letaknya ada di
(pencerminan) ide atau fikiran.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. Sifat Kebenaran</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran sesuatu mempunyai dua sifat, yaitu sifat absolut dan sifat relatif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
obsolut ; Kebenaran absolut adalah kebenaran yang lengkap dan
menyeluruh dari sesuatu materi atau keadaan yang dicerminkan sesuai
dengan kenyataan secara objektif, lengkap dan menyeluruh menurut apa
adanya. Karena itu kebenaran absolut adalah juga kebenaran objektif.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
Relatif ; Kebenaran relatif adalah kebenaran sementara atau kebenaran
pada satu waktu, dan akan berubah atau berkembang pada waktu yang lain.
Kebenaran relatif juga kebenaran disatu tempat, dan bisa berubah
ditempat lain.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
relatif berarti pula kebenaran yang baru sepotong atau baru sebagian
dari suatu materi atau keadaan yang lengkap dan menyeluruh yang
dicerminkan. Kebenaran relatif adalah juga kebenaran subjektif. Karena
itu sendiri adalah relatif, bersifat semenatara, dan akan selalu berubah
atau berkembang. Sebab, materi atau keadaan sebagai sumber kebenaran
juga selalu berubah atau berkembang. Dengan begitu berarti bahwa
kebenaran objektif ataupun kebenaran subjektif, kedua-duanya juga
relatif, bersifat semenatara, dan akan berubah atau berkembang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebanaran
absolut dan kebenaran relatif adalah dua hal yang berhubungan sangat
erat, tidak bisa dipisah-pisahkan. Kebenaran absolut, kebenaran yang
lengkap dan menyeluruh, itu terjadi dan terdiri dari sepotong-sepotong
atau baru sebagaian. Sebaliknya, kebanaran relatif, kebanaran yang baru
sepotong-sepotong atau baru sebagaian itu, mengandung kebenaran absolut
dan merupakan unsur atau bagian yang akan melahirkan suatu kebenaran
absolut.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
itu bersifat absolut karena kebenaran itu ada secara objektif. Dan
kebenaran absolut itupun bersifat relatif, karena kebenaran itu hanya
bersifat sementara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Maka
salah pendapat kaum subjektifis yang mengatakan tidak ada kebenaran
objektif karena kebenaran bersifat relatif, bergantung pada ide yang
mencerminkannya. Tapi juga salah pendapat kaum absolutis yang mengatakan
tidak ada kebenaran subjektif atau tidak ada kebenaran ide karena
kebenaran ide itu bersifat apa adanya. Karena itu kebenaran juga tidak
bersifat relatif, tapi tetap.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. Kebenaran Umum dan Kebenaran Khusus</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
kecuali mempunyai sifat absolut dan relatif, juga mempunyai sifat umum
dan khusus, yaitu sebagai kebenaran umum dan kebenaran khusus. Kebenaran
umum adalah kebenaran sepanjang masa atau kebenaran yang tetap
selamanya. Kebenaran yang terdapat dan berlaku dimanapun dan kapanpun.
Kebenaran khsusus adalah kebenaran menurut waktu, tempat dan tingkatan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kebenaran
umum dan kebenaran khusus adalah dua hal yang berhubungan erat, tidak
bisa dipisah-pisahkan. Kebenaran umum terjadi dari dan terdapat secara
kongkrit pada kebenaran khusus. Atau kebenaran umum itu ada dan terdapat
pada kebenaran khusus. Kebenaran umum merupakan poros dari
kebenaran-kebenaran khusus. Sebaliknya, kebenaran khusus mengandung
kebenaran umum dan berpedoman pada kebenaran umum itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adalah
salah pendapat kaum absolutis sebagaimana juga pendapat kaum dogmatis
yang mengatakan tidak ada kebenaran khusus menurut waktu, tempat dan
tingkatan. Kebenaran itu hanya satu dan universil. Kapanpun waktunya,
dimanapun tempatnya dan bagaimanapun tingkatannya, kebenaran adalah
sama. Kebenaran berlaku pada semua waktu, berlaku disemua tempat dan
disemua tingkatan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Tapi
juga salah pendapat kaum relatifis dan kaum revisionis yang mengatakan
tidak ada kebenaran umum. Semua kebenaran adalah relatif menurut waktu,
tempat dan tingkatan. Dan berdasarkan pendapatnya yang salah itu kaum
revisionis merevisi teori kebanaran umum Filsafat Marxisme dan merevisi
ajaran Marxisme itu sendiri.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">BAB. V</span></h4>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">KATEGORI FILSAFAT</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. BENTUK DAN ISI</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Bentuk
adalah bingkai dari isi. Bentuk merupakan kekuatan dan pelindung
kehidupan isi. Bentuk menyelimuti atau menyelubingi isi. Bentuk
merupakan gejala luar yang tampak dan menampakkan diri, atau yang
tertangkap oleh indera lebih dulu daripada isinya. Bentuk bersifat pasif
dalam proses perkembangannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
isi adalah sesuatu yang terkandung didalam bentuk. Isi merupakan inti
dan kebenaran dari sesuatu. Isi merupakan sesuatu yang hidup dan
membentuk kehidupan. Isi bersifat aktif dalam perkembangannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Bentuk
dan isi adalah dua segi yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Kedua-duanya
selalu berhubungan erat. Bentuk selalu mengandung isi. Tidak bentuk
tanpa isi. Sebaliknya, isi selalu ada didalam bentuk. Tidak ada isi
tanpa bentuk. Bentuk tanpa isi akan tidak mempunyai arti apa-apa.
Sebaliknya, isi tanpa bentuk akan tidak mempunyai kekuatan, karena itu
akan berantakan dan tidak bisa mempertahankan adanya. Bentuk dan isinya
harus selalu sesuai, juga dalam setiap perkembangannya. Tidak sesuainya
bentuk dengan isisnya akan menimbulkan suatu kontradiksi antara bentuk
dengan isinya itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Bentuk
ditentukan oleh isinya. Tapi bentuk mempunyai pengaruh terhadap isinya.
Isi menetukan perkembangan bentuknya. Tapi bentuk mempengaruhi
perkembangan isinya. Bentuk yang sudah sempit dan tidak sesuai dengan
perkembangan isinya, akan dibongkar dan dihancurkan oleh isinya. Karena
itu akan terjadi atau akan lahir dan timbul suatu bentuk yang baru yang
sesuai dengan perkembangan isinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Bentuk
yang baru, melonggarkan bagi perkembangan isinya lebih lanjut. Begitu
sampai pada suatu ketika, bentuk menjadi sempit dan tidak sesuai lagi
dengan perkembangan isinya. Karena itu juga akan terjadi lagi
pembongkaran dan penghancuran terhadap bentuk itu oleh isinya untuk
menganggantinya dengan bentuk yang baru lagi, yang sesuai dengan
perkembangan isinya. Bentuk yang lama berubah menjadi bentuk yang baru,
itu terjadi tidak dengan sendirinya. Tapi terjadi atas perjuangan aktif
oleh isinya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. GEJALA DAN HAKEKAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gejala
adalah apa yang tertangkap oleh indera. Gejala merupakan pelantunan
hakekat, dan merupakan ujud luar yang mempunyai saling hubungan dengan
hakekatnya. Gejala tampak dan menampakkan diri pada berbagai macam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
hakekat adalah saling hubungan yang menentukan adanya sesuatu dan
menimbulkan gejala-gejalanya. Hakekat menampakkan diri lewat
gejala-gejalanya. Gejala-gejala yang timbul dari adanya hakekat, tidak
semua sama atau tidak semua mencerminkan sesuatu dengan hakekatnya.
Walau begitu, untuk bisa mengetahui hakekat sesuatu, tentu melalui
gejala-gejalanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Gejala yang sama atau yang mencerminkan sesuai dengan hakekatnya adalah gejala yang menembus langsung dengan hakekatnya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. SEBAB DAN AKIBAT</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sebab
adalah yang menimbulkanakibat dan merupakan sumber dari timbulnya
akibat atau ada serta terjadinya sesuatu. Adapun akibat adalah yang
ditimbulkan oleh sebab.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sebab
dan akibat mempunyai hubungan langsung dan erat. Sebab menimbulkan
akibat, dan tidak ada akibat tanpa sebab. Akibat akan terus menerus
timbul selama sebab yang menimbulkannya itu masih ada.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Karena
itu mengurus akibat harus pula mengurus atau mengakhiri sebabnya atau
menyelesaikan sebabnya yang menimbulkannya itu. Mengurus akibat tanpa
mengurus atau tanpa menyelesaikan dan mengakhiri sebabnya atau sebab
yang menimbulkannya, akan tidak ada artinya. Akibat menuntut pengurusan
yang segera, sedang sebab harus lebih lanjut dan mutlak untuk diurus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sebab
selalu mendahului akibat. Sebaliknya, akibat selalu timbul kemudian
sesudah sebab. Tapi apa yang timbul kemudian sebagai kelanjutan dari
sesuatu yang timbul mendahuluinya, tidak tentu merupakan akibat dari
yang timbul mendahuluinya itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Akibat
yang ditimbulkan oleh sebab, pada proses kelanjutannya bisa menjadi
sebab yang akan menimbulkan akibat yang baru. Studi tentang saling
hubungan, pada hakekatnya adalah studi tentang saling hubungan sebab dan
akibat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. KEHARUSAN DAN KEBETULAN</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Keharusan
adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Ada dan terjadinya tidak bisa
dielakkan dan tidak bisa ditolak. Keharusan adalah hal yang mutlak dan
objektif.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
kebetulan adalah sesuatu yang tidak tentu. Ada dan terjadinya bukan
suatu kepastian. Kebetulan merupakan titik pertemuan atau titik
persilangan dari dua keharusan. Kebutalan itu terjadi karena bertemunya
dua keharusan. Kebetulan merupakan perwujudan kongkrit dari tuntutan dua
keharusan.</span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span></h3>
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">BAB. VI</span></h4>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">LOGIKA</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. LOGIKA</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Logika
adalah cara berfikir yang sederhana yang bisa diterima oleh akal.
Logika sesuai dengan caranya yang sederhana, hanya dapat dipergunakan
untuk memecahkan hal-hal yang sederhana.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Logika
bukan cara berfikir yang kompleks dan mendalam. Karena itu juga tidak
bisa dipergunakan untuk memecahkan hal-hal yang kompleks dan rumit.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Logika
mengandung keterbatasan atau cara berfikir yang terbatas. Logika
meninjau sesuatu hal hanya mengenai apa yang ada diluar atau yang
tampak, dan tidak sampai menembus soalnya sampai kedalam. Logika hanya
menangkap apa yang ada diluar, hanya pada bentuknya, gejalanya atau
akibatnya. Tidak sampai menangkapnya apa yang ada didalam atau apa yang
terdapat didalamnya. Tidak sampai menangkap isinya, hakekatnya atau
sebabnya. Karena itu logika belum cukup untuk bisa mengetahui kebenaran
secara lengkap dan menyeluruh.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. DUA MACAM LOGIKA</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Logika sebagai cara berfikir, terdapat dua macam, yaitu logika formil dan logika dialektik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Logika
formil seperti halnya metode metafisik, memandang segala sesuatu secara
terpisah, dan memandang keadaan sebagai hal yang tetap, tidak berubah.
Logika dialektik seperti juga cara berfikir dialektis, emandang segala
sesuatu mempunyai saling hubungan dan dalam keadaan berubah, tidak
tetap.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">BAB. VII</span></h4>
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">MATERIALISME HISTORIS</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
Historis adalah penerapan pandangan Materialisme dan Metode Dialektik
dari Filsafat Materialisme Dialektik pada gejala sosial atau didalam
masyarakat. Materialisme Historis adalah materialisme dialektikanya
sejarah, atau materialisme dialektik yang berlaku didalam keadaan sosial
atau didalam masyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
historis merupakan ciri dari kelengkapan dan ke-konsekuenan Filsafat
Materialisme Dialektika Marx, yang membedakan Filsafat Marx dari
filsafat-filsafat sebelumnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perbedaan
Filsafat Marx dengan filsafat-filsafat sebelumnya ialah terletak pada
soal; bahwa filsafat-filsafat sebelum Marx hanya berbicara tentang
gejala alam. Sedang pandangannya tentang sejarah masyarakat tidak jelas
dan tidak konsekuwen. Baru filsafat Marx yang berbicara tidak hanya
tentang gejala alam, tapi juga secara lengkap dan konsekwen berbicara
tentang gejala sosial atau gejala masyarakat. Karena itu lahirnya
filsafat M.D.H. Marx merupakan suatu revolusi dari sejarah filsafat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Materialisme
Historis Marx mengajarkan tentang; keadaan sosial menentukan kesadaran
sosial, hukum umum perkembangan masyarakat, basis dan bangunan atas,
klas dan perjuangan klas, negara dan revolusi, peranan massa dan
pimpinan dalam sejarah</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. KEADAAN SOSIAL MENENTUKAN KESADARAN SOSIAL</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Keadaan sosial mempunyai syarat-syarat dan terdiri dari tiga faktor, yaitu; geografi, penduduk dan cara produksi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dari
ketiga faktor keadaan sosial itu yang paling menentukan adalah faktor
cara produksi. Faktor cara produksi adalah faktor yang paling mobil,
progressif dan revolusioner dalam mendorong maju keadaan sosial. Sedang
faktor geografi dan faktor penduduk adalah faktor-faktor yang mempunyai
pengaruh dan ikut menentukan dalam mendorong maju keadan sosial, tapi
tidak lebih cepat dari faktor cara produksi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Faktor
geografi dan faktor penduduk itu berubah dan berkembang sangat lambat.
Begitu lambatnya berubah dan berkembangnya faktor geografi dan faktor
penduduk itu, sehingga ketinggalan sngat jauh dari berubah dan
berkembangnya faktor cara produksi. Karena itu peranannya dalam
mendorong maju keadaan sosial sampai seperti tidak terasa. Maka pada
hakekatnya berubah dan berkembangnya keadaan sosial menjadi ditentuykan
oleh berubah dan berkembangnya faktor cara produksi. Demikian kesadaran
sosial yang ditentukan oleh keadaan sosial pada hakekatnya juga
ditentukan oleh faktor cara produksi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
kesadaran sosial adalah suatu pengertian, pandangan dan sikap sosial
manusia terhadap hidup dan kehidupannya, serta terhadap hidup dan
kehidupan sosial masyarakat. Kesadaran sosial seseorang bergantung dan
ditentukan oleh keadaan sosialnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Keadaan
sosial menentukan kesadaran sosial. Perubahan dan perkembangan keadaan
sosial juga membawa dan menentukan perubahan dan perkembangan kesadaran
sosial. Walau begitu kesadaran sosial tidak bersikap pasif terhadap
keadaan sosial. Kesadaran sosial mempunyai pengaruh aktif terhadap
keadaan sosial, terhadap perubahan dan perkembangan keadaan sosial itu.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Faktor-faktor
keadaan sosial yang mempengaruhi dan menentukan kesadaran sosial ialah
geografi, penduduk dan cara produksi dengan peranannya masing-masing.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Geografi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Geografi
meliputi unsur-unsur letaknya, bentuknya dan kegunaannya bagi produksi.
Dari ketiga unsur itu yang paling penting peranannya dalam mempengaruhi
dan ikut menentukan keadaan sosial, serta lebih lanjut mempengaruhi dan
menentukan kesadaran sosial adalah unsur kegunaannya bagi produksi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Geografi
yang berbeda dari suatu negeri dan masyarakat, menimbulkan pula
perbedaan keadaan sosial serta kesadaran sosial dari negeri dan
masyarakat itu dengan keadaaan dan kesadaran sosial dari negeri dan
masyarakat lain yang berbeda geografinya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
dan perkembangan geografi membawa dan menentukan pula perubahan dan
perkembangan keadaan sosial dan lebih lanjut membawa perubahan dan
perkembangan kesadaran sosial.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Penduduk</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Penduduk
mempunyai dan meliputi unsur-unsur jumlah dan kepadatan. Unsur-unsur
itu mempengaruhi dan ikut menentukan keadaan sosial yang selanjutnya
mempengaruhi dan menentukan kesadaran sosial. Perubahan dan perkembangan
penduduk ikut membawa dan menentukan perubahan dan perkembangan keadaan
sosial yang lebih lanjut juga membawa perubahan dan perkembangan
kesadaran sosial.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
dan perkembangan penduduk berlangsung dalam proses yang lebih cepat
daripada proses perubahan dan perkembangan geografi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Cara Produksi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Cara
produksi terbentuk dan terdiri dari tenaga produktif dan hubungan
produksi. Cara produksi adalah faktor yang paling mempengaruhi dan
paling menentukan keadaan sosial yang lebih lanjut berarti paling
mempengaruhi dan paling menentukan kesadaran sosial. Perubahan dan
perkembangan cara produksi membawa dan menentukan pula perubahan dan
perkembangan keadaan sosial yang lebih lanjut juga membawa dan
menentukan perubahan dan perkembangan kesadaran sosial.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Proses
perubahan dan perkembangan cara produksi sangat cepat, paling
mempengaruhi dan paling menentukan dibanding dengan proses perubahan dan
perkembangan geografi dan penduduk.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Proses
perubahan dan perkembangan cara produksi dimulai dari proses perubahan
dan perkembangan tenaga produktif serta ditentukan pada akhirnya oleh
perubahan dan perkembangan hubungan produksi. Hubungan produksi
menentukan cara produksi. Perubahan dan perkembangan hubungan produksi
membawa perubahan dan perkembangan cara produksi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Inti
persoalan hubungan produksi adalah pemilikan atas alat produksi. Sedang
inti persoalan pemilikan alat produksi adalah penentuan kedudukan
sosial manusia dalam hubungannya antara yang satu dengan yang lain dalam
proses produksi, dan lebih lanjut kedudukan sosial itu menentukan
kesadaran sosial.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kedudukan
sosial manusia sebagai pemilik alat produksi menimbulkan dan menentukan
kesadaran sosialnya sebagai pemilik alat produksi untuk mempertahankan
pemilikannya atas alat produksi. Sebaliknya, kedudukan sosial manusia
sebagai bukan pemilik alat produksi menimbulkan dan menentukan kesadaran
sosialnya sebagai bukan pemilik alat produksi untuk anti pada pemilikan
atas alat-alat produksi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Demikian
pada hakekatnya keadaan sosial ditentukan oleh hubungan produksi, dan
kesadaran sosial ditentukan oleh kedudukan sosial dalam hubungan
produksi itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kesadaran
sosial itu hanya ada dua macam, yaitu kesadaran sosial untuk
mempertahankan pemilikan perseorangan atas alat produksi dan kesadaran
sosial untuk pemilikan bersama secara kolektif atas alat produksi
sebagai milik masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. HUKUM UMUM PERKEMBANGAN MASYARAKAT</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hukum
umum perkembangan masyarakat adalah suatu hukum yang objektif. Hukum
itu timbul dan berlangsung secara objektif didalam masyarakat, diluar
kesadaran dan diluar kemauan manusia. Timbul dan terjadinya tidak
diciptakan oleh manusia. Berlangsung dan terlaksananya tidak bisa
dihindari dan tidak bisa ditolak oleh manusia dan oleh kekuatan apapun.
Itu sudah menjadi kepastian sejarah dalam proses perkembangan
amsyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hukum
perkembangan masyarakat dimulai dari proses kebutuhan hidup manusia
yang pokok, yaitu mempertahankan dan melangsungkan hidup dalam proses
kehidupan dan perkembangan selanjutnya. Proses itu berlangsung secara
objektif dan berlaku sebagai hukum umum perkembangan masyarakat, bahwa :</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Kebutuhan hidup manusia yang pokok ialah mempertahankan dan melangsungkan hidup.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Untuk bisa mempertahankan dan melangsukan hidup, manusia harus makan,
berpakaian dan bertempat tinggal. Itu merupakan syarat dan sebagai
kebutuhan hidup yang primer.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Untuk bisa memenuhi kebutuhannya yang primer itu, manusia harus bekerja meproduksinya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Untuk bisa bekerja memproduksi, manusia harus mempergunakan alat kerja
dan ada sasaran kerja. Alat kerja dan sasaran kerja itu merupakan dan
disebut sebagai alat produksi. Dalam hal kerja itu juga harus ada atau
tersedia tenaga kerja.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Tenaga kerja manusia dengan kecakapan dan keahliannya yang didapat dari
pengalaman kerjanya beserta alat produksi, merupakan tenaga produktif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Tenaga produktif itu selalu berubah dan berkembang, tidak pernah
tinggal diam atau berhenti pada satu saatpun. Tenaga produktif itu
merupakan motor dari perkembangan maju masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Perkembangan dan perubahan tenaga produktif dimulai pertama-tama dari
perubahan dan perkembangan alat kerja, kemudian diikuti dengan perubahan
dan perkembangan kecakapan dan keahlian tenaga kerja yang menggunakan
alat kerja itu. Tenaga kerja itu merupakan faktor yang terpenting dalam
tenaga produktif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Tenaga produktif selalu menuntut keharusan sesuainya hubungan produksi
engan perkembangan dan perubahan tenaga produktif itu pada setiap
tingkat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi adaah hubungan antara manusia yang satu dengan yang
laiin dalam proses produksi. Hubungan produksi itu berlangsung karena
untuk memproduksi, manusia tidak cukup hanya dengan menggunakan tenaga
kerja sendiri dan alat produksi, tapi masih harus mengadakan hubungan
dengan manusia lain yang merupakan dan disebut sebagai hubungan
produksi.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi mengandung isi yang pokok, yaitu kedudukan pemilikan
atas alat produksi dalam proses produksi itu. Artinya, alat produksi
dalam proses produksi itu milik siapa. Milik bersama secara kolektif
dari semua manusia dalam hubungan produksi itu, atau milik perseorangan
secara sepihak dalam proses produksi itu juga.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi itu menentukan kwalitas suatu masyarakat. Berubah dan
berkembangnya hubungan produksi berarti berubah dan berkembangnya suatu
masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi harus selalu sesuai dengan tenaga produktif dalam
setiap tingkat perubahan dan perkembangan tenaga produktif itu. Hubungan
produksi itu berlangsung diluar kesadaran manusia. Tapi kesadaran
manusia tidak berarti pasif. Kesadaran manusia juga mempunyai peranan
aktif dalam proses perubahan dan mendorong maju perkembangan hubungan
produksi sesuai dengan perkembangan tenaga produktif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi merupakan bingkai dari tenaga produktif sebagaimana
bentuk merupakan bingkai dari isi. Hubungan produksi itu bersifat pasif
dalam setiap proses perubahan dan perkembangannya. Sebaliknya, tenaga
produktif bersikap aktif dalam setiap proses perubahan dan
perkembangannya. Perubahan dan perkembangan hubungan produksi selalu
kemudian daripada perubahan dan perkembangan tenaga produktif.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi yang sudah menjadi sempit bagi perubahan dan
perkembangan tenaga produktif, pada akhirnya akan dibongkar dan
dihancurkan oleh perkembangan tenaga produktif itu sendiri untuk
kemudian diganti dengan hubungan produksi baru yang sesuai dengan
perkembangan dn watak tenaga produktif itu. Dengan berubah dan
berkembangnya hubungan produksi, berubah dan berkembang pula
masyarakatnya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Keharusan sesuainya hubungan produksi dengan perkembangan tenaga
produktif itu merupakan suatu hukum dan yang mendorong maju perkembangan
masyarakat. Itu adalah hukum umum perkembangan masyarakat.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Hubungan produksi dan tenaga produktif merupakan cara produksi, dengan
hubungan produksi sebagai faktor yang menentukan cara produksi,
sebagaimana hubungan produksi menentukan kwalitet suatu masyarakat.
Begitu hubungan produksinya, begitu pula cara produksi dan sistim
ekonominya, yang berarti begitu juga kwalitet masyarakatnya. Berubah
hubungan produksinya berarti berubah cara produksi dan sistim
ekonominya, juga kwalitet masyarakatnya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">3. BASIS DAN BANGUNAN ATAS</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Basis
adalah suatu sistim Ekonomi. Faktor-faktor sistim ekonomi ialah
pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran dari
hasil produksi itu. Dari tiga faktor itu yang paling menentukan adalah
faktor pemilikan alat produksi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Adapun
bangunan atas adalah suatu pencerminan dari basis. Bangunan atas
berdiri diatas dan karena kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari dua
faktor, yaitu faktor ide dan faktor pelaksana atau realisator ide. Dari
dua faktor itu, akhirnya yang penting dan menentukan adalah faktor alat
pelaksana atau alat ralisator itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Basis
menentukan bangunan atas, yaitu menentukan perubahan dan perkembangan
bangunan atas. Berubah dan berkembangnya basis, berarti berubah dan
berkembangnya bangunan atas. Tapi bangunan atas tidak bersifat pasif.
Bangunan atas mempunyai peranan aktif dalam mengubah dan mengembangkan
basis itu. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa pengubahan dan perubahan
revolusioner basis selalu dimulai dari pengubahan dan perubahan
revolusioner bangunan atas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pengubahan
dan perubahan basis yang selalu dimulai dari pengubahan dan perubahan
bangunan atas itu tidak berarti bahwa bangunan atas yang menentukan
basis. Tapi tetap basis yang menentukan bangunan atas. Sebab bila
pengubahan dan perubahan bangunan atas itu berhenti hanya pada
penngubahan dan perubahan bangunan atas itu saja, dan tidak terus ampai
pada pengubahan dan perubahan basisi, maka akhirnya bengunan atas yang
sudah berubah itu akan kembali sperti semula sesuai dengan basisinya
yang belum atau tidak berubah karena tidak diubah.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">4. KLAS DAN PERJUANGAN KLAS</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Klas
adalah segolongan orang yang mempunyai kedudukan yang sama dalam
hubunganya dengan pemilikan alat produksi, mempunyai kepentingan yang
sama dan tujuan yang sama pula.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kedudukan
sosial klas sesorang dalam masyarakat ditentukan oleh hubungannya
dengan pemilikan alat produksi, yaitu dia sebagai pemilik alat produksi
atau sebagai bukan pemilik alat produksi. Mereka yang menduduki sebagai
pemilik alat produksi adalah klas parasit yang menghisap dan menindas.
Sebaliknya mereka yang menduduki sebagai bukan pemilik alat produksi
adalah klas pekerja atau produsen yang terhisap dan tertindas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Ideologi
klas seseorang ditentukan oleh kedudukan dan kepentingan klasnya.
Disamping itu juga ditentukan oleh tujuan perjuangan hidupnya. Artinya,
ia berjuang untuk apa, untuk siapa, dan untuk kepentingan klas mana.
Untuk memiliki dan mempertahankan serta melindungi pemilikan
perseorangan atas alat produksi atau untuk menghapuskan pemilikan
perseorangan atas alat produksi dan menjadikannya sebagai milik bersama
seluruh masyarakat. Mereka yang berjuang untuk yang pertama adalah
berideologi klas penghisap dan penindas. Sedang mereka yang berjuang
untuk yang kedua adalah berideologi klas buruh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kepentingan
klas sesorang ditentukan oleh kedudukan klasnya. Klas pemilik alat
produksi sebagai klas penghisap dan penindas mempunyai kepentingan untuk
mempertahankan dan melindungi pemilikannya atas alat produksi, yang
berarti berkepentingan untuk mempertahankan dan melindungi penindasan
penghisapannya. Sebaliknya, klas bukan pemilik alat produksi sebagai
klas terhisap dan tertindas mempunyai kepentingan untuk menghapuskan
kepemilikan perseorangan atas alat produksi, yang berarti berkepentingan
untuk menghapuskan penghisapan dan penindasan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Klas
dalam masyarakat berklas hanya terdapat dua klas yang pokok, yaitu klas
pemilik alat produksi sebagai klas penghisap dan penindas, dan klas
bukan pemilik alat produksi sebagai klas terhisap dan tertindas. Tapi
disamping dua klas yang pokok itu, ada satu klas peralihan, yaitu klas
pemilik alat produksi yang sekaligus juga klas pekerja yang terhisap dan
tertindas oleh klas pemilik alat produksi yang besar yang menghisap dan
menindas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Klas-klas
dalam masyarakat lahir sesudah terjadinya perampasan dan pemilikan
perseorangan atas alat produksi oleh segolongan kecil manusia yang kuat
terhadap segolongan besar manusia yang lemah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Lahirnya
klas dalam masyarakat menimbulkan adanya perjuangan klas didalam
masyarakat. Perjuangan klas adalah perjuangan untuk membela kepentingan
klas dan tujuan klas, atau perjuangan antara dua klas yang kepentingan
dan tujuannya bertentangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perjuangan
klas antara dua klas yang saling bertentangan kepentingan dan tujuannya
itu tidak mengenal kompromi dan tidak bisa dikompromikan, berwatak dan
bersifat antagonis. Perjuangan klas itu terus berlangsung dan tidak akan
berhenti pada satu saat pun. Hanya bentuk dan sifatnya yang
kadang-kadang terbuka dan kaang-kadang tertutup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perjuangan
klas itu akan terus menerus berlangsung, tidak akan berhenti dan tidak
akan lenyap selama klas-klas itu sendiri masih ada didalam masyarakat.
Berhenti dan lenyapnya perjuangan klas akan bersamaan dengan lenyapnya
klas-klas itu dari masyarakat.</span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Klas-klas
itu akan lenyap bila dan pada saat pemilikan perseorangan atas alat
produksi lenyap atau hapus dan menjadi pemilikan bersama oleh
masyarakat.</span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">5. NEGARA DAN REVOLUSI</span></h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Negara</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negara
adalah alat suatu klas yang berkuasa untuk menindas dan menguasai klas
yang lain untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan dan kekuasaan
klas yang berkuasa.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> </span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negara
lahir dalam masyarakat berklas sesudah klas-klas itu sendiri lahir, dan
sesudah terjadi pertentangan serta timbul perlawanan dan perjuangan
klas. Negara lahir sebagai akibat dari adanya perlawanan dan perjuangan
klas tertindas dan terhisap terhadap klas yang menindas dan menghisap,
suatu perlawanan yang terus menerus dan tidak teratasi. Untuk bisa
mematahkan dan menindas serta mengatasi setiap perlawanan yang timbul
dari klas yang tertindas atau dari klas lain, dan untuk menjaga serta
melindungi kepentingan dan kekuasaan, serta untuk bisa menegakkan dan
mempertahankan kekuasaannya lebih lanjut, klas yang berkuasa memerlukan
alat kekuasaan dan kekuatan, dan itu adalah negara.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Demikian
negara lahir sebagai alat kekuasaan dan alat penindas dari klas yang
berkuasa terhadap klas lain, dan bukan sebagai alat pendamai dalam
pertentangan klas yang berdiri diatas semua klas yang saling
bertentangan.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negara sesuai dengan fungsinya, selalu berwatak dan bersifat diktatur dari klas yang berkuasa terhadap klas yang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Aparat
kekuasaan negara yang utama dan penting serta pokok adalah pemerintah,
angkatan bersenjata dan penjara. Ketiga aparat kekuasaan negara itu
adalah mutlak dan merupakan hakekat negara. Dan dari ketiganya itu yang
paling penting adalah angkatan bersenjata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negara
sebagai alat kekuasaan berarti alat pelaksana politik atau alat
pelaksana ide klas yang berkuasa. Karena itu negara merupakan suatu
faktor dari bangunan atas. Dan sebagai bangunan atas, negara lahir dan
berdiri diatas basis serta yang melindungi basis itu. Maka watak suatu
negara tidak bisa lepas dari watak basisnya atau watak dan kepentingan
sistem ekonomi yangberlangsung. Watak dan fungsi tentu sesuai dengan
watak dan kepentingan basis atau sistem ekonominya, dan sesuai denga
watak serta kepentingan klas yang berkuasa. Tidak bisa lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negara
sesuai dengan sejarah lahir dan terbentuknya, tidak selamanya ada dan
mutlak. Ada jaman yang masyarakatnya hidup berlangsung tanpa ada negara,
yaitu masyarakat komunal primitif sebagai masyarakat yang tidak berklas
karena klas-klas belum lahir atau belum ada dalam masyarakat itu.
Karena itu negara pada akhirnya juga akan lenyap dari masyarakat. Akan
datang masanya yang masyarakat hidup berlangsung tanpa negara., yaitu
masyarakat komunisme sebagai masyarakat yang tidak berklas karena
klas-klas sudah lenyap dari masyarakat itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Negara pada akhirnya akan lenyap dari masyarakat bersamaan dengan lenyapnya klas-klas dari masyarakat itu pula.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Revolusi</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
adalah perebutan dan pergantian kekuasaan dari klas yang berkuasa
kepada klas lain yang lebih maju. Dengan begitu pergantian kekuasaan
kepada klas lain yang reaksioner adalah bukan revolusi, tapi kontra
revolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
mempunyai tiga sasaran utama, yaitu politik, ekonomi dan kebudayaan.
Itu berarti revolusi yang pertama-tama ditujukan untuk merebut dan
mengganti kekuasaan negara. Segera sesudah itu berhasil, harus segera
merebut dan mengoper kekuasaan atas alat produksi. Kemudian sesudah
kekuasaan itu mantap dan terkonsolidasi kuat, lalu merombak kebudayaan
lama dengan segala sisa-sisanya untuk memenangkan dan mendominasi
kebudayaan baru, kebudayaan klas yang berevolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
yang sudah berhasil merebut dan mengganti kekuasaan negara, tapi tidak
diteruskan untuk merebut dan mengoper kekuasaan atas alat produksi, akan
berarti revolusi itu hanya dalam bentuk, dan tidak sampai pada isinya.
Revolusi yang demikian, pada hakekatnya dan pada akhirnya adalah
revolusi yang gagal. Sebab hakekat suatu revolusi adalah merebut dan
mengoper kekuasaan atas alat produksi untuk merombak sistem ekonomi yang
lama dan menggantinya dengan sistem ekonomi yang baru dari klas yang
berevolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
di lapangan politik berarti merebut dan mengganti kekuasaan negara,
merombak aparatnya yang lama dan menggantinya dengan aparat yang baru
sebagai aparat revolusi, yaitu aparat yang sesuai dan untuk melaksanakan
tujuan revolusi. Dan tujuan revolusi berarti tujuan klas yang
berevolusi, yaitu klas yang merebut dan mengganti kekuasaan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
di lapangan ekonomi berarti merebut dan mengoper kekuasaan atas alat
produksi. Merombak hubungan produksi yang lama dan menggantinya dengan
hubungan produksi yang baru dari klas yang berevolusi, yang berarti
merombak sistem ekonomi yang lama dan menggantinya dengan sistem ekonomi
yang baru dari klas yang berevolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
di lapangan kebudayaan berarti melawan dan merombak kebiasaan dan cara
berfikir yang lama dan menggantinya dengan kebiasaan dan cara berfikir
yang baru dari klas yang berevolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
di lapangan politik tanpa merombak aparat yang lama dan menggantinya
dengan aparat yang baru, aparat revolusi dari klas yang berevolusi, akan
menghambat dan bisa membelokkan jalannya revolusi dari arah tujuan
revolusi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
di lapangan ekonomi tanpa merombak hubungan produksi dan sistem ekonomi
yang lama untuk menggantinya dengan hubungan produksi dan sistem
ekonomi yang baru dari klas yang berevolusi, akan tidak ada artinya bagi
tujuan revolusi, yang berarti gagal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
di lapangan politik dan ekonomi tanpa dilanjutkan atau tanpa revolusi
di lapangan kebudayaan, akan bisa menyelewengkan jalannya revolusi dari
arah dan tujuan revolusi itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi-revolusi
yang sudah terjadi dalam sejarah, bisa dibagi dalam dua kategori pokok,
yaitu revolusi proletar atau revolusi sosialis dan revolusi -revolusi
sebelumnya. Dua kategori pokok revolusi itu mempunyai perbedaan besar
dan prinsip pada watak dan sifat serta tujuannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
proletar atau revolusi sosialis adalah revolusinya klas bukan pemilik
alat produksi atau revolusinya klas yang tertindas dan terhisap, yaitu
revolusinya klas buruh atau klas pekerja terhadap klas pemilik alat alat
produksi atau klas penghisap. Sedang revolusi - revolusi sebelumnya,
revolusi - revolusi sebelum revolusi proletar atau sebelum revolusi
sosialis adalah revolusinya klas -klas pemilik alat produksi atau klas
penghisap terhadap klas lain, atau terhadap klas pemilik alat produksi
atau klas penghisap yang lama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
proletar atau revolusi sosialis bertujuan untuk menghancurkan sistem
ekonomi dan masyarakat penghisapan dan menggantinya dengan sistim
ekonomi dan masyarakat sosialis, yaitu sistim ekonomi dan masyarakat
kolektif tanpa penghisapan. Sedang revolusi - revolusi sebelumnya
bertujuan untuk mengganti sistim ekonomi dan masyarakat penghisapan yang
lama dengan sistim ekonomi dan masyarakat penghisapan yang baru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
proletar atau revolusi sosialis betugas untuk membangun sistim ekonomi
dan masyarakat yang sama sekali baru, yang belum terkandung atau belum
tumbuh dalam sistim ekonomi dan masyarakat yang lama yang digantinya.
Sedang revolusi - revolusi sebelumnya bertugas membangun atau menegakan
sistim ekonomi yang sudah terkandung atu sudah tumbuh didalam sistim
ekonomi dan masyarakat yang lama yang diganti. Dengan begitu,
revolusi-revolusi sebelum revolusi proletar atau sebelum revolusi
sosialis berarti tidak membangun sistim ekonomi yang sama sekali baru.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
Proletar atau revolusi sosialis dan revolusi-revolusi sebelumnya yang
watak, sifat dan tujuannya saling berbeda secara prinsip itu, berbeda
pula praktek berlangsungnya, pelaksanaannya dan penegakannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
proletar atau revolusi sosialis berlangsung sampai pada penumbangan
sistim ekonomi dan masyarakat yang lama beserta akar-akarnya.
Pelaksanaan dan penegakannya harus dengan aparat yang baru yang bersih
dari watak dan sifat-sifat lama. Sedang revolusi-revolusi sebelumnya,
berlangsung sampai berlaku dan berkuasanya sistim ekonomi dan masyarakat
baru dengan masih bisa membiarkan atau meneruskan berlakukanya
sisa-sisa sistim ekonomi dan masyarakat lama didalam sistim ekonomi dan
masyarakat baru. Pelaksanaan dan penegakannya bisa pula menggunakan atau
dengan aparat-aparat lama yang masih membawa watak dan sifat-sifat
lama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
proletar atau revolusi sosialis membangun sistim ekonomi dan masyarakat
yang sama sekali baru. Karena itu, didalamnya akan berlangsung
kontradiksi atau pertentangan yang makin menajam antara watak dan
fikiran-fikiran lama, atau antara ideologi baru dengan ideologi lama
yang ditumbangkan, yang sisa-sisanya masih berusaha untuk berkuasa
kembali. Watak dan fikiran atau ideologi yang baru dan yang lama itu
tidak bisa saling berintegrasi atau tidak bisa diintegrasikan, dan
kontradiksi atau pertentangannya tidak bisa dikompromikan. Sedang
revolusi-revolusi sebelum revolusi proletar atau sebelum revolusi
sosialis membangun sistim ekonomi dan masyarakat yang tidak sama sekali
baru. Karena itu didalamnya tidak akan berlangsung kontradiksi atau
pertentangan yang makin menajam antara watak dan fikiran atau ideologi
yang lama. Tapi kontradiksi atau pertentangan antara keduanya itu akan
melunak dan bisa dikompromikan serta bisa saling berintegrasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi-revolusi
itu menjadi matang dan berlangsung atau terjadi dengan melalui
syarat-syarat dalam proses krisis revolusioner. Tanda-tanda atau
ciri-ciri dari krisis revolusioner itu ialah :</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Massa rakyat sudah tidak puas dan tidak mau dengan keadaan yang lama yang sedang berlangsung.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Massa rakyat sudah berani dan sudah bertindak menentang dan melawan
keadaan itu, baik secara bersama atau terorganisasi maupun secara
sendiri-sendiri yang "anarchis".</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">• Klas atau pemerintah yang berkuasa sudah tidak mampu mengatasi keadaan dan tidak mampu membuat jalan keluar.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">•
Klas yang baru sudah siap dan sudah mampu untuk menggangti kekuasaan
lama, serta sudah siap tampil kedepan memimpin dan mampu melaksanakan
kepemimpinan dalam perlawanan massa rakyat terhadap kekuasaan klas atau
kekuasaan pemerintah lama.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Revolusi
adalah perlawanan besar dan menyeluruh dari massa rakyat terhadap
kekuasaan klas atau pemerintah lama yang proses kematangannya dimulai
dari perlawanan-perlawanan yang kecil-kecil dan terpisah-pisah. Revolusi
selalu berlangsung dengan perlawanan dan kekerasan. Tidak ada revolusi
yang berlangsung secara damai.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h3>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">6. PERANAN MASSA DAN PIMPINAN DALAM SEJARAH</span></h3>
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">1. Massa</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Massa
adalah segolongan besar manusia dalam masyarakat yang mempunyai ikatan
atau persamaan kepentingan tertentu. Massa disini berarti massa pekerja
atau rakyat pekerja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Massa
rakyat pekerja adalah pencipta sejarah. Massa rakyat pekerja adalah
kaum produsen. Sejarah masyarakat adalah sejarah dari massa rakyat
pekerja. Sejarah adalah sejarah dari kaum produsen, dan bukan sejarah
dari para pimpinan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Massa
rakyat pekerja adalah juga pelaksana dan realisator ide-ide masyarakat.
Tanpa massa rakyat pekerja tidak akan ada ide-ide masyarakat atau
ide-ide sosial yang bisa dilaksanakan atau direalisasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Massa rakyat pekerja hidup dan menghidupi serta menentukan jalan hidup dan kehidupan mereka sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Massa
dalam hidup dan kehidupannya memerlukan dan mempunyai pimpinan yang
lahir dari antara mereka dan mereka tentukan sendiri. Massa melahirkan
dan menentukan pimpinan, dan bukan sebaliknya. Massa bukan semacam domba
yang hanya menurut kemana gembalanya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">2. Pimpinan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pimpinan
adalah orang yang menjadi poros dalam hidup dan kehidupan massa,
Pimpinan menjadi pedoman dalam menempuh jalan hidup dan kehidupan massa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pimpinan
adalah satu dengan massa dan lahir dari antara massa itu sendiri.
Pimpinan adalah juga massa, tapi massa yang paling menonjol diantara
mereka dan mempunyai banyak kelebihan dari yang lain, baik dalam hidup
dan kehidupan, maupun dalam menempuh jalan hidup dan kehidupan itu,
serta dalam mencapai kepentingan bersama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kemenonjolan
dan kelebihan pimpinan ialah, bahwa pimpinan dalam hal itu memiliki
syarat-syarat "serba paling", yaitu paling berpengaruh, paling jauh
pandangannya, paling berani, dsb. Sesuai dengan dasar kebutuhan dan
kepentingan massa yang bersangkutan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pimpinan
merupakan peresan dari massa dan cermin dari hidup dan kehidupan
massanya. Pimpinan merupakan wakil dan pembawa kepentingan, perasaan dan
fikiran massa yang dipimpinnya. Pimpinan yang sudah menyeleweng dan
sudah tidak mewakili atau sudah tidak membawa kepentingan, perasaan dan
fikiran massanya, akan ditinggalkan dan akan diganti dengan pimpinan
yang baru oleh massanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pimpinan
lahir dari massa serta hidup dan besar dari massa. Pimpinan akan terus
diikuti oleh massa selama dia mewakili dan membawa kepentingan, perasaan
dan fikiran massanya. Sebaliknya, pimpinan akan jatuh dan tenggelam
ditengah-tengah massa serta ditentang oleh massa dan lenyap dari massa
bila dia sudah tidak lagi mewakili dan membawa kepentingan, perasaan dan
fikiran massanya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pimpinan
dan massa adalah satu. Tidak bisa dipisah-pisahkan. Massa memerlukan
pimpinan dalam hidup dan kehidupannya, serta dalam menempuh jalan hidup
dan kehidupannya itu, juga dalam mencapai kepentingannya. Sebaliknya,
pimpinan tidak bisa lahir dan tidak bisa hidup tanpa massa. Pimpinan
tanpa massa tidak akan bisa berbuat apa-apa, dan tidak ada artinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pimpinan
hidup satu dengan massa dan ditengah-tengah massa. Pimpinan mengerti
kepentingan massa, mendengarkan suara massa, memperhatikan perasaan
massa, mempelajari fikiran dan pendapat massa. Lalu menyimpulkan suara,
perasaan, fikiran dan pendapat massa itu. Kemudian menjadikan kesimpulan
itu sebagai garis pimpinan yang sesuai dengan kepentingan massa, dan
untuk mencapai kepentingan massa. Selanjutnya mengembalikan garis
pimpinan itu kepada massa untuk dilaksanakan dan direalisasi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kesimpulan
dan garis pimpinan yang tepat sesuai dengan kepentingan massa dan
sesuai dengan perasaan serta fikiran massa, akan mampu memobilisasi
kekuatan massa untuk melaksanakan dan merealisasinya. Massa adalah
inspirator dan realisator serta penguji dari ketepatan garis pimpinan.
Dengan begitu, kesimpulan dan garis pimpinan adalah berasal dari massa,
kembali kepada massa, dilaksanakan dan direalisasikan oleh massa, serta
untuk kepentingan massa. Maka pada akhirnya masalah yang menentukan, dan
bukan pimpinan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Kepentingan,
perasaan dan fikiran massa merupakan garis massa. Dan garis massa itu
menentukan serta menjadi garis pimpinan, yang pada pelaksanaan dan
realisasinya kembali berakhir kepada massa yang menentukannya.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Demikian
peranan massa dan pimpinan dalam sejarah perkembangan masyarakat.
Pimpinan yang menunjukkan arah dan jalannya, sedang massa yang
menentukan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://okagawa-wawan.blogspot.com/2010/05/pokok-pokok-filsafat-materialisme.html" target="_blank">sumber</a> </span></div>
Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-44971048222475826682013-04-14T15:28:00.002+07:002013-06-17T11:40:15.137+07:00Historis Materialisme Marx Sebagai Teori Atas Perjuangan Kelas <div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">A. Historis Materialisme </span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Pemikiran Marx berpengaruh pada abad ke dua puluh. Ketika itu, Marx
memformulasikan pemikiran Hegel tentang eksistensi pikiran sebagai
sebuah jiwa universal. Dalam analisis Hegel melalui metode dialetika,
menurut Hegel proses dialektika ini sejenis oposisi dinamis dan
progresif dimana gagasan awal, tesis dihadapkan dengan anti tesis yang
sifatnya bertentangan, dan perlawanan ini berkulmasi dalam sintesis yang
menjaga dan menggabungkan apa yang rasional dalam dua posisi yaitu
pertama dan dan kemudian membentuk tesis baru. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filosofi
materialisme yang dikatakan Marx adalah materialisme yang menggerakkan
pikiran. Penggabungan dua teori antara materialisme dan metode
dialektika ini menghasilkan metode materialisme dialektika. Marx dengan
jelas menolak pandangan Hegel bahwa dan mengikuti jalur pemikiran
feueurbach. Dalam proses analis metode dialektika materialisme, Marx
melihat materi, perlahan-lahan Marx menganalisis hubungan-hubungan
sosial yang berhubungan dengan ekonomi, tenaga kerja, politik, dll dalam
analisa sosial sebagai kekuatan-kekuatan yang menentukan dalam sejarah
manusia.. Inilah yang dikatakan oleh Marx sebagai historis materialis
yang berepisentrum pada materi. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Marx
membangun teori historis materialisme sebagai syarat mutlak dialektika
materialis. Marx menilai bahwa pada dasarnya manusia itu bebas, namun
hegemoni ekonomi yang besar merubah dan menentukan karakter manusia.
Marx menyatakan: </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Model
produksi dalam kehidupan material menentukan karakter umum proses
sosial, politik dan spiritual dari kehidupan. Adalah bukan kesadaran
manusia yang menentukan eksistensinya, tetapi sebaliknya, eksistensi
sosialnya yang menetapkan kesadaran mereka<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn1">[1]</a>. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Marx
menganggap bahwa ketika perkembangan ini berlangsung, di sana terdapat
titik ketika kekuatan-kekuatan material produksi memasuki arena konflik
dengan hubungan-hubungan produksi yang ada, yang berakibat pada bahwa
apa yang ada yang menjadi ikatan dan belenggu bagi manusia. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Nilai
kerja merupakan suatu keadaan alamiah antara manusia dan alam. Marx
mengatakan tentang ’ nilai kerja ’dalam bukunya Capital I bahwa konsep
nilai tidak saja sepenuhnya, tidak dilenyapkan tetapi sesungguhnya
diubah menjadi sebaliknya. Ia merupakan sebuah pernyataan yang sama
imajinernya seperti nilai bumi. Ungkapan-ungkapan ini lahir dari
hubungan-hubungan produksi itu sendiri. Mereka adalah kategori-kategori
bagi bentuk-bentuk penampilan dari hubungan-hubungan esensial. Bahwa
dalam penampilannya segala sesuatu sering menyatakan diri mereka dalam
hubungan terbalik sudah diketahui betul dalam setiap ilmu pengetahuan,
kecuali ekonomi politik<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn2">[2]</a>. Dalam menganalisis tentang kerja, perlu menekankan psedo-psedo berikut: </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pada dasarnya prinsip kerja adalah sebuah keadaan dimana manusia secara alamiah dari hukum-hukum.</span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Manusia bekerja tidak
lain untuk memenuhi hidupnya dengan nilai ’kebutuhan’, dan alam pun
bekerja untuk memenuhi kebutuhan manusia.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hubungan bipolaritas alam dan manusia sebagai bentuk hukum kausalitas. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Nilai
kerja berubah ketika nilai komoditas, ketika adanya persaingan antar
individu, sehingga yang memenangkan persaingan individu itu menjadi
subjek superior. Persaingan individu digambarkan oleh Marx pada zaman
purbakala untuk memperebutkan ’kepemilikan’ wilayah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan komunalnya. Manusia superior ini menjadi pemimpin
atau raja daripada manusia-manusia lain (rakyat), yang dikatakan Marx
sebagai masyarakat feodalisme. Rakyat kehilangan hak untuk merdeka dan
kebebasan, dan rakyat hanya dijadikan budak bagi para raja. Rakyat tidak
tersadarkan bahwa hak mereka hilang dikarenakan hanya seorang superior.
</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">B. Hegemoni Kapitalisme </span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Kapitalisme merupakan sebuah keadaan masyarakat tingkat lanjut dari
masyarakat feodalis. William Outwaite mendefinisikan pemikiran Karl Marx
(Capital, 1867, Vol I) mendifinisikan kapitalisme sebagai masyarakat
yang memproduksi komodititas, dimana alat-alat produksi utama dimiliki
oleh kelas khusus, yaitu borjuis dan tenaga buruh juga menjadi komoditas
yang dibeli dan dijual<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn3">[3]</a>.
Kaum borjuis selaku pemodal memiliki kuasa penuh untuk menjalankan
sistem perekonomian, sedangkan tenaga buruh hanya dijadikan mesin-mesin
perusahaan. Tenaga buruh menjadi komoditas yang dibeli dan dijual
dikarena buruh menjadi pengendali perusahaan dalam menjalankan produksi.
Kaum buruh (proletar) diperbudak oleh kaum borjuis dengan
mengatasnamakan keuntungan. Kaum borjuis menginginkan akumulasi modal
dengan cepat, sehingga buruh diperbudak untuk meningkatkan hasil
produksi dan dibandingkan dengan upah penghasil buruh yang tidak stabil
dengan waktu (jam kerja) memproduksi dalam teori nilai lebih. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Marx
mengkritik Ricardo dan Adam Smith (Invisible Hand). Bahwa, Adam Smith
dan Ricardo tidak melihat harga alamiah terdiri dari rata-rata upah dan
rata-rata keuntungan. Konsep dari Adam Smith dan Ricardo tidak bisa
dijelaskan dengan “harga” karena harga yang rata-rata upah dan rata-rata
keuntungan tadi. Karena menurut Adam Smith dan Ricardo itu adalah
“harga yang terpusat”, dengan “hasrat pasar”. Sehingga yang terjadi
adalah produksi secara besar-besaran, tanpa adanya mampu membeli karena.
situasi masyarakat yang menjadi miskin dan dimiskinkan oleh kapitalisme
itu sendiri<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn4">[4]</a>. . Untuk itulah adanya Manifesto Politik dalam hal ini Marxisme menjadi ideologi dengan prinsip keadilan sama rata (equality). </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Marx
membentuk sebuah kekuatan dalam mengkonsolidasikan kaum proletar dalam
satu partai, yaitu komunis. Dalam manifesto komunis, ajaran-ajaran marx
berkembang pesat. Marx menjelaskan dalam dua poin dalam ajaran komunisme<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn5">[5]</a>. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Komunisme telah diakui oleh semua kekuasaan di Eropa sebagai suatu kekuasaan pula.</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Telah
tiba waktunya bahwa kaum komunis harus dengan terang-terangan terhadap
seluruh dunia, menyiarkan pandangan-pandangan mereka, tujuan mereka,
aliran mereka, dan komunisme ini dengan sebuah manifes dari partai
sendiri. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Apa
yang kaum marxis perjuangkan adalah tidak lain melawan sistem borjuasi
dalam sistem kapitalismenya. Industri modern telah menciptakan pasar
dunia dengan perdagangan yang sangat besar. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Proses
perjuangan kelas sebagai antisesa pergerakan kapitalisme disinyalir
adalah syarat utama sebuah revolusi. Lenin mengatakan bahwa; </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">
Perjuangan kelas adalah sebuah perjuangan politik. Kalimat yang
dikutip itu adalah suatu lukisan susunan jaring perhubungan-perhubungan
sosial dan tingkatan-tingakatan peralihan antara satu kelas dengan yang
lainnya, antara yang lampau dengan yang dikemudian hari<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn6">[6]</a>. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Historis
materialisme Marx yang ditelaah oleh Lenin menekankan masalah
masyarakat. Lenin menafsir pemikiran Marx dalam manifesto komunis, bahwa
apa yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah adanya kelas-kelas
sosial, dan hal ini harus direvolusikan melalui sebuah politik. Dengan
satu partai politik dan menguatkan massa proletar. Marx menganggap
hegemoni kapitalisme membuat sekat antara yang kaya semakin kaya dan
yang miskin semakin miskin. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">C. Perjuangan Kelas </span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perubahan
sejarah umat manusia dalam masyarakat hanya tercapai dengan jalan
kekerasan yaitu melalui suatu revolusi. Karl Marx pada dasarnya
menentang semua bentuk usaha untuk memperdamaikan kelas-kelas yang
bertentangan. Reformasi pada kelas atas dan usaha pendamaian antar kelas
hanya akan menguntungkan kelas penindas. Karl Marx menekankan bahwa
perjuangan kelas yaitu penghancuran penindasan yang terjadi dalam
masyarakat. Engels mengatakan: </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Semakin
kuat sosialisme lebih dini ini menolak eksploitasi kelas pekerja, yang
adalah tidak terelakkan dalam kapitalisme, semakin kurang mampulah ia
untuk secara jelas menunjukkan atas apakah eksploitasi ini terdiri dan
bagaimana ia timbul<a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/#_ftn7">[7]</a>. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Engels
menguatkan pemikiran Marx dalam perampasan Hak kepemilikan dan
bagaimana mekanisme kapitalisme mengekploitasi proletar dalam teori
nilai lebih. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Perlawanan
kaum proletar dalam menuntut keadilan, Lenin menerapkan tindakan
politik praksis dalam melawan bentuk alienasi manusia. Lenin mengerti
aparatur negara dalam masyarakat diklasifikasikan dalam mengedepankan
sebagai kelembagaan dominasi sosial pemilik kemiskinan atas orang-orang
yang harus hidup dengan bekerja untuk mereka, yang berubah dari sebuah
kekuatan sosial, terasing dari massa sehingga masyarakat dan di luar
kendali. Bagi Lenin dengan menerapkan diktarator proletariat dapat
membabaskan kaum proletar dari kung-kungan kapitalisme. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Marxisme
berjuang untuk penaklukan kekuasaan politik oleh kelas pekerja dan
pembangunan masyarakat sosialis, dimana negara akan lenyap. Sebelum itu,
haruskah buruh menjauhkan diri dari aktivitas politik? Haruskah mereka
menolak semua perubahan kecil yang dapat meningkatkan keberadaan mereka?
Tentu saja </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">tidak,
kita harus membela perjuangan untuk setiap manfaat sekecil apapun, dan
menggunakan setiap kesempatan yang terbuka untuk kita. Hanya orang yang
bodoh saja yang dapat menolak gaji yang lebih baik atau sistem kesehatan
masyarakat. Melalui perjuangan tersebut, dan </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">perjuangan
untuk merubah organisasi buruh, serikat buruh, dan partai buruh, kita
belajar dan menjadi lebih kuat dan membawa lebih dekat hari dimana
adalah mungkin untuk merubah masyarakat secara permanen. Kaum Marxis
berjuang untuk setiap perubahan kecil, dan pada saat yang sama
menjelaskan bahwa perubahan-perubahan ini tidaklah aman kalau
kapitalisme berlanjut. Hanya sosialisme yang dapat menyelesaikan
problem-problem masyarakat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://ahmadsidqi.wordpress.com/2010/12/28/historis-materialisme-marx-sebagai-teori-atas-perjuangan-kelas/" target="_blank">Sumber</a> </span></div>
<div style="color: #333333; font-style: Italic; font-weight: normal; font: normal 12px Georgia; margin-top: 10px; padding: 8px 10px 8px 70px;">
<ins style="border: none; display: inline-table; height: 60px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 468px;"><ins id="aswift_0_anchor" style="border: none; display: block; height: 60px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 468px;"><br /></ins></ins></div>
Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-7514480641535096572013-04-14T15:27:00.002+07:002013-06-17T11:40:34.786+07:00Dialektika Hegel Atas Filsafat Sejarah <div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Filsafat sejarah
merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari rangkaian keilmuan
filsafat secara umum.Bagian integral yang berpengaruh dalam memahami dan
mengkaji sejarah dari sudut pandang filsafat.Memandang sejarah bukan
hanya masa lampau namun juga menjadi unsur perubahan dari masa ke masa. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Beberapa
tokoh bermunculan dari ranah filsafat sejarah,dan Hegel termasuk
didalamnya.Dia merupakan salah satu filsuf ternama yang dihasilkan
Jerman sebagai sebuah tempat yang layak bagi lahirnya beberapa filsuf
terkenal dan berpengaruh. Disamping Immmanuel Kant,Hegel memiliki
konsistensi dalam berfikir dan kapabilitas rasio yang mampu
menterjemahkan hidup dalam bentuk rumus dialektikanya yang terkenal.
Hegel seorang yang progresif dalam berfikir dan bertindak,meskipun tidak
reaksioner dalam bersikap terhadap realitas.Filsafat Roh yang merupakan
karakternya,yang dia akui merupakan hasil sintesa antara pemikiran
Fichte dan Schelling dizaman pertumbuhan filsafat idealisme Jerman
abad-19.Dia cenderung memaknainya sebagai Roh Mutlak atau Idealisme
Mutlak. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pandangan
mengenai realitas begitu jauh dan meluas.Selain pandangannya mengenai
Pikiran sebagai sesuatu yang mempengaruhi kehidupan fisik dan
material.Dia memiliki pengaruh yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan
pada abad-19 dalam hal melakukan pembuktian nilai-nilai realitas dengan
nalar yang dia terjemahkan dalam bentuk hukum dialektik.Yang dikemudian
hari tanpa disadari menjadi inspirasi Karl Marx dalam menetapkan teori
materialis didalam tubuh sosialismenya. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Konsistensinya
dalam melakukan telaah pemikiran atas ‘idea’ menjadi sebuah kondisi
yang menarik untuk dikaji serta menjadi sebuah tambahan ilmu bagi diri
pribadi. Dialektika Hegel menjadi sebuah pisau analisis dalam menelaah
sejarah secara lebih mendalam serta ilmu pengetahuan secara global.
Dialektikanya seolah suatu metode yang mampu memecahkan problem realitas
kehidupan. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pembahasan</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Hegel seorang yang
berkebangsaan Jerman,hidup dari keluarga yang mapan secara status
sosial,serta pola pendidikan keluarga terutama ibunya yang mempengaruhi
Hegel menjadi filsuf besar.Dia dilahirkan di Kota Stuttgart,Jerman pada
27 Agustus 1770.Dia sempat pula mengenyam pendidikan di Gymnasium
Stuttgart,setelah kemudian melanjutkan di Universitas Tubingen. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dalam
hidupnya dia curahkan untuk mempelajari dan mengkaji filsafat secara
mendalam,dengan banyak membaca artikel,buku-buku dari beberapa pemikir
filsafat yang sempat pula mempengaruhinya
seperti;Aristoteles,Descartes,dan Kant (yang juga sempat ia
kritisi),hingga menelurkan beberapa karya yang cukup berpengaruh
seperti; Phenomenology of Spirit (yang dlm bahasa Inggris diterjemahkan
Phenomenology of Mind,bahasa Jerman Phänomenologie des Geistes),sekilas
menggambarkan pemikiran Hegel yang idealisme monistik,atau menjelaskan
tentang keyakinannya perihal satu pemikiran atau substansi,disini dia
sependapat dengan pemikiran Baruch Spinoza,kemudian Science Of Logic,
dan beberapa diktat kuliahnya sewaktu mengajar dibeberapa perguruan
tinggi. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dalam
sebuah pengantar dibukunya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia;Filsafat Sejarah G.WF Hegel,dinyatakan bahwa Hegel sebenarnya
seorang yang berfikir ’konkret’ atas ide-idenya serta pemikirannya,dia
juga merupakan filsuf yang tidak reaksioner dan revolusioner,sebab dia
bukan politikus. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hegel
memang bukan seorang politikus namun dialektikanya mampu menjadi
inspirasi para politikus dalam melakukan kajian politik dan
sosial.Sehingga terkadang menjadi pisau analisis yang cukup akurat dalam
memandang realitas.Hegel mengakui dirinya cenderung befikir bebas
selayaknya filsuf dalam memaknai kehidupan dan pemikiran/rasio.Namun
Hegel memandang justru kebebasan merupakan wujud pengakuan dan
penerimaan sadar manusia atas suatu sistem nilai dalam hidup,seperti
nilai yang terkandung dalam ajaran agama (kristen). </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pemikiran
Hegel yang senantiasa berdialektika terhadap realitas dan memandang
adanya ’realitas mutlak’ atau ruh mutlak atau idealisme mutlak dalam
kehidupan,sangat mempengaruhi dalam memandang sejarah secara global,ini
terbukti saat dialektikanya mampu memasukkan pertentangan didalam
sejarah sehingga dapat mengalahkan dalil-dalil yang bersifat statis. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hingga
terbukti pembuktian-pembuktian ilmiah yang dihasilkan.Dari sanalah
filsafat sejarah layak ditempatkan,sebagai bagian yang utuh dari dunia
kefilsafatan. Hegel juga memandang bahwa sejarah merupakan suatu kondisi
perubahan atas realitas yang terjadi,dia pula yang menyatakan sejarah
menjadi sebuah hasil dari dialektika,menuju suatu kondisi yang
sepenuhnya rasional. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Menurutnya
dialektika merupakan proses restorasi yang perkembangannya berasal dari
kesadaran diri yang akhirnya akan mencapai kesatuan dan kebebasan yang
berasal dari pengetahuan diri yang sempurna,dia pula merupakan suatu
aktvitas peningkatan kesadaran diri atas pikiran yang menempatkan
objek-objek yang nampak independen kearah rasional,yang kemudian
diadopsi Marx menjadi bentuk lain yakni ’alienasi’. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dialektika
Hegel menjadikan akhir sesuatu menjadi awal kembali.seperti sebuah
siklus.3 prinsip utamanya;thesis-antithesis (terjadi 2 tahap perubahan
yakni kualitatif dan kuantitatif)-sinthesis.Thesis merupakan perwujudan
atas pandangan tertentu,antithesis menempatkan dirinya sebagai
opisisi,serta sinthesis merupakan hasil rekonsiliasi atas pertentangan
sebelumnya yang kemudian akan menjadi sebuah thesis baru.Dan begitu
seterusnya.Sehingga ketiganya merupakan pertentangan yang kelak menjadi
kesatuan utuh dalam realitas. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Sebagai
sebuah analogi sederhana ada ’telur’ sebagai thesis,yang kemudian
muncul ’ayam’ sebagai sebuah sinthesis,yang antithesisnya
’bukan-telur’.Dalam dilektika ini,bukan berarti ’ayam’ telah
menghancurkan ’telur’ namun, dalam hal ini sebenarnya ’telur’ telah
melampaui dirinya sehingga menjadi ’ayam’,dengan sebuah proses.Yang
kemudian itu akan kembali menjadi telur,dan terus seperti itu.Sehingga
dialektika merupakan proses pergerakan yang dinamis menuju perubahan. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pemikirannya
tentang Roh Mutlak atau absolut dapat dilalui dengan pendekatan
filsafat,agama dan seni,sehingga beliau senantiasa mengkaji dan
menguasai ketiga komponen yang juga mempengaruhi pemikiran Hegel selama
ini.Pengkajiannya yang begitu ketat,yang kemudian memutuskan bahwa
filsafat-lah yang memiliki tingkat pemahaman yang lebih yang mampu
menuju kepemahaman mengenai hakekat Roh Mutlak,dikarenakan sifatnya yang
konseptual dan rasional. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Disamping
pemikirannya yang menjunjung kebebasan sebagai unsur pada keberadaan
Roh Mutlak.Dia meyakini adanya essensi Roh Mutlak adalah
ketidakterikatan atau kebebasan.Komponen yang kemudian melahirkan
konsepsi sosial-politik dalam negara. Roh Mutlak merupakan sesuatu yang
bersifat ’Idea’ yang melekat pada dirinya sebagai sesuatu yang
riil.Sehingga menurutnya kondisi realitas merupakan riil ada,dan sesuatu
yang riil merupakan realitas tersebut.Bukan berarti sesuatu yang tidak
riil itu bukan realitas,namun disanalah ruang telaah yang mendalam perlu
mendapat tempat.Masih menurutnya,yang menganggap bahwa negara sebagai
sebuah institusi kemasyarakatan,merupakan sebuah bentuk kemajuan
pikiran/idea kearah kesatuan bentuk dengan nalar. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Cukup
banyak para pemikir atau filsuf yang menganggap Hegel merupakan filsuf
abstraksi,padahal secara kasat mata sesungguhnya dia sedang menampilkan
suatu bentuk konkretisasi dalam mengolah pikirannya sendiri.Bahkan
dirinya sempat mengkritik gaya abstraksi dari rasionalisme abad-18.Gaya
bahasa yang terlalu luas dan mendalam kadang malah mempersulit dalam
mencari sebuah hakekat pikiran itu sendiri.Sehingga konkretisasi pikiran
Hegel nampak dalam beberapa artikel dan buku karyanya yang mencoba
menampilkan aktualisasi pikirannya yang mampu menjawab realitas. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hegel
pergi untuk selama-lamanya pada 14 November 1831 di Berlin,Jerman.
Pemikiran serta beberapa karyanya mampu memberikan pencerahan kembali
filsafat Jerman pada khususnya,dan dunia secara global.Hegel cukup
banyak mempengaruhi para filsuf,dibawahnya,seperti;Feurbach,Marx,Engles
(dengan dialektika materialisme),Jurgen Habbermas,Gadamer,dll.Meskipun
cukup banyak pula filsuf yang mengkritisi pemikiran beliau mengenai
dialektika,termasuk Marx sendiri.</span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hegel tidak hanya
meninggalkan pemikiran abstraksi,namun pengikut Hegeliaan-nya pun
terpecah menjadi dua kubu sepeninggal beliau;Hegelian Tua yang cenderung
konservatif atas pemikiran Hegel terkait dialektika dan gagasan Hegel
terkait agama yang dianggap selaras dengan nilai-nilai kristiani saat
itu.Hegelian Tua sempat mempengaruhi kondisi Jerman hingga akhir
abad-19;dan Hegelian Muda yang lebih modernis dan liberal atas pemikiran
’sang guru’.Mereka cenderung mengkritisi hukum dialektika Hegel,dan
mentransformasikannya dalam bentuk dialektika materialis,serta menolak
pikiran sebagai realitas tertinggi.Diantara tokohnya,yakni;David
Fredrich Strauus,dan Ludwig Feurbach. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Penutup</span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Dalam hal ini Hegel
memang tidak memaknai filsafat sejarah hingga pada tataran definisi
konkret dan spesifik,tapi pandangannya mengenai sejarah sudah merupakan
unsur integral dari filsafat sejarah itu sendiri,serta pernyataannya
yang memandang filsafat sejarah sebagai sebuah pertimbangan pemikiran
terhadapnya. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Pemikiran
sendiri merupakan realitas tertinggi,serta sebagai hakekat
kemanusiaan.Hegel mampu meyakinkan kepada setiap orang bahwa sejarah
merupakan suatu nilai yang sangat berharga dalam kehidupan
manusia.Dengan berbagai dinamika pemikiran dan tindakan manusia sebagai
sebuah bentuk pengakuan atas eksistensi suatu wujud material. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Dalam
bukunya Filsafat Sejarah;Hegel mencoba membuat suatu metode sejarah
menjadi 3,yakni:Sejarah Asli.Memiliki warna yang khas,yang
perajalanannya berkisar pada perbuatan,peristiwa,dan keadaan.Fase ini
diawali dengan kemunculan filsuf era Yunani
kuno,yakni;Herodotus,Thucydides,Xenophone,dll;SejarahReflektif,adalah
sejarah yang cara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu yang
berhubungan,melainkan yang ruhnya melampaui batas;dan terakhir Sejarah
Filsafati.Hegel menyatakan bahwa sejarah merupakan konsepsi sederhana
Rasio.Rasio sendiri merupakan penguasa dunia,sehingga sejarah dunia
memberikan suatu proses rasional kepada kita. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">Hegel
dengan segala dinamika pemikirannya mampu membuka ranah intelektualitas
kita secara lebih luas.Luas dalam menyikapi sejarah tidak hanya sebagai
fenomena realitas,namun perwujudan atas perubahan kondisi masyarakat
dimasa depan.Dia telah menempatkan ruh dunia, rasio manusia, dan
kebebasan memperoleh makna dan posisi yang nyaman didalam konteks
sejarah. </span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span><br />
<h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;">DAFTAR PUSTAKA </span></h4>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Hegel,GWF.Filsafat Sejarah.Pustaka Pelajar,Yogyakarta;2001</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Harun Hadiwiyono,Dr.Sari Sejarah Filsafat Barat 2.Kanisius,Yogyakarta.2005</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> Diane Collinson.Lima Puluh Filosof Dunia Yang Menggerakkan.PT Grafindo,Jakarta;2001</span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> <a href="http://www.marxist.org/">http://www.marxist.org</a></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> <a href="http://www.abdulkarimaljabar.blogspot.com/">http://www.abdulkarimaljabar.blogspot.com</a></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"> <a href="http://www.wikipedia.org/">http://www.wikipedia.org</a></span><br />
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"><a href="http://suficinta.wordpress.com/2007/10/27/dialektika-hegel-atas-perkembangan-filsafat-sejarah/">sumber </a></span></div>
<span style="font-family: Verdana,sans-serif;"></span></div>
<div style="color: #333333; font-style: Italic; font-weight: normal; font: normal 12px Georgia; margin-top: 10px; padding: 8px 10px 8px 70px;">
<ins style="border: none; display: inline-table; height: 60px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 468px;"><ins id="aswift_0_anchor" style="border: none; display: block; height: 60px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 468px;"><br /></ins></ins></div>
Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-49400901631854458442013-04-14T15:24:00.000+07:002013-06-17T11:41:28.367+07:00MUNGKINKAH MEMBANGUN KEMBALI PARTAI SOSIALIS INDONESIA? Partai-partai politik modern yang berkembang pada abad ke-20 pada
umumnya didirikan berdasarkan aspirasi dan orientasi ideologi yang lahir
dan berkembang pada abad ke-19, yang juga disebut <i>Abad Ideologi</i> (<i>The Age of Ideology</i>). Ketika Abad Ideologi itu dianggap telah berakhir (<i>the end of ideology</i>)
pada pertengahan abad ke-20 berdasarkan kajian ilmiah, maka
partai-partai politik yang semula berbasis dan memperjuangkan ideologi
tertentu telah berubah menjadi partai yang didasarkan atas kepentingan (<i>interest-based</i>)
dan kepemimpinan politik. Demikian pula partai-partai politik baru
pasca-ideologi didirikan di atas dasar kepentingan dan kepemimpinan. Di
Indonesia sendiri penetapan azas tunggal Pancasila pada hakekatnya juga
telah mengakhiri sistem kepartaian atas dasar ideologi, yang disebut
politik aliran itu. Berdirinya partai-partai dengan pola baru itu nampak
pada perkembangan partai-partai politik Indonesia pada masa Reformasi
di awal abad ke-21. Tokoh-tokoh yang tampil sebagai pemimpin partai di
masa Reformasi, misalnya, M. Amien Rais, Susilo Bambang Yudhoyono dan
Yusril Ihza Mahendra, atau juga Sri Mulyani, yang akhir-ahir ini sedang
ditokohkan melalui Partai SRI. Sri Mulyani adalah seorang teknokrat
perempuan yang menonjol kariernya, meskipun sebenarnya ia bukan pemimpin
masyarakat yang bercorak<i> followership</i>, seperti halnya
Soekarno, Sjahrir dan Tan Malaka. Ciri pemimpin-pemimpin baru partai
politik itu adalah bahwa mereka bukan seorang ideolog dan memiliki
kepemimpinan transformatif seperti Soeharto dan Habibie, melainkan
pemimpin-pemimpin transaksional. Dewasa ini hampir semua partai politik
adalah partai yang tidak punya orientasi ideologi, melainkan
partai-partai atas dasar kepentingan dan kepemimpinan seseorang atau
kelompok. Partai adalah seperti organisasi perseroan terbatas yang
didirikan oleh para pemilik modal yang misi utamanya adalah melakukan
transaksi politik. Namun kesemuanya selalu mengatas-namakan kepentingan
rakyat, misalnya kesejahteran rakyat, demokrasi atau supremasi hukum.<br />
<br />
<span class="photo_right"><img alt="" class="photo_img img" src="http://photos-f.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/282888_10151328752438606_812942763_a.jpg" /></span><br />
<br />
Perkembangan itu sangat mempengaruhi perilaku politik dan kepemimpinan, yaitu dari yang tadinya bercorak pada <i>gagasan</i> dan <i>moral</i> menjadi perilaku yang <i>pragmatis</i>, bahkan <i>oportunis</i>. Berdasarkan kepentingan itu, maka kepemimpinan politik berubah dari pola <i>transforming</i>
ke transaksional. Melalui proses transaksional itu lahir kartel politik
arau oligarki partai-partai politik untuk melakukan pembagian atau
distribusi kekuasaan sebagai nampak dalam pembentukan kabinet Indonesia
Bersatu Jilid I dan Jilid II, sehingga tidak bisa terbentuk “kabinet
ahli” (<i>zaken kabinet</i>). Kerena itu timbul gagasan untuk
mengembangkan kembali orientasi partai politik ke ideologi atau
membangun kembali partai yang berdasarkan pada ideologi dengan tujuan
transformasi sosial-ekonomi.<br />
<br />
Dari wacana ontologi dewasa ini yang menampilkan persoalan
kemiskinan, ketidak-adilan dan ketergantungan yang melahirkan dominasi
negara-negara adidaya atas negara-negara yang sedang berkembang, timbul
gagasan untuk membangun kembali suatu partai sosialis baru di Indonesia.
Gagasan sosialis dipilih untuk menjadi dasar partai karena dipicu oleh
bercokolnya paham neoliberalisme yang merupakan revitalisasi terhadap
ideologi kapitalisme global. Gagasan itu tidak saja timbul di kalangan
generasi penerus keluarga besar eks-PSI, tetapi juga dari kalangan lain
yang masih teringat pada gagasan sosialisme yang kini telah mendirikan
Partai Kongres, walaupun pendukungnya berasal darti kalangan nasionalis.
Partai GERINDRA (Gerakan Indonesia Raya), yang didirikan oleh Letjen
(Purn.) Prabowo Subianto, yang merupakan cucu tokoh koperasi dan
perkreditan rakyat, Margono Djojohadikusumo, dan juga putera
begawan-teknokrat ekonomi Sumitro Djojohadikusumo—seorang pemimpin PSI
tahun 1950-an, menampilkan diri sebagai partai dengan kepemimpinan <i>transforming</i>
dengan mengembangkan ekonomi rakyat dan kebijaksanaan publik yang
nasionalis dan pro-rakyat. Misi GERINDRA itu dirasakan mengandung
aspirasi sosialis versi baru dalam konteks neoliberalisme dan
globalisasi. Karena itu, konon GERINDRA (menurut Imam Yudotomo, putra
salah satu pentolan PSI asal Yogyakarta), pernah mengimbau agar generasi
muda eks-PSI bergabung ke dalam partai itu, tapi sebaliknya kalangan
eks-PSI mengimbau sebaliknya, agar GERINDRA ikut saja menudukung gagasan
untuk membentuk PSI-baru. Gejala itu sebenarnya menunjukkan adanya
kesamaan aspirasi antara dua kelompok itu dalam gagasan sosialisme.
Makna dari dua imbauan itu adalah: <i>Pertama</i>, dari pihak GERINDRA
berpandangan bahwa program ekonomi kerakyatan dan kebijaksanan publik
pro-rakyat adalah versi baru sosialisme, khususnya <i>sosialisme kerakyatan</i>,
sebuah istilah yang lebih kontekstual, dan karena itu istilah
sosialisme tidak perlu lagi disebut, khususnya karena bisa menimbulkan
persepsi mengenai sosialisme yang sudah gagal. <i>Kedua</i>, dari
pihak eks-PSI berpendapat bahwa agar GERINDRA yang mengadung aspirasi
sosialisme itu tidak terjebak ke dalam politik transaksional, hendaknya
GERINDRA kembali ke dasar (<i>back to basic</i>), yaitu Sosialisme
Kerakyatan, sehingga GERINDRA menjadi partai politik yang berbasis
ideologi dan bukan sekedar partai politik yang dibentuk oleh Prabowo
Subianto, sebagai pemilik modal. Persepsi itu timbul karena di masa
Reformasi ini timbul para pemimpin partai dan calon presiden yang
beridentitas pengusaha, seperti misalnya, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie,
dan juga Prabowo Subianto sendiri yang setelah purna tugas kemiliteran
menjadi pengusaha bergabung dengan adiknya, Hashim Djojohadikusumo.
Dengan latar belakang analisis yang mengacu pendapat Paul Krugman, bahwa
memimpin negara tidak sama dengan memimpin perusahaan, maka partai
politik hendaknya seperti organisasi koperasi, yaitu sebagai perkumpulan
orang yang memiliki aspirasi politik, ekonomi, sosial dan budaya yang
sama, yang dikelola secara demokratis berlandaskan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip tertentu yang disepakati bersama.<br />
<br />
<br />
Sungguhpun begitu, sosialisme sebagai ideologi global telah dianggap
gagal dan mengalamI kebangkrutan dari dalam. Namun anggapan itu
mengandung kontroversi teoritis. <i>Pertama</i>, jika sosialisme yang
dimaksud adalah sosialisme di Uni Soviet dan Eropa Timur, maka yang
runtuh bukanlah ideologi sosialisme, melainkan komunisme. Jika yang
dimaksud adalah Cina, maka negara itu hingga kini masih menamakan
dirinya negara sosialis dengan melihat lembaga-lembaga ekonominya,
seperti mekanisme perencanaan, perusahaan negara, sistem kesejahteraan
atau koperasi. Dan kini, Cina seolah-olah lahir kembali menjadi negara
adidaya baru dan mengalami perkembangan ekonomi yang sangat pesat.
Kelahiran kembali itu disebabkan oleh keberhasilan pembangunan sosialis
di masa lalu, khususnya dalam menciptakan kemandirian ekonomi—walaupun
biaya sosialnya tentu saja perlu diperhitungkan. Selain itu di
lingkungan Dunia Ketiga, Vietnam masih mengikuti sosialisme dan berhasil
mencapai kemajuan-kemajuan dengan keunggulan ekonomi yang bercorak
sosialis. Sementara itu di negara-negara demokrasi lainnya,
pertai-partai sosialis dan partai yang bercorak sosialis masih berperan
penting dan sering menang dalam pemilihan umum, seperti di Prancis,
Inggris, Australia atau Brasil, Venezuela, Bolivia dan Argentina.
Demikian pula jika partai Sosial-Demokrasi yang digagas oleh Sutan
Sjahrir dianggap sebagai varian atau versi baru sosialisme demokrasi. Di
Jerman, negara-negara Nordic dan bahkan di AS, partai sosial-demokrasi
adalah partai-partai yang sering memerintah, bergantian dengan partai
liberal dan konservatif. Pada awal abad ke-21, sembilan dari sepuluh
partai yang berkuasa adalah partai sosialis dan sosial demokrat. Dengan
perkataan lain, aspirasi sosialisme atau neo-sosialisme masih terus
berperan dan berkembang, justru di alam demokrasi. Selain itu, timbul
interpretasi baru tentang sosialisme, misalnya demokrasi ekonomi,
ekonomi-humanis, doktrin sosial gereja, sistem pasar sosial, negara
kesejahteraan (<i>welfare state</i>), gerakan buruh atau teologi pembebasan (<i>liberation theology</i>), dan di Indonesia sendiri ada konsep <i>Ekonomi Kerakyatan</i>.
Dalam proses diskursus, gagasan, aspirasi, orientasi dan visi itu telah
mengalami proses kelembagaan, sehingga menjadi bagian dari sistem
politik dan ekonomi nasional atau internasional. Di Indonesia aspirasi
sosialis telah melembaga dalam pasal-pasal ekonomi UUD 1945. Dalam
kelembagaan PBB, aspirasi itu melembaga dalam <i>International Labour Organization</i> (ILO), <i>Food and Agricultural Organization</i> (FAO) dan <i>United Nation Development Programme</i> (UNDP) yang memiliki perspektif yang berbeda dengan <i>World Trade Organization</i> (WTO), <i>International Monetary Fund</i> (IMF) dan <i>World Bank</i> (WB) yang mengusung perspektif kapitalis-liberal itu.<br />
<br />
Namun masalahnya adalah bahwa dalam perkembangannya pemikiran
sosialisme telah mengalami trans-mutasi dan metamorfosis dalam
interaksinya dengan ideologi-ideologi lainnya. Sebagaimana
ideologi-ideologi lainnya, sosialisme berjumpa dengan ilmu pengetahuan.
Akibatnya, dalam gagasan besar sosialisme timbul doktrin-doktrin baru
yang lebih lanjut melahirkan pemikiran yang berbentuk kebijaksanaan
publik di satu pihak dan gerakan-gerakan sosial di lain pihak. Di
samping itu, karena sosialisme dan komunisme tidak memiliki cetak biru
mengenai sistem ekonomi dan politik masa depan yang jelas, sebagaimana
dikatakan oleh Marx sendiri, maka telah timbul gagasan-gagasan baru dan
praktek sosialisme baru sejak Revolusi Oktober 1917 di Rusia, dan
Revolusai Cina 1948. Komunisme sendiri mengambil tiga bentuk gerakan
politik. <i>Pertama</i>, perjuangan kelas. <i>Kedua</i>, negara diktatur proletariat dalam suatu negara (<i>socialism in one country</i>). Dan <i>ketiga</i>, gerakan komunisme internasional menantang imperalisme global.<br />
<br />
Di Indonesia sendiri lahir kritik mendasar terhadap praktik
sosialisme di Rusia, atau komunisme, yang bertolak dari gagasan
humanisme dan demokrasi. Kritik ini diartikulasikan hampir secara
sendiri di Indonesia oleh Sjahrir pada dasawarsa 1930-an ketika ia
memimpin gerakan Pendidikan Nasional Indonesia dan ikut mengasuh majalah
<i>Daulat Ra’jat</i> yang dipimpin oleh Hatta. Karena pengaruhnya,
maka dalam majalah itu termuat artikel-artikel mengenai gagasan
sosialisme, baik yang ditulisnya sendiri maupun oleh orang lain. Ketika
itu Partai Komunis Indonesia (PKI), yang didirikan pada tahun 1923,
telah bubar dan tidak ada penggantinya, sehingga sosialisme masih
merupakan suatu wacana yang belum melembaga dan terwujudkan ke dalam
partai politik. Sementara itu Soekarno, dalam tulisannya, hanya menyebut
Marxisme sebagai kekuatan politik menentang imperialisme bersama-sama
dengan nasionalisme dan Islamisme, dan tidak menyebut komunisme atau
sosialisme. Dengan demikian, ia tidak menyebut sosialisme maupun
komunisme sebagai ideologi. Sjahrir sendiri, dalam rangka membedakan
gagasan sosialisme dengan komunisme, dimana paham yang belakangan
disebut sangat ia tentang, kemudian melahirkan istilah baru, yaitu “<i>sosialisme kerakyatan</i>”
pada tahun 1931 sebagai ideologi Sosialisme Indonesia. Ia sendiri tidak
menjelaskan secara spesifik-teoritis apa yang dimaksudkannya dengan
Sosialisme Kerakyatan itu. Tapi ia menyebut dua dasar atau azas dari
sosialisme, yaitu <i>humanisme</i> dan <i>demokrasi</i>. Humanisme
sendiri adalah prinsip dan nilai yang menentang segala bentuk penindasan
manusia atas manusia, seperti diktatur proletariat. Paham humanisme itu
sendiri sebenarnya lebih dekat dengan paham liberalisme, sehingga
wacana mengenai sosialisme dalam tulisan Sjahrir—dan juga
Soedjatmoko—sering bersinggungan dengan liberalisme, atau membentuk
keterkaitan (<i>intersection</i>) dengannya. Sedangkan demokrasi adalah suatu sistem kekuasaan atau pemerintahan <i>dari-</i>, <i>oleh-</i>, dan <i>untuk</i>-<i>rakyat</i>
yang menganggap rakyat sebagai sumber kedaulatan. Ciri humanis itu
kemudian diteruskan oleh Soedjatmoko. Dua bukunya, yang masing-masing
berjudul “<i>Pembangunan dan Kebebasan</i>” dan “<i>Dimensi Manusia dalam Pembangunan</i>”, sangat menunjukkan pandangan sosialis-humanisnya.<br />
<br />
Jadi, Sjahrir sendiri tidak menjelaskan Sosialisme Kerakyatan sebagai
suatu sistem ekonomi yang berlawanan dengan Kapitalisme. Baru kemudian,
ditinjau dari teori ekonomi, Sarbini Sumawinata mendefinisikan Ekonomi
Kerakyatan, bukan sebagai ideologi ekonomi, melainkan sebagai suatu
gagasan tentang <i>cara</i>, <i>sifat</i> dan <i>tujuan</i>
pembangunan, dengan sasaran perbaikan nasib rakyat yang umumnya bermukim
di perdesaan yang didorong oleh investasi negara secara besar-besaran
yang berdampak industrialisasi, monetisasi dan penciptaan lapangan kerja
massal. Konsep itu diwujudkan dalam politik ekonomi yang berujud pada
strategi industrialisasi perdesaan yang menciptakan lapangan kerja
massal guna memenuhi kebutuhan pokok rakyat. Gagasan Sarbini ini adalah
salah satu varian atau unsur dari sosialisme, khususnya Sosialisme
Kerakyatan melalui jalur kebijaksanan publik.<br />
<br />
Sementara itu di Barat sendiri, khususnya di Eropa, sosialisme telah
berkembang menjadi banyak varian, doktrin dan gagasan maupun gerakan
sosial. Pada awalnya sosialisme sudah terbagi menjadi dua dalam teori
Engels, yaitu <i>Sosialisme Utopia</i> dan <i>Sosialisme Ilmiah</i>.
Sosialisme Utopia adalah gagasan yang bersumber dari pemikiran visioner
atau bahkan angan-angan orang, khususnya Charles Fourier (1772-1837),
Joeseph Proudhon (1809-1865) dan Robert Owen (1771-1858) yang melahirkan
gagasan mengenai sistem ekonomi koperasi. Dalam kenyataannya utopia
itulah yang melahirkan proyek-proyek konkret yang segera dapat
dilaksanakan. Sedangkan Sosialisme Ilmiah adalah pemikiran Marx-Engels,
atau singkatnya <i>Marxisme</i>, yang merupakan teori perkembangan
masyarakat yang bersifat dialektis materialis yang digerakkan oleh
perjuangan kelas, antara kelas tertindas dan kelas penindas pemilik
alat-alat produksi atau kapital. Akhir sejarah (<i>end of history</i>) dari perkembangan masyarakat dan perjuangan kelas itu adalah suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa negara (<i>state-less</i>)
dan tanpa hak milik pribadi atas alat-alat produksi atau sumberdaya,
khususnya kapital, yang disebut masyarakat komunis, yang sebenarnya juga
sebuah utopia dari pemikiran Marx-Engels.<br />
<br />
Dalam komentarnya terhadap komunisme, Sjafruddin Prawiranegara merasa
terkesima terhadap kenyataan bahwa di Indonesia, bahkan kalangan
pemimpin agama juga tertarik kepada ideologi komunisme, seperti misalnya
Haji Misbach. Namun menurut pendapatnya, komunisme yang atheis itu
tidak memiliki sambung rasa dengan masyarakat Indonesia yang umumnya
religius. Karena itu maka ideologi yang sesuai dengan rakyat Indonesia
adalah “Sosialisme Religius”. Pandangan Sjafruddin ini mirip dengan
pandangan Sjahrir yang menggantikan komunisme dengan sosialisme. Tetapi
jika Sjahrir mendasari sosialisme dengan humanisme dan demokrasi, maka
Sjafruddin dengan religiusitas, sebagaimana juga Tjokroaminoto yang
memilih sosialisme yang berdasarkan ajaran Islam. Gagasan Sosialisme
Islam Tjokroaminoto tidak tergolong utopia karena modelnya ia lukiskan
berdasarkan gambaran masyarakat Islam di zaman Nabi dan Khulafa’al
Rasyidin.<br />
<br />
<br />
<span class="photo_center"><img alt="" class="photo_img img" src="http://photos-c.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/375181_10151328762923606_2122434181_a.jpg" /></span><br />
<br />
<div class="caption">
[Sjafruddin Prawiranegara]</div>
<br />
Pandangan itu mencerminkan kecenderungan revisionis dengan mencari
dasar atau azas yang lebih fundamental dari sosialisme, dan sejauh itu
yang ditemukan adalah monoteisme, humanisme dan demokrasi atau
kerakyatan. Dalam gagasan kerakyatan Hatta terkandung pula gagasan
kebangsaan. Dan dari ajaran agama, khususnya Islam, lahir prinsip
keadilan sosial. Hatta, dalam makalah yang ditulisnya pada tahun 1961,
menulis, bahwa Sosialisme Indonesia itu digali dari tiga sumber. <i>Pertama</i> Sosialisme Eropa, baik utopia maupun ilmiah; <i>kedua</i> dari ajaran agama, khususnya Islam; dan <i>ketiga</i>
dari budaya masyarakat Indonesia. Dan dalam upaya untuk mencari esensi
dan azas yang lebih fundamental dari sosialisme, ditemukan lima azas
yang tersimpul dalam lima sila, atau Pancasila, yang tercantum dalam
Mukadimah UUD 1945. Dalam penafsiran Pancasila Hatta dan Nurcholish
Madjid, Pancasila pada esensinya adalah ideologi sosialisme religius,
karena landasan moralnya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, atau
monoteisme, dan tujuannya adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Dari sinilah timbul penafsiran bahwa esensi dari Sosialisme Indonesia
itu adalah <i>keadilan sosial</i>. Dan menurut Sri-Edi Swasono,
Sosialisme Religius itu adalah gagasan Hatta berdasarkan penafsirannya
tentang Pancasila. Sjafruddin Prawiranegara sendiri mengatakan bahwa
Sosialisme Religius itu tergambar dalam konstitusi ekonomi UUD 1945.
Karena itulah maka Emil Salim, seorang teknokrat utama Orde Baru, pada
tahun 1965, dalam suatu tulisannya, menyebut sistem ekonomi Indonesia
sebagai “Sosialisme Pancasila”, karena keidentikan Sosialisme Indonesia
dengan Pancasila yang dirumuskan oleh para bapak pendiri bangsa
Indonesia. Namun setelah peristiwa Gerakan Tiga Puluh September (G-30-S)
1965, pada tahun 1966, karena stigma sosialisme-komunis, Emil Salim
menghilangkan kata “sosialis” menjadi <i>Sistem Ekonomi Pancasila</i>, yang esensinya adalah sama. Namun dalam penjelasnnya kemudian pada tahun 1979, dalam tulisannya di Majalah <i>Prisma</i>
yang berjudul “Sistem Ekonomi Pancasila”, ia merumuskan sistem ekonomi
Indonesia itu sebagai titik keseimbangan atau konvergensi antara sistem
ekonomi kapitalis-liberal dengan sistem ekonomi sosialis. Dalam kaitan
ini, Mubyarto tidak menyetujuinya. Ia berpandangan bahwa esensi dari
Sistem Ekonomi Pancasila adalah Ekonomi Kerakyatan yang soko-gurunya
adalah koperasi yang berasal dari gagasan sosialisme utopia. Sedangkan
Sri-Edi Swasono berpendapat bahwa sistem ekonomi Indonesia itu adalah <i>Demokrasi Ekonomi</i>.
Dari penafsirannya terhadap Bab XIV dari UUD 1945 yang berjudul
“Kesejahteraan Sosial”, mengembangkan pemikiran mengenai “doktrin
kesejahteraan sosial” Indonesia, yang merupakan salah satu unsur dari
atau aspirasi Sosialisme.<br />
<br />
Perkembangan itu menimbulkan tiga dampak. <i>Pertama</i> di bidang
pemikiran, menimbulkan kekaburan mengenai ideologi sosialisme itu
sendiri, walaupun maksudnya adalah memberikan interpretasi yang lebih
spesifik, konkret atau esensial. Paling tidak, sosialisme telah
menimbulkan multi-interpretasi, walaupun maksudnya memperluas dan
memperkaya pemikiran. <i>Kedua</i>, menimbulkan berbagai bentuk gerakan sosial dan politik dan beragam kebijaksanaan publik. <i>Ketiga</i>,
menimbulkan diaspora di antara pendukung politik sosialisme ke berbagai
partai politik dan gerakan sosial yang tidak menampilkan ideologi
sosialisme. Bahkan mereka membentuk lembaga-lembaga baru yang
netral-ideologis, misalnya lembaga hak-hak asasi manusia. GERINDRA atau
Partai SRI adalah lembaga diaspora sosialisme dalam spektrum Kiri-Kanan
di masa Reformasi Indonesia.<br />
<br />
Di Eropa sendiri, sosialisme berasal dari berbagai sumber dan
berkembang ke dalam berbagai bentuk gerakan politik, ekonomi dan sosial
yang membentuk beragam tradisi sosialisme dan ortodoksi. <i>Pertama</i> dari sumber pemikiran Sosialisme Utopia. <i>Kedua</i> dari sumber Sosialisme Ilmiah-Marxis. <i>Ketiga</i>, dari sumber doktrin sosial gereja. <i>Keempat</i> dari pemikiran <i>Fabian Society</i>. <i>Kelima</i>
dari gagasan kesejahteraan sosial negara, yang berkembang menjadi paham
negara kesejahteraan, karena pemrakarsanya adalah negara. <i>Keenam</i> adalah gerakan buruh sebagai kekuatan pengimbang pasar. Dan <i>ketujuh</i> adalah kombinasi antara Marxisme dengan doktrin sosial gereja Katolik yang melahirkan gerakan teologi pembebasan (<i>Liberation Theology</i>) Amerika Latin.<br />
<br />
Dari Sosialisme Utopia yang berkembang adalah gerakan koperasi yang
bersumber pada koperasi konsumsi di kalangan buruh di perkotaan, dan
koperasi kredit-pertanian di kalangan petani di perdesaan. Dari dua
koperasi itu lahir berbagai sektor koperasi, misalnya koperasi pekerja
industri dan pertanian, koperasi asuransi, koperasi perumahan, koperasi
kesehatan, koperasi transportasi dan koperasi serba usaha. Karena
koperasi itu dibentuk dalam komunitas buruh, maka gerakan koperasi
sering berkaitan dengan dan didirikan oleh gerakan buruh dalam sistem
ekonomi liberal-kapitalis, dimana keduanya, meminjam istilah John
Kenneth Galbrath, berperan sebagai kekuatan pengimbang (<i>counter-vailing power</i>) terhadap kekuatan pasar-kapitalis.<br />
<br />
Gerakan sosialis ilmiah atau Marxisme mengambil tiga bentuk. <i>Pertama</i> gerakan perjuangan kelas melalui partai komunis di berbagai negara, dengan sasaran menumbangkan negara kapitalis. <i>Kedua</i>,
memobilisasi gerakan komunis internasional (komintern) melawan
imperialisme dan kapitalisme. Di luar gerakan komunis, berlangsung pula
gerakan Sosialisme Internasional yang pernah diikuti oleh Hatta dan
Sjahrir ketika keduanya sedang belajar di Negeri Belanda. <i>Ketiga</i>,
setelah berhasil merebut kekuasaan membentuk negara berdasar diktatur
proletariat dan mengembangkan sistem ekonomi perencanaan pusat (<i>centrally economic planning</i>)
dalam tahap-tahap perencanaan lima tahun yang pernah dipraktekkan di
Indonesia, di masa Orde Baru. Sosialisme itu lebih populer disebut
komunisme atau Marxisme ortodoks.<br />
<br />
Pola ketiga bersumber dari ajaran sosial gereja yang melahirkan
Sosialisme Kristen yang berprinsip keadilan sosial, tetapi terutama
diwujudkan dalam program-program karitas (<i>charity</i>) dan
filantrofi perorangan dan perusahaan. Program-program sosial itu
diwujudkan ke dalam program bantuan pangan dan uang tunai dari orang
kaya kepada orang miskin secara langsung atau melalui gereja, terutama
melalui program kesehatan dan pendidikan, dan pembentukan komunitas
kooperatif. Doktrin sosial gereja itu juga menjadi sumber nilai dari
gerakan koperasi, misalnya <i>Credit Union </i>(CU)<i> </i>yang sudah berkembang pada akhir abad ke-19, yang dimulai di Eropa dan berkembang pesat di AS dan Kanada.<br />
<br />
Sosialisme Fabian lahir di Inggris yang menganut jalan evolusi dan
mengubah sistem kapitalis dari dalam. Sosialisme Fabian mengambil tiga
bentuk utama. <i>Pertama</i>, gerakan buruh yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan buruh industri. <i>Kedua</i>,
melakukan perjuangan politik dalam sistem demokrasi melalui partai
buruh, dengan tujuan memegang pemerintahan yang melaksanakan
kebijaksanan publik yang pro-rakyat. Dan <i>ketiga</i> membentuk
perusahaan negara yang mengelola industri berat, industri dasar, dan
industri strategis yang membutuhkan modal yang besar.<br />
<br />
<i>Keempat</i> adalah program kesejahteraan untuk mengatasi masalah
kemiskinan yang dilakukan melalui pemberian subsidi, perbaikan
kesejahateraan di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan, dan sistem
perlindungan dan jaminan sosial yang diprakarsai oleh negara. Program
ini pernah dirintis oleh Robert Owen di Inggris dan Walikota
Flammersfeld, Jerman, Friedrich Raiffeisen (1818-1888) yang tidak
berhasil dan diganti dengan prinsip tolong menolong (<i>solidarity</i>) dan menolong diri sendiri (<i>self-help</i>)
kaum miskin sendiri, tetapi dihidupkan kembali secara lebih luas
melalui perundang-undangan oleh Perdana Menteri Prusia, Otto von
Bismarck (1815-1898) pada belahan kedua abad ke-19. Tetapi program yang
pro-rakyat itu sebenarnya dimaksudkan justru untuk melindungi sistem
kapitalis yang melalui industrialisasi telah menimbulkan kemiskinan dan
kemerosotan kesejahteraan, karena upah buruh murah yang dalam teori Marx
dianggap sebagai eksploitasi itu. Serentak dengan berbagai program
jaminan sosial oleh negara, pemerintahan Bismarck juga mengeluarkan UU
Anti-Sosialis yang melarang gerakan buruh. Program inilah yang merupakan
cikal bakal dari konsep Negara Kesejahteraan <i>(Welfare State</i>) yang dapat disebut sebagai varian Sosialisme, namun ironinya disertai dengan UU Anti-Sosialis.<br />
<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="http://sphotos-g.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/s720x720/206648_10151328764998606_1386405649_n.jpg" /></span><br />
<br />
<i>Kelima</i> adalah serikat buruh AS (<i>Trade Union</i>), yang
merupakan gerakan buruh di luar partai buruh Inggris dan Australia, yang
bertujuan untuk menciptakan posisi-tawar buruh kolektif (c<i>ollective bargaining position</i>)
berhadapan dengan organisasi pengusaha di bawah Kamar Dagang dan
Industri, yang oleh Galbraith disebut kekuatan penyeimbang dalam
kapitalisme pasar bebas. Program serikat buruh itu adalah mempertahankan
dan meningkatkan upah buruh tetapi sekaligus juga memperhatikan daya
saing ekonomi AS dalam pasar global. Dengan haluan itu, maka perundingan
antara buruh dan perusahaan dapat dipermudah dan menghindarkan diri
dari demonstrasi buruh. Karena itu di AS jarang terdengar berita tentang
demonstrasi atau pemogokan yang merugikan perusahaan dan perekonomian
negara. Serikat Buruh AS tidak memiliki atau berafiliasi dengan partai
politik, tetapi pada umumnya mereka mendukung Partai Demokrat yang
memperjuangkan kebijaksanaan yang lebih pro-rakyat daripada
pro-perusahaan. Tapi di AS sendiri ada juga partai komunis yang kecil
tapi tidak ada kaitannya dengan gerakan buruh.<br />
<br />
<i>Keenam</i> adalah varian sosialis yang merupakan sintesa antara
doktrin sosial gereja Katolik dan Marxisme, tetapi ditolak oleh Gereja
Katolik Roma sendiri yang dirumuskan oleh Gustavo Gutierrez (1928-)
menjadi Teologi Pembebasan (<i>Liberation Theology</i>). Sebenarnya,
Teologi Pembebasan yang anti-kapitalis itu sudah dirintis
pemikir-pemikir Amerika Latin, seperti Paulo Freire, Ivan Illich dan
para pemikir teori ketergantungan (<i>Dependency Theory</i>) yang
intinya adalah pembebasan manusia dari tidak saja eksploitasi ekonomi
dan penindasan politik, tetapi juga otoritarianisme ideologi dan
keyakinan, serta dominasi negara-negara adidaya, seperti AS. Tapi dalam
bentuknya yang konkret, Teologi Pembebasan itu melahirkan ideologi
Neo-Sosialisme di beberapa negara Amerika Selatan, yang intinya melawan
dominasi kapitalisme AS.<br />
<br />
Semua bentuk, unsur, doktrin dan aspirasi sosialis yang beragam itu
telah menyulitkan para pemikir sendiri untuk menemukan esensi ideologi
sosialisme. Lebih-lebih telah lama timbul teori konvergensi yang
menimbulkan persepsi mengenai sistem ekonomi campuran dan berbagai
gagasan sintesis maupun eklektik yang mengaburkan hakikat sosialisme.
Sungguhpun demikian, aspirasi sosialisme tetap hidup karena timbulnya
dan makin kuatnya tantangan terhadap nilai keadilan dan kesejahteraan.
Demikian pula metamorfosis sosialisme menjadi Sosial-Demokrasi atau
Sosial Demokrasi Baru <i>(New Social Democracy</i>), yang disebut juga gagasan “Jalan ketiga” (<i>The Third Way</i>) dari Anthony Giddens, ikut memperkabur gagasan esensial sosialisme.<br />
<br />
Sunggupun demikian, sosialisme belum menjadi arkeologi pemikiran,
karena realitasnya masih terus bekerja dan berkembang, walaupun dalam
banyak varian. Karena itu diperlukan sebuah kajian dekonstruktif
terhadap sosialisme untuk menemukan bentuk-bentuk yang relevan. Beberapa
bentuk di antaranya adalah, <i>pertama</i>, sistem perencanaan ekonomi, walaupun prosesnya perlu diubah menjadi dari bawah dan terdesentralisasi. <i>Kedua</i>, kebijaksanaan sosial atau kebijaksanan publik yang pro-rakyat. <i>Ketiga</i>,
memerankan perusahaan negara di sektor-sektor penting yang membutuhkan
modal besar, seperti industri dasar, industri berat, dan industri
strategis, seperti pengelolaan pertambangan besar. <i>Keempat</i>, pengembangan ekonomi rakyat berbasis koperasi. <i>Kelima</i>, organisasi serikat buruh dan petani. Dan <i>keenam</i>,
sistem jaminan dan perlindungan sosial yang komprehensif berbasis warga
negara. Kesemuanya itu untuk Indonesia harus berbasis moral dan
spiritual Ketuhanan Yang Maha Esa.<br />
<br />
Di Indonesia, partai sosialis, sebagaimana dijelaskan oleh Imam
Yudotomo, didirikan dan dibentuk oleh berbagai kelompok kiri yang lahir
pada awal kemerdekaan, seperti kelompok Amir Sjarifudin yang berlatar
belakang gereja Kristen Protestan tetapi beraspirasi komunisme, kelompok
Yogya disekitar Wijono dan Muhammad Tauchid, kelompok eks-PNI
Pendidikan bentukan Hatta, kelompok alumni mahasiswa Belanda di sekitar
Abdul Madjid Djojodiningrat, dan kelompok Jakarta di sekitar Sjahrir.
Tapi partai sosialis yang terbentuk itu akhirnya terpecah menjadi dua,
antara Partai Rakyat Sosialis (PARAS) di bawah Sjahrir, dan Partai
Sosialis Indonesia (PARSI). Setelah bergabung untuk mendukung Kabinet
Sjahrir, kedua partai itu terpisah kembali. Di bawah kepemimpinan Amir
Sjarifudin, dalam perkembangannya kemudian, PARSI bergabung ke dalam
Partai Komunis Indonesia (PKI), dan PARAS membentuk Partai Sosialis
Indonesia (PSI) yang di bawah kepemimpinan Sjahrir menolak komunisme dan
lebih dekat kepada Partai Sosial Demokrat Eropa.<br />
<br />
<span class="photo_left"><img alt="" class="photo_img img" src="http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash4/383701_10151328767478606_1283915850_a.jpg" /></span><br />
<br />
Dengan demikian, maka jika mau membangun kembali Partai Sosialis
Indonesia, maka identitas ideologi itu mendekati Partai Sosial Demokrat
yang sebenarnya mengadung lima varian. <i>Pertama</i>, Partai Sosial Demokrat Jerman (<i>Social Democratic Party</i>). <i>Kedua</i>, Partai Sosial Demokrat model Nordic yang merupakan kombinasi dari Negara Kesejahteraan dan sistem ekonomi kooperatif. <i>Ketiga</i>, adalah Partai Buruh (<i>Labor Party</i>) model Inggris dan Australia. <i>Keempat</i>, Partai Sosialis Prancis yang bersendikan perusahaan negara dan koperasi dalam sistem ekonomi liberal. Dan <i>kelima</i> adalah model Partai Demokrat AS, yang dikombinasi dengan model organisasi serikat buruh “<i>national trade union</i>”. Dalam model itu tidak ada keterkaitan struktural antara keduanya, walupun kaum buruh AS pada umumnya memilih Partai Demokrat.<br />
<br />
Guna membangun kembali Partai Sosialis Indonesia, dewasa ini diperlukan beberapa langkah. <i>Pertama</i>,
mengidentifikasai partai-partai kecil yang mengemban aspirasi sosialis
dan memetakan visi misi dan tujuan partai yang mengandung unsur
sosialis, memetakannya dan merekonstruksinya menjadi suatu visi, misi
dan tujuan Partai Sosialis Indonesia. Atau melakukan kajian terhadap
perkembangan pemikiran sosialis di Indonesia dan di dunia, guna mencari
relevansinya gagasan sosialisme mutakhir dengan persoalan-persoalan
Indonesia. <i>Kedua</i>, menyusun doktrin, strategi dan program sosialisme Indonesia. <i>Ketiga</i> membentuk kelompok epistemik dan kader-kader pimpinan partai. Dan <i>keempat</i> memilih seorang pemimpin yang <i>transforming</i> dalam menjalankan visi, misi dan tujuan partai.<br />
<br />
Sebagaimana terdapat di Barat, partai-partai politik memiliki suatu yayasan (<i>foundation</i>) yang berfungsi sebagai pusat pemikiran (<i>think-tank</i>), seperti Konrad Adenauer Stiftung pada Partai Kristen Demokrat Jerman, <i>Heritage Foundation</i> pada Partai Republik AS, atau <i>NOVIB Foundation</i> pada Partai Buruh Belanda. Yayasan-yayasan itu adalah merupakan sayap <i>non-govermental</i>,
atau Lembaga Swadaya Masyarakat sebagaimana di Indonesia. Karena itu
PSI-Baru dapat didahului dengan pembentukan LSM atau gerakan sosial,
seperti Gerakan Nasional Demokrat yang membentuk Partai Nasional
Demokrat di Indonesia. Pendekatan itu sebenarnya telah terjadi di
Indonesia, khususnya partai partai-partai politik berbasis organisasi
sosial-keagamaan, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Sebenarnya
PNI-Pendidikan dahulu lebih berperan sebagai LSM daripada partai
politik, yang peranannya adalah membangun pemikiran dan pendidikan
kader-kader pemimpin.<br />
<br />
Dewasa ini, sudah ada usaha-usaha untuk membangun kembali PSI oleh
generasi penerus eks-PSI yang dipimpin oleh Ibong Syahruzah, putera
bungsu Djohan Sjahruzah yang mengambil jalur gerakan buruh. Kegiatan ini
sudah dimulai dengan pendirian sebuah LSM yang diberi nama PIKIR (Pusat
Inovasi dan Kemandirian Indonesia Raya) yang menerbitkan buletin <i>SIKAP</i>,
yang dulu merupakan penerbitan PSI. Usaha ini didukung oleh kelompok
eks-aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GEMSOS) Yogya, di sekitar Imam
Yudotomo—putera Muhammad Tauchid yang merupakan sayap gerakan petani
dari eks-PSI, dan Fauzi Rizal yang telah membentuk organisasi
“Pergerakan Sosialis” di Yogya. Imam Yudotomo telah menulis dua buah
buku, pertama mengenai perkembangan pemikiran sosialisme dan kedua
mengenai sejarah PSI. Kedua buku itu bisa dijadikan sumber penyusunan
kembali ideologi Sosialis Indonesia.<br />
<br />
Langkah kedua adalah melakukan negosiasi untuk menggabungkan
partai-partai politik yang mengemban aspirasi sosialis, misalnya
GERINDRA, Partai Kongres dan PSI-Baru. Kesulitan dari rekonsiliasi ini
adalah ketika membentuk pengurus partai, terutama untuk menunjuk siapa
yang pantas dan tepat untuk menduduki posisi kepemimpinan, karena
menurut realitas, kepemimpinan adalah sumber perpecahan di kalangan
partai politik. Kebanyakan hanya “merasa bisa”, tetapi “tidak bisa
merasa”.<br />
<br />
Langkah ketiga adalah mencari dukungan masa melalui penggalangan
organisasi buruh yang jumlahnya puluhan. Dewasa ini ada empat pola
organisasi buruh. <i>Pertama</i> adalah organisasi buruh yang dibentuk oleh perusahaan yang bisa dikendalikan untuk kepentingan perusahaan. <i>Kedua</i>, adalah serikat buruh yang mengemban misi meningkatkan kesejahteraan buruh. <i>Ketiga</i>,
adalah kelompok buruh yang menjadi kendaraan dari para pemimpin buruh
untuk memperoleh posisi di pemerintahan atau partai politik. Dan <i>keempat</i>
adalah gerakan buruh yang berorientasi pada pembentukan partai buruh
yang ikut serta dalam pemilihan umum guna memperoleh posisi dalam
lembaga legislatif maupun pemerintahan. Tidak mudah untuk menggalang
berbagai pola organisasi buruh itu ke dalam “<i>national trade union</i>” seperti di AS yang independen dari partai politik atau model Partai Buruh (<i>Labour Party</i>) Inggris dan Australia. Namun prospek yang paling besar terdapat pada organisasi buruh modal <i>trade union</i> AS atau Singapura yang membentuk koperasi.<br />
<br />
Masalah terberat adalah menemukan pemimpin <i>transforming</i> yang memahami ideologi sosial atau mampu menciptakan program-program sosialis dan memiliki kharisma yang membentuk <i>followership</i>, seperti Sjahrir atau Soekarno. Alternatifnya adalah membentuk komunitas epistemik yang bisa melahirkan seorang pemimpin yang <i>transforming</i> di antara para cendekiawan muda. Kepemimpinan itu umumnya bisa terbentuk melalui program-program aksi sosial (<i>social action</i>).
Pemimpin bisa pula diseleksi dari para mantan pemimpin mahasiswa atau
kalangan profesional muda atau wiraswasta sosial yang telah memiliki
rekam jejak.<br />
<br />
<i>Jakarta, 27 Desember 2012</i><br />
<br />
<i>Sumber : http://ramchesmerdeka.blogspot.com/2013/01/mungkinkah-membangun-kembali-partai.html </i>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-47396566746808299032013-04-14T15:20:00.002+07:002013-06-17T11:41:49.872+07:00Mengenai Otoritas - Friedrich Engels (1873)Baru-baru ini sejumlah kaum Sosialis melancarkan sebuah perang suci
untuk melawan apa yang mereka sebut prinsip otoritas. Kita cukup
mengatakan kepada mereka bahwa perbuatan ini atau itu adalah otoriter
dan mereka akan mengutuknya. Cara berpikir seperti ini sudah sangat
disalahgunakan sehingga kita perlu menelaah masalah ini lebih dekat.<br />
Otoritas, dalam makna yang dipakai di sini, berarti: pemaksaan
kehendak pihak lain terhadap kehendak kita; selain itu, otoritas
mensyaratkan subordinasi. Karena kedua kata ini terdengar buruk, dan
relasi yang mereka wakilkan tidak diminati oleh pihak yang tertundukkan,
maka pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah ada cara untuk
menyingkirkan otoritas, apakah – menilik kondisi dari masyarakat hari
ini – kita dapat menciptakan sebuah sistem dimana otoritas tidak akan
lagi diberikan ruang dan oleh karena itu harus menghilang.<br />
Dengan memperhatikan kondisi-kondisi ekonomi, industri, dan pertanian
yang membentuk dasar dari masyarakat borjuis hari ini, kita menemukan
bahwa kondisi-kondisi tersebut semakin menggantikan aksi yang terisolasi
dengan aksi gabungan dari individu-individu. Industri moderen, dengan
pabrik-pabrik besarnya, dimana ratusan buruh menjalankan mesin-mesin
yang kompleks yang dijalankan oleh tenaga uap, telah menggantikan
bengkel-bengkel kecil dari produsen-produsen yang terpisah;
gerobak-gerobak dan kereta kuda telah digantikan dengan rel kereta api,
seperti halnya kapal layar kecil telah digantikan dengan kapal uap.
Bahkan pertanian semakin didominasi oleh mesin dan uap, yang
perlahan-lahan tetapi tanpa kompromi menggantikan para petani kecil
dengan kapitalis-kapitalis besar, yang dengan bantuan buruh bayaran
membajak lahan yang luas.<br />
Dimana-mana aksi gabungan, proses yang menjadi semakin kompleks yang
bergantung satu sama lain, menggantikan aksi independen individu. Tetapi
siapapun yang berbicara mengenai aksi gabungan harus berbicara mengenai
organisasi; sekarang, apakah mungkin sebuah organisasi eksis tanpa
otoritas?<br />
Andaikata sebuah revolusi sosial menumbangkan kelas kapitalis, yang
sekarang memiliki otoritas atas produksi dan sirkulasi kekayaan.
Andaikata, dengan mengadopsi sudut pandang kaum anti-otoritas secara
keseluruhan, tanah dan alat produksi telah menjadi properti kolektif
dari buruh yang menggunakan mereka. Apakah otoritas akan menghilang,
atau apakah ia hanya akan berubah bentuk? Mari kita lihat.<br />
Mari kita ambil contoh sebuah pabrik pemintal kapas. Kapas ini harus
melewati setidaknya enam proses produksi berturut-turut sebelum ia
menjadi benang, dan proses-proses produksi ini dilakukan sebagian besar
di ruang-ruang terpisah. Terlebih lagi, untuk menjaga jalannya
mesin-mesin kita membutuhkan seorang teknisi untuk mengawasi mesin uap,
mekanik untuk memperbaiki mesin tersebut, dan banyak buruh lainnya yang
pekerjaannya adalah memindahkan produk-produk dari satu ruang ke ruang
yang lain, dan seterusnya. Semua buruh ini, pria, perempuan dan
anak-anak, harus memulai dan mengakhiri kerja mereka pada waktu yang
ditentukan oleh otoritas mesin uap, yang tidak memperdulikan otonomi
individual. Maka dari itu, para buruh harus pertama-tama memahami waktu
kerja; dan waktu ini, setelah mereka ditentukan, harus dipatuhi oleh
semua buruh, tanpa ada pengecualian. Dari sini, bila ada masalah yang
timbul di satu ruang produksi dan pada setiap saat mengenai cara
produksi, distribusi barang, dll., yang harus diselesaikan oleh
keputusan dari seorang delegasi yang dipilih di setiap cabang produksi,
atau jika memungkinkan diselesaikan dengan keputusan mayoritas, kehendak
seorang individu harus selalu tunduk, yang berarti bahwa masalah
tersebut diselesaikan dengan cara yang otoriter. Mesin-mesin otomatis di
pabrik besar jauh lebih despotik daripada kapitalis-kapitalis kecil.
Setidaknya berhubungan dengan waktu kerja, kita dapat menulis di pintu
masuk pabrik-pabrik ini: Lasciate ogni autonomia, voi che entrante!
[Kalian yang masuk kesini, tinggalkan semua otonomi Anda!]<br />
Bila manusia, dengan menggunakan pengetahuan dan kejeniusan mereka,
telah menundukkan kekuatan alam, maka yang belakangan ini membalas
dendam dengan menundukkan manusia di bawah despotisme yang independen
dari semua organisasi sosial, selama manusia menggunakan kekuatan alam
ini. Ingin menghapus otoritas di dalam industri skala besar berarti
ingin menghapus industri itu sendiri, menghancurkan mesin tenun untuk
kembali ke pemintal tangan.<br />
Mari kita ambil contoh yang lain – rel kereta api. Disini juga
kerjasama dari banyak individu sangat dibutuhkan, dan kerjasama ini
harus dilakukan dengan ketepatan waktu yang ketat supaya kecelakaan
tidak terjadi. Disini, juga, syarat pertama dari pekerjaan ini adalah
sebuah kehendak yang dominan yang akan menyelesaikan semua masalah
sekunder, baik kehendak ini diwakilkan oleh seorang delegasi atau sebuah
komite yang diberi tanggungjawab untuk melaksanakan keputusan-keputusan
dari mayoritas orang yang terlibat. Dalam kedua kasus ini, ada sebuah
otoritas yang sangat jelas. Terlebih lagi, apa yang akan terjadi pada
sebuah kereta api bila otoritas pekerja kereta api atas para penumpang
yang terhormat dihapuskan?<br />
Tetapi perlunya otoritas, dan otoritas yang penuh dalam hal ini,
paling jelas ditemukan di atas sebuah kapal laut di tengah samudra. Di
sana, pada saat yang berbahaya, nyawa dari semua penumpang tergantung
pada kepatuhan yang segera dan langsung dari semua penumpang pada
kehendak satu orang.<br />
Ketika saya menghantarkan argumen seperti ini kepada kaum
anti-otoritas yang paling fanatik, satu-satunya jawaban yang bisa mereka
berikan ke saya adalah: Ya, itu benar, tetapi itu bukanlah otoritas
yang kita berikan kepada delegasi kita, tetapi yang dipercayakan kepada
sebuah komisi! Orang-orang terhormat ini mengira bahwa dengan merubah
nama mereka telah merubah arti sesungguhnya dari suatu hal. Beginilah
cara para pemikir terpandai ini mengejek seluruh dunia.<br />
Maka dari itu, kita telah melihat di satu pihak sebuah otoritas
tertentu, biarpun bagaimanapun ia didelegasi, dan di pihak lain sebuah
subordinasi tertentu, adalah satu hal yang, independen dari semua
organisasi sosial, dipaksakan kepada kita semua oleh kondisi material
dimana kita memproduksi dan mendistribusikan barang.<br />
Selain itu, kita telah melihat bahwa kondisi material produksi dan
distribusi secara tak terelakkan berkembang dengan industri dan
pertanian skala-besar, dan cenderung semakin memperluas cakupan otoritas
ini. Oleh karena itu, adalah konyol untuk mengganggap prinsip otoritas
sebagai sesuatu yang jahat secara absolut, dan prinsip otonomi sebagai
sesuatu yang baik secara absolut. Otoritas dan otonomi adalah hal yang
relatif yang cakupannya berubah sesuai dengan tahapan-tahapan
perkembangan masyarakat yang berbeda-beda. Bila kaum otonomis
berpendapat bahwa organisasi sosial masa depan akan membatasi otoritas
sejauh yang diperbolehkan oleh kondisi produksi, maka kita dapat
mengerti satu sama lain; tetapi mereka buta terhadap semua kenyataan
yang penting dan mereka secara bersemangat memerangi dunia.<br />
Mengapa kaum anti-otoritas tidak membatasi diri mereka mengutuk
otoritas politik, yakni negara? Semua kaum Sosialis setuju bahwa negara,
dan dengannya otoritas politik, akan menghilang sebagai hasil dari
revolusi sosial yang mendatang, yakni fungsi-fungsi publik akan
kehilangan karakter politiknya dan akan diubah menjadi sekedar
fungsi-fungsi administratif untuk mengawasi kepentingan sejati dari
seluruh masyarakat. Tetapi kaum anti-otoritas menuntut negara dihapuskan
dalam satu malam, bahkan sebelum kondisi sosial yang melahirkan negara
tersebut dihancurkan. Mereka menuntut bahwa tindakan pertama dari
revolusi sosial adalah penghapusan otoritas. Apakah orang-orang
terhormat ini tidak pernah menyaksikan revolusi? Sebuah revolusi adalah
hal yang paling otoritas; sebuah revolusi adalah satu tindakan dimana
sebagian populasi memaksakan kehendaknya pada sebagian populasi lainnya
dengan senapan, bayonet, dan meriam – yakni cara yang otoriter; dan bila
pihak yang menang tidak ingin berjuang sia-sia, maka ia harus
mempertahankan kekuasaannya dengan meneror kaum reaksioner melalui
senjatanya. Dapatkah Komune Paris bertahan satu hari bila ia tidak
menggunakan otoritas rakyat bersenjata melawan kaum borjuis? Sebaliknya,
tidakkah kita seharusnya mengeritik Komune Paris karena mereka tidak
menggunakan otoritasnya dengan penuh?<br />
Oleh karena itu, hanya ada satu jawaban: kaum anti-otoritas tidak
tahu apa mereka bicarakan, dalam hal ini mereka hanya menciptakan
kebingungan; atau mereka tahu apa yang mereka bicarakan, dan dalam hal
ini mereka mengkhianati gerakan proletariat. Biar bagaimanapun, mereka
membantu kaum reaksi.<br />
Penerjemah: Ted Sprague (2010)Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-68318671847806779412013-04-14T15:18:00.004+07:002013-06-17T11:42:09.976+07:00Sistem Perekonomian Sosialis Ciri-ciri Pokok Dasar Produksi Materil dalam SosialismeDasar produksi
materil dalam sosialisme ialah produksi besar secara maksimal dalam
segala cabang perekonomian yang berdasarkan teknik yang semaju-majunya
dan kerja yang bebas dari pemerasan dan penghisapan. Dibandingkan dengan
kapitalisme, produksi dalam sosialisme menggunakan teknik yang lebih
tinggi, yang satu berhubungan dengan yang lain dalam suatu kesatuan
dalam seluruh Negara dan dibentuk atas dasar milik masyarakat atas
alat-alat produksi serta perkembangannya diatur menurut rencana tertentu
dalam keseluruhannya untuk kepentingan seluruh masyarakat, hingga tidak
terbentur kepada rintangan-rintangan yang terdapat dalam kapitalisme
yang berdasarkan milik pribadi atas alat-alat produksi.<br />
Produksi sosialis adalah suatu pemusatan produksi yang terbesar dengan
menggunakan mekanisme yang tertinggi dalam dunia. Dalam masyarakat
kapitalis mesin-mesin digunakan sebagai alat penghisapan dan pemerasan
terhadap Rakyat pekerja dan hanya dimasukan ke dalam produksi, jika
memperbesar keuntungan kaum kapitalis dan mengurangi upah kaum pekerja.
Penggunaan mesin dalam masyarakat sosialis ditujukan untuk menghemat
kerja dan untuk meringankan pekerjaan dalam segala bidang perekonomian
dan untuk mempertinggi kesejahteraan Rakyat. Karenanya dalam masyarakat
sosialis tidak ada pengangguran, mesin tidak dapat menjadi saingan kaum
pekerja, bahkan memberi jasa sebesar-besarnya kepada kaum pekerja.
Dibandingkan dengan dalam kapitalisme penggunaan mesin dalam sosialisme
mendapatkan lapangan yang luas sekali.<br />
Likuidasi milik pribadi atas alat-alat produksi mengandung akibat,
bahwa semua hasil ilmu pengetahuan dan teknik dalam sosialisme menjadi
milik bersama seluruh masyarakat. Dalam perekonomian sosialis tidak
mungkin ada terjadi menghentikan kemajuan teknik dengan sengaja, tetapi
dalam sosialisme cara ini digunakan sebagai suatu metode oleh kaum
kapitalis monopoli untuk kepentingan sendiri guna mendapatkan keuntungan
yang lebih besar. Produksi sosialis yang berkewajiban mencukupi
keperluan masyarakat seluruhnya, menghendaki suatu perkembangan dan
penyempurnaan bidang teknik dengan tak putus-putus: caranya ialah
senatiasa mengganti alat-alat teknik yang lama dengan yang baru dan
mengganti yang baru dengan yang terbaru. Dengan demikian timbullah suatu
keharusan adanya penanaman-penanaman modal yang besar sekali dalam
perekonomian Rakyat. Dengan adanya pemusatan alat-alat produksi dan
akumulasi perekonomian yang terpenting didalam tangannya, Negara
sosialis dapat membuat penanaman modal dalam segala cabang produksi.
Berbeda dengan dalam kapitalisme, kemajuan teknik dalam sosialisme tidak
terhambat oleh beban teknik yang lama. Dengan demikian sosialisme dapat
menjamin bahwa teknik mesin modern dalam segala cabang produksi
dilaksanakan dengan konsekuen, juga dalam bidang pertanian. Sebaliknya
dalam masyarakat kapitalis, terutama dalam masyarakat negeri-negeri yang
menjadi jajahan kapitalisme bidang pertanian dan beberapa cabang
perekonomian masih berdasarkan atas pekerjaan perorangan.<br />
Dalam sosialisme kedudukan kaum pekerja berubah sama sekali sampai
kepada dasarnya. Kaum pekerja bukan lagi buruh yang terhisap dan
terperas, yang hanya menerima upah sekedar agar tidak mati kelaparan.
Seluruh rakyat pekerja dibebaskan dari penghisapan dan pemerasan; kaum
pekerja perindustrian, kaum tani kolektif dan kaum cendekiawan pembela
rakyat adalah unsur-unsur pokok yang menjadi dasar kehidupan masyarakat
sosialis. Seluruh kaum pekerja bekerja untuk dirinya sendiri dan untuk
masyarakat, tidak untuk kepentingan kaum penghisap dan kaum pemeras;
itulah sebabnya, maka kaum pekerja berkepentingan sekali akan
penyempurnaan produksi atas dasar penggunaan yang sebaik-baiknya
alat-alat teknik yang ada.<br />
Bersamaan dengan itu tingkat kualifikasi teknik kaum pekerja menjadi
naik, yang menambah kegiatan ciptanya dalam kemajuan produksi dan
penemuan baru alat-alat dan perkakas kerja. Kaum pekerja, kaum tani
kolektif dan kaum cendekiawan pembela rakyat tidak sedikit memberikan
bantuannya dalam kemajuan teknik, dalam menemukan norma-norma baru dalam
bidang teknik. Dengan demikian pula dalam sosialisme dapat terjamin
suatu perkembangan yang cepat dan tak putus-putus dari pada tenaga
produktif.<br />
Perindustrian Sosialisme<br />
Perindustrian sosialis menunjuk suatu perindustrian yang dipusatkan
dan yang menggunakan teknik yang semaju-majunya yang dipersatukan atas
dasar milik masyarakat atas alat-alat produksi dalam rangka seluruh
negeri. Perindustrian sosialis memimpin seluruh perekonomian rakyat;
segala cabang perekonomian rakyat diperlengkapinya dengan mesin-mesin
modern. Semua ini dapat di capai dengan perkembangan produksi dengan
alat-alat produksi yang cepat dan tingkat pemajuan pembuatan mesin yang
tinggi. Perindustrian berat adalah dasar pokok sosialis.<br />
Mengingat, bahwa jumlah perekonomian hidup rakyat akan bertambah,
maka peranan perindustrian sungguh penting sekali. Cabang-cabang
perindustrian ringan dan perindustrian makanan yang paling diperlengkapi
dengan alat-alat terbaru dari tahun pertahun mempertinggi produksi
barang keperluan hidup Rakyat. Pemusat produksi menghasilkan dengan
teratur menurut rancana dan berjalan dengan baik untuk kepentingan
seluruh masyarakat. Sebaliknya dalam kapitalisme pemusatan berjalan
dengan spontan dengan sendirinya, tidak teratur dan rencana, anarkistis,
dan biasanya langsung diikuti dengan kehancuran dan keruntuhan
perusahaan-perusahaan kecil dan menengah yang menjadi mangsa daripada
kekuasaan kapitalis monopoli.<br />
Suatu perkembangan lanjut dalam perekonomian sosialis ialah adanya
kombinasi dalam produksi. Kombinasi ini memungkinkan penggunaan
bahan-bahan mentah dan bahan-bahan bakar dengan lebih baik dan lebih
effesien, mengurangi biaya-biaya tansport dan mempercepat proses
produksi. Pemusatan produksi yang telah maju membawa pula timbulnya
spesialisasi dalam perindustrian. Spesialisasi dalam perindustrian
berarti orientasi perusahaan atas pembuatan suatu hasil tertentu,
bagian-bagiannya dan bagian-bagian daripada bagian atau atas pelaksanaan
masing-masing cara penyelesaiannya pada pembuatan hasil itu.
Spesialisasi menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan dengan teratur
kebaikan-kebaikan dan keuntungan-keuntungan yang ada pada pembagian
kerja antara perusahaan-perusahaan. Dengan spesialisasi ini akan timbul
kemungkinan dipergunakannya perlengkapan-perlengkapan dan mesin-mesin
dengan sebaik-baiknya hingga memberikan hasilsebesar-besarnya serta
dilakukannya dengan luas standarisasi dan berjalan untuk produksi secara
besar-besaran, hingga dengan demikian dapatlah terjamin suatu kenaikan
produktifitas kerja yang setinggi-tingginya.<br />
Dengan adanya kemajuan dan pembuatan perlengkapan-perlengkapan dan
mesin-mesin baru dalam teknik perindustrian, akan bertambah pula
perusahaan-perusahaan perindustrian, yang menyebabkan kenaikan jumlah
serta kenaikan kecakapan teknik kaum pekerja. Sebaliknya dalam
kapitalisme, peggunaan dan kemajuan mesin-mesin pada umumnya
mengakibatkan pengangguran dan menurunnya kualifikasi sebagianbesar kaum
pekerja.<br />
Untuk menghubungkan semua cabang dan daerah perekonomian didalam
negeri yang merupakan suatu kesatuan perekonomian, alat-alat perhubungan
penting sekali kedudukannya dalam produksi dan distribusi barang-barang
materil. Dalam perekonomian sosialis yang berdasarkan atas suatu
perencanaan, alat-alat perhubungan mendapatkan arti yang besar sekali,
karena jalannya perekonomian amat cepat dan hubungan antara
cabang-cabang perekonomian sangat luas pula. Pemusatan segala alat-alat
perhubungan (darat, sungai, laut dan udara) dalam tangan masyarakat
meniadakan persaingan antara macam-macam bentuk-bentuk
perusahaan-perusahaan perhubungan dan memungkinkan diadakannya
koordinasi dalam segala pekerjaan. Sistem perhubungan dalam sosialisme
yang merupakan suatu kesatuan didasarkan atas hasil-hasil terbaru dalam
teknik transport, penggunaan seluas-luasnya alat-alat perhubungan yang
berkualitas tinggi dan bentuknya terbaru, mekanisasi kerja menaikan dan
membongkar barang, penyempurnaan perekonomian jarak jauh dan sebagainya.<br />
Pertanian Sosialis<br />
Dalam kapitalisme perekonomian kaum tani terpecah belah dalam
perusahaan-perusahaan pertanian kecil, sedangkan sebagian besar tanah
berada dalam kekuasaan kaum kapitalis yang menjadikannya
perusahaan-perusahaan perkebunan besar. Dalam sosialisme
perkebunan-perkebunan besar harus menjadi milik Negara yang hasilnya
diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat. Adalah suatu kesalahan
besar jika dalam sosialisme juga pertanian Rakyat yang terpecah belah
itu dirampas pula oleh Negara. Bahkan Negara harus mengatur tanah milik
Rakyat dan membatasinya dalam maksimum dan minimumnya. Dalam minimum
hingga tidak ada Rakyat tani lagi yang hidup dalam kekurangan, tetapi
dapat menempuh kehidupan yang layak bagi kemanusiaan; dalam maksimum
hingga tidak orang lagi yang hidup dalam kemewahan yang berlimpah-limpah
dari pada hasil tanah dengan sama sekali tidak mengeluarkan tenaga
sedikitpun, sedangkan yang nyata-nyata membanting tulang dipaksa hidup
dalam kesengsaraan.<br />
Perusahaan kolektif pertanian Rakyat dan perusahaan pertanian Negara
yang berbentuk perkebunan-perkebunan Negara adalah dasar perekonomian
pertanian sosialis. Bentuk-bentuk ini memudahkan adanya
pemusatan-pemusatan dan mekanisasi dalam seluruh perusahaan pertanian.
Demikian pula hubungan antara pertanian dan perindustrian dapat diatur
dengan sebaik-baiknya. Dalam perkebunan-perkebunan besar dapat
dipergunakan alat-alat teknik baru sebagai umpama dalam
perusahaan-perusahan gula, teh ,kopi, karet, tembakau, penanaman kapas
dengan pemintalan dan pertenunannya dan sebagainya. Traktor-traktor dan
mesin-mesin serta perkakas pertanian lainnya akan mempermudah dan
mempecepat jalannya pekerjaan dalam pertanian.<br />
Dengan adanya perombakan bidang pertanian secara sosialis, cara-cara
tradisional dalam pertanian yang tidak sesuai lagi dengan jamannya dapat
dilenyapkan dan diganti dengan sistem pertanian yang baru. Garis-garis
pokok yang baru ini, ialah:<br />
1. pemakaian seluas-luasnya alat-alat teknik yang terbaru serta hasil-hasil ilmu pengetahuan pertanian yang termaju;<br />
2. penggunaan cara penanaman yang sebaik-baiknya dengan mengutamakan
penanaman bahan-bahan makanan, sayur-mayur, dan tanaman perkebunan yang
seluas-luasnya;<br />
3. pemakaian pupuk buatan dan pupuk organik.<br />
4. pembukaan tanah-tanah yang masih kosong, pengeringan rawa-rawa dan sebagainya.<br />
Suatu pimpinan yang baik dari pada perusahaan sosialis akan meniadakan
universalisme perekonomian petani kecil yang hanya beberapa bidang
menghasilkan untuk keperluan sendiri; demikian pula tidak memungkinkan
adanya pertumbuhan sepihak perusahaan-perusahaan kapitalis, yang pada
umumnya menjalankan spesialisasi dalam suatu penanaman bahan
tertentu(monokultur). Spesialisasi dalam perusahaan-perusahan pertanian
sosialis menunjukan bahwa sesuai dengan syarat-syarat alam dan syarat
keekonomian suatu daerah dengan teratur berencana didirikan dan
diperkembangkan suatu cabang pokok perekonomian pertanian dan
disampingnya cabang-cabang pelengkapnya. Dengan demikian spesialisasi
tidak menutup perkembangan suatu perusahaan yang banyak cabang-cabangnya
asalkan cabang-cabang pokok dan cabang-cabang pelengkapnya dikoordinasi
dengan baik, bahkan memajukannya. Suatu keuntungan besar dalam
perekonomian sosialis ialah bahwa perusahaan-perusahaan yang komplek dan
bercabang-cabang mempunyai kemungkinan besar sekali untuk berkembang
dengan baik dan mengatur tenaga kerja dengan produktif.<br />
Penggabungan perusahaan-perusahaan pertanian dengan melengkapinya
dengan alat-alat teknik yang baru memerlukan pendidikan tenaga-tenaga
ahli yang menguasai teknik dan ilmu pengetahuan pertanian yang baru dan
maju. Dengan demikian hasil tanah tiap hektarnya akan bertambah,
produktifitas peternakan akan naik serta perkembangan seluruh produksi
pertanian akan semakin luas.<br />
Jalannya Kemajuan Teknik dalam Sosialisme<br />
Garis-garis besar kemajuan teknik dalam sosialisme, ialah:<br />
A. Mekanisasi dan Otomatisasi Produksi. Mekanisme berarti penggantian
tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin. Adalah suatu keharusan
keekonomian dalam sosialisme untuk menjalankan mekanisasi dengan
konsekuen dalam proses produksi. Kenaikan produksi yang cepat dan tepat
hanya dapat dijamin dengan penyempurnaan teknik yang teratur dan
mekanisasi proses kerja dalam segala lapangan perekonomian. Mekanisasi
proses kerja adalah tenaga yang menentukan dan tanpa adanya mekanisasi
tidak mungkin dapat dijamin tempo produksi yang tinggi yang seluasnya
produksi dengan cepat. Dalam sosialisme mekanisasi penuh terus-menerus
mendapat kemajuan yang luas. Mekanisasi penuh ialah mekanisasi semua
tingkat proses produksi yang berhubungan satu dengan yang lain, tingkat
pokok maupun tingkat cabang; dasarnya ialah suatu permesinan yang
lengkap dan tertutup dan meliputi seluruh produksi. Dalam sistem
mekanisasi penuh satu mesin melengkapi yang lain, hingga
kekurangan-kekurangan dalam mekanisasi biasa yang dapat dikesampingkan.<br />
Tingkat tertinggi mekanisasi adalah otomatisasi, artinya penggunaan
mesin-mesin otomatis dengan pengemudian sendiri. Rapat sekali
hubungannya dengan otomatisasi ialah telemekanik, ialah pengemudian dan
pengawasan kerja dengan mesin-mesin dan alat-alat dari tempat yang jauh.
Sistem mesin dalam keseluruhannya yang meliputi seluruh proses produksi
dengan pengemudian sendiri disebut sistem mesin otomatik Pada semua
sistem mesin otomatik semua produksi yang diperlukan untuk mengerjakan
bahan mentah hingga menjadi barang jadi dilakukan tanpa bantuan kerja
manusia; yang diperlukan cukup hanya pengawasan seorang tenaga kerja
saja. Mekanisasi produksi dalam tingkatnya yang tinggi, dalam sosialisme
adalah dasar untuk kenaikan cepat produktifitas kerja, dasar untuk
mendekatkan kerja jasmaniah dengan kerja rohaniah.<br />
B. Elektrifikasi Perekonomian Rakyat. Perombakan semua cabang
perekonomian sampai kepada produksi besar dengan menggunakan mesin dan
menjalankan mekanisasi dalam proses produksi yang konsekwen, rapat
sekali hubungannya dengan elektrifikasi(penggunaan tenaga listrik).
Tenaga listrik adalah dasar teknik produksi besar modern. Sosialisme
memberi jaminan untuk penggunaan tenaga listrik secara teratur menurut
rencana dalam semua cabang perekonomian Rakyat. Sifat khas dalam
sosialisme untuk elektrifikasi , ialah:<br />
1. pemusatan pembangkitan tenaga dan kosentrasi kapasitas pada
pembangunan-pembangunan tenaga listrik yang besar, pembangunan cepat
kawat-kawat aliran tinggi yang mempersatukan bangunan-bangunan tenaga
yang berdiri sendiri-sendiri menjadi suatu sistem yang besar untuk satu
daerah atau lebih, dengan tujuan untuk mencapai suatu kesatuan sistem
perhubungan aliran bagi seluruh negeri atau daerah bagian negeri yang
seluas-luasnya;<br />
2. pembangunan bangunan-bangunan pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan tenaga air, yang diperkembangkan atas dasar yang luas dan
yang penaikan bagian-bagiannya diatur dengan pembangkitan tenaga
seluruhnya, yang merupakan suatu faktor yang penting sekali untuk
penaikan neraca tenaga listrik didalam negeri.<br />
Elektrifikasi perindustrian merubah cara bekerja pabrik-pabrik dan
bangunan-bangunan lainnya. Mesin-mesin penggerak dan alat transmisinya
yang rumit hampir dalam semua bagian perusahaan diganti dengan satu
mesin penggerak listrik. Elektrifikasi mesin-mesin kerja adalah dasar
tenaga yang diperlukan dalam mekanisasi, mekanisasi penuh dan
otomatisasi serta telemekanik dalam produksi. Penggunaan tenaga listrik
menimbulkan cabang-cabang perindustrian baru sebagai elektrometallurgi
baja besi dan baja bukan besi, elektrokimia dan cara-cara baru dalam
pengolahan baja.<br />
C. Penggunaan Seluas-luasnya Ilmu Kimia dalam Produksi. Kemajuan teknik
modern juga tampak pada senantiasa adanya kemajuan dalam ilmu kimia dan
penggunaan cara bekerja menurut ilmu kimia. Cara bekerja menurut ilmu
kimia mempercepat proses produksi, menjamin terpakainya bahan-bahan
mentah dengan sebaik-baiknya dan membuka kesempatan untuk menemukan
bahan-bahan dan jenis materiil baru. Produksi modern yang menggunakan
ilmu kimia pada umumnya diotomatisasikan dan berjalan kontinu, dalam
aparatur lengkap dengan pengawasan dan pengemudian otomatis, tanpa
ikutnya seseorangpun dengan langsung. Pemakaian hasil kimia adalah suatu
syarat penting untuk kenaikan hasil tiap hektar dalam bidang pertanian.
Produksi bahan makanan dengan hasil yang besar berhubungan rapat sekali
dengan penggunaan hasil-hasil kimia dalam bidang pertanian.<br />
Pembagian Daerah dalam Produksi Sosialis<br />
Dalam sosialisme diadakan pembagian daerah produksi dan sistem
perhubungan baru dari pada cabang-cabang produksi dan daerah-daerah
produksi didalam negeri. Dalam masyarakat kapitalis akibat dari pada
hasrat untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya dan adanya persaingan
antara produsen-produsen kapitalis ialah adanya pembagian daerah
produksi yang tidak merata dan tidak rasionil. Produksi dikonsentrasikan
dibeberapa tempat pusat, sedangkan daerah yang luas, terutama
daerah-daerah jajahan, terkutuk dalam keterbelakangan dalam bidang
perindustrian.<br />
Sosialisme membuat pembagian dearah produksi dengan teratur menurut
rencana, dengan tujuan guna mempertinggi produktifitas kerja, memperkuat
kekuasaan Negara dan menaikan kesejahteraan kehidupan seluruh Rakyat
pekerja. <br />
Pembagian daerah produksi dalam sosialisme berdasar atas asas-asas sebagai berikut:<br />
1. Sedapat mungkin mendekatkan produksi dengan sumber-sumber bahan-bahan
mentah dan dengan daerah-daerah pemakai hasil-hasil perindustrian dan
pertanian. Suatu pembagian daerah atas dasar ini memberi kemungkinan,
digunakannya lebih baik sumber-sumber alam dan dihindarinya cara-cara
pengangkutan yang tidak rasional; dengan itu dapat dihemat banyak tenaga
kerja dan dapat dipercepat jalannya produksi.<br />
2. Menghilangkan ketidaksamaan keekonomian diantara suku-suku bangsa,
menaikan dengan cepat perekonomian daerah yang masih terbelakang; asas
ini adalah dasar materil untuk memperkuat persatuan bangsa.<br />
3. Pembagian kerja teritorial (menurut wilayah) dengan teratur menurut
rencana antara daerah-daerah perekonomian pada perkembangan perekonomian
yang komplek (yang meliputi banyak bidang) sesuatu wilayah dengan
memperhatikan syarat-syarat alam dan keadaan-keadaan khusus untuk
mencapai keadaan keekonomian, guna menghasilkan barang-barang
perindustrian dan pertanian tertentu. Perkembangan daerah pertanian yang
komplek, dengan memperhatikan keperluan-keperluannya akan bahan-bahan
bakar, bahan-bahan bangunan, produksi secara besar-besaran perindustrian
ringan dan bahan-bahan makanan, banyak sekali mengurangi pengangkutan
jarak jauh yang tidak rasional dan membantu mobilisasi sumber-sumber
bahan mentah yang terdapat dalam daerah itu.<br />
4. Pembagian daerah perindustrian dengan teratur menurut rencana yang
meliputi seluruh negeri, sehingga terdiri kota-kota dan pusat-pusat
perindustrian yang baru di daerah-daerah pertanian yang dahulunya
terbelakang; ini berarti mendekatkan perindustrian kepada pertanian,
sehingga akan lenyaplah perbedaan-perbedaan hakiki antara kota dan desa.<br />
5. Memperkuat kemampuan pembelaan negeri; pengepungan kaum kapitalis
imperialis yang mengandung permusuhan mengharuskan memajukan dengan
cepat sekali cabang-cabang perindustrian sebanyak mungkin.<br />
Pada umamnya pembagian daerah produksi dalam sosialisme berdasarkan
pembagian menurut wilayah (rayon). Yang disebut pembagian menurut
wilayah adalah pembagian teratur berencana daerah-daerah negeri dalam
wilayah-wilayah besar yang berdiri sendiri, dan sesuai dengan keadaan
alam dan syarat-syarat keekonomian khusus dalam wilayah itu. (Darwin
Iskandar)<br />
<br />
sumber : http://sosialis-indonesia.org/node/7 Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-83111247148912040312013-04-14T15:16:00.002+07:002013-06-17T11:42:32.882+07:00Kesabaran Revolusioner - Djoeir MoehamadDjohan Sjahroezah: Suatu “Kesabaran Revolusioner” *<br />
<br />
Pada tanggal 2 Agustus 1968, Djohan Sjahroezah meninggal dunia dalam
usia 56 tahun setelah cukup lama menderita sakit. Pada upacara
pemakamannya Menteri Luar Negeri Adam Malik antara lain berkata:
“walaupun di masyarakat luas nama Djohan Sjahroezah tidak begitu
dikenal, tetapi di antara kita semua yang turut berjuang menentang
penjajahan, dan yang mengerjakan suatu Indonesia yang merdeka dan
berdaulat, dan yang mencita-citakan suatu masyarakat yang adil dan
makmur, nama Djohan Sjahroezah mempunyai arti yang besar.” Bahwa “Djohan
tidak saja merupakan pendorong (dari) gerakan illegal yang dilakukan
oleh kawan-kawan dari Pendidikan Nasional Indonesia saja, namun ia
merupakan pula salah seorang daripada hampir semua yang illegal yang
dilakukan pada waktu dan terhadap pemerintah penjajahan, termasuk
gerakan illegal yang dipimpin dari luar negeri oleh almarhum Tan
Malaka.”<br />
<br />
Sedangkan seorang pakar asing menulis, bahwa Djohan Sjahroezah
“merupakan tokoh yang kurang sekali mendapat perhatian dari para
penelaah nasionalisme Indonesia. Di dalam kelompok PNI (Merdeka) dan
kelak di masa pendudukan Jepang dan revolusi, ia merupakan tokoh yang
sama pentingnya dengan Sjahrir. Sebenarnya, orang dapat berbicara
tentang kelompok Djohan Sjahroezah yang khas dan tersendiri, yang
sedikit banyak dibentuk secara mandiri olehnya, walaupun bersilangan
dengan kelompok yang mengitari Sjahrir di Batavia dan bertumpang tindih
dari segi keanggotaannya. Anggota kelompok Sjahroezah mungkin Iebih
beragam dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok Sjahrir, dan dalam
beberapa hal kelompok ini dapat dipandang sebagail sebuah organisasi
bawah tanah yang lebih efektif,” demikian J.D. Legge dalam bukunya Kaum
Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan - Peranan Kelompok Sjahrir
(terjemahan). Suatu penilaian yang mengandung banyak kebenaran. Itulah
juga alasan, mengapa di sini saya merasa perlu menulis tentang
BungDjohan.<br />
<br />
BIASANYA bila nama Bung Djohan Sjahroezah disebut maka senantiasa
timbul asosiasi pikiran bahwa ia adalah keponakan Bung Sjahrir. Hubungan
kekerabatan, yang menempatkan Bung Djohan satu generasi lebih muda
daripada Bung Sjahrir, secara tak sadar agaknya berlaku dalam
menempatkan kepemimpinannya secara politis. Ayah Bung Sjahrir memiliki
beberapa istri. Ibu Sjahrir adalah istri ketiga ayahnya. Karena itu Bung
Sjahrir memiliki juga beberapa saudara tiri. Dan ibu Djohan adalah
putri ketiga dari istri pertania ayah Sjahrir. “Itulah sebab keduanya
hampir sebaya,” tulis J.D.Legge.<br />
<br />
Djohan Sjahroezah lahir di Muara Enim Sumatra Selatan pada tahun
1912. Jadi, dari segi umur ia hampir sebaya dengan Bung Sjahrir. Setamat
ELS di Medan, Djohan ke MULO di Bandung, lalu ditamatkan di Batavia dan
di sini memasuki AMS. Ketika ia masih siswa AMS, PNI-Pendidikan
terbentuk. Seperti dikisahkan adiknya Hazil Tanzil kepada J.D.Legge, “Ia
sudah mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh salah satu
kelompok mandiri (Golongan Merdeka), dan dengan bergabungnya
kelompok-kelompok ini menjadi PNI Baru, wajarlah bila ia menjadi salah
seorang pendiri cabang Batavia” Ia menyumbangkan tulisan buat Daoelat
Rakjat, juga menjadi sekretaris Bung Sjahrir dan Bung Hatta (1932).<br />
<br />
Sebagai aktivis PPPI, dalam sebuah artikel di rnajalah Indonesia Raya
terbitan PPPI, siswa AMS itu mengecam keras kerja sama dengan Belanda.
Akibatnya Ia ditangkap dengan tuduhan rnenghasut untuk berbuat
kekacauan. Ia diadili dan dihukum penjara selama 1,5 tahun di penjara
Sukamiskin. Saat itu Djohan sudah duduk di tingkat satu RHS. Meskipun ia
mahasiswa baru, tampaknya ia dihormati sebab Djohan diberi kelonggaran
oleh RHS untuk melanjutkan studi hukurnnya di penjara dan menempuh ujian
akhir tahun.<br />
Selesai menjalani hukuman penjara, Djohan menolak menandatangani
pernyataan yang isinya tidak akan melakukan kegiatan politik lagi.
Risikonya ia tidak dibenarkan melanjutkan kuliah di RHS. Itu satu hal.
Hal lainnya, ia kehilangan hampir seluruh rekannya tokoh-tokoh PNI
Pendidikan - juga aktivis-aktivis politik nonkoperasi lainnyá - yang
sudah hidup di pembuangan Digul, Banda Neira atau Ende - Flores: Bung
Hatta, Bung Sjahrir, Bondan, Burhanuddin, TA Murad, Maskun, dan
lain-lain. Juga dr. Tjipto, dr. Twa Kusumasumantri, Bung Karno, dan
banyak lainnya.<br />
<br />
Anak muda berumur 22 tahun itu tidak kehilangan akal. Sebagai salah
seorang dari tinggal sedikit kader PNI-Pendidikan yang masih bebas saat
itu, Djohan Sjahroezah malahan menunjukkan militansi dan konsistensi
perjuangannya, sekaligus “kesabaran revolusioner”nya. Niscaya periode
ini menempa dan mematangkan ketokohan anak muda alumnus penjara
Sukamiskin ini.<br />
Dimulai dengan mengurus dirinya sendiri, Djohan mengembangkan
kemampuannya bekerja sama dengan banyak pihak, melakukan berbagai
prakarsa perjuangan dalam bentuk gerakan di bawah tanah, seraya menambah
teman dan kader.<br />
<br />
Mulanya Djohan bekerja pada Kantor Berita atau Biro Iklan Arta - milik
seorang Belanda bernama Samuel de Heer - yang menyiapkan artikel-artikel
feature untuk dimuat di koran-koran di seluruh Hindia. <br />
Djohan menikah tahun 1937 dengan Zus Yoyet, anak H. Agus Salim lalu
pindah ke Tarakan, bekerja pada perusahaan pertambangan minyak Shell.
Dalam waktu amat singkat ia pun dipecat gara-gara mendirikan serikat
buruh minyak.<br />
<br />
Begitu kembali ke Batavia Djohan Sjahroezah, bersama Adam Malik dan
Pañdoe Kartawiguna mendirikan kantor berita sendiri tahun 1937, yaitu KB
Antära yang kemudian menjadi kantor berita nasional resmi sampai
sekarang.<br />
<br />
Pengalaman-pengalaman kerjanya di KB Arta sebelumnya dijadikan pedoman
dalam penyelenggaraan KB Antra, sejak dari organisasi dan manajemen,
sampai teori dan praktek menulis karya-karya jurnalistik. Kader-kader
jurnalistiknya di KB Antara antara lain Adam Malik, Mochtar Lubis,
Sukarni, juga adiknya, Hazil. Karena itu tidaklah mengherankan jika Adam
Malik menempatkan dirinya sebagai salah seorang kader Djohan Sjahroezah
juga. Dengan demikian sebenarnya Djohan juga adalah salah seorang
peletak pers Indonesia!<br />
<br />
Selain itu Djohan membantu menghidupkañ kembali sk PNI Kedaoelatan
Rakjat (1937) namun berumur pendek lalu sk, Negara (1941) - yang nomor
perdananya memuat sebuah artikel ekonomi Bung Hatta. Menjelang masuknya
militer Jepang tempat pembuangan Bung Hatta dan Bung Sjahrir dipindahkan
ke Sukabumi. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang dan Bung Hatta
dibebaskan, maka Djohan menjadi sekretaris Bung Hatta. Lalu dengan
bantuan Bung Hatta, Djohan Sjahroezah pindah ke Surabaya (1943).
Tugasnya adalah menerjuni dunia buruh minyak BPM di Wonokromo dan Cepu,
seraya menyusun jaringan gerakan bawah tanah yang lebih luas. Djohan
melakukan kontak dengan “PKI Illegal” warisan Musso. Juga dengan
Soekarni serta para pemuda pengikutnya di Menteng 31, Jakarta.<br />
<br />
Dalam buku yang sama J.D. Legge menulis (hlm. 106): “Ia meletakkan
landasan organisasi serikat buruh BPM, berupa kelompok-kelompok kerja
sesuai fungsi perusahaan, teoritis untuk menyalurkan propaganda,
kadangkala untuk taktik slow down. Hubungan dengan petugas sumur minyak
Krukah, Lidah, Wonokromo, NgIobo, Wonosari, dan kilang minyak Cepu
dibentuk. Kegiatan Djohan tidak di serikat buruh saja. Rumahnya di
lorong dekat Jalan Embong Malang menjadi terminal para penghubung banyak
tempat di Jawa Timur, Madura dan Bali. Djohan seperti Sjahrir punya
wakil-wakil di luar Jawa Timur: ML Tobing - Semarang, Dimyati - Yogya. ;
la juga memiliki hubungan dengan kelompok dan anggota organisasi lain.
Seperti Darmawan Mangunkusumo, Cak Ruslan dan Komite Angkatan Muda
Surabaya, dengan PKI bawah tanah. Juga dengan aktivitas Murdianto di
kalangan siswa SMT Sukarni teratur mengunjunginya, Dengan cara ini Ia
memelihara hubungan dengan Asrama Angkatan Baru di Menteng 31 Jakarta,
“Sepanjang masa itu Djohan Sjahroezah tetap berkomunikasi erat dengan
Sjahrir, yang untuk tujuan itu sering berkunjung ke Surabaya. “Dilihat
dari segi itu ia dapat dianggap bagian dari organisasi Sjahrir yang
lebih luas,” tulis Legge, “Namun, kegiatan - kegiatannya sendiri begitu
luasnya sehingga akan lebih tepat kiranya bila dikatakan bahwa ía
mempunyai jaringan tersendiri, yang di banyak tempat bertumpang tindih
dengan jaringan Sjahrir, tetapi dapat dibedakan darinya dan lebih
beragam komposisinya.”<br />
<br />
Setelah proklamasi kemerdekaan Djohan Sjahroezah bersama Sjahrir
memprakarsai pembentukan Paras dan kemudian juga dalam penggabungan
Paras dengan Parsi menjadi Partai Sosialis. Sebagai anggota dari Badan
Pekerja KNIP ia begitu intensifnya melakukan kerja sama di dalam
kelompok-kelompok yang tergabung dalam Sayap Kiri, di samping membantu
PM Sjahrir dan Wakil Presiden Hatta.<br />
<br />
Inilah kekhasan Djohan Sjahroezah, Selain bisa mandiri, secara
pribadi ia juga mampu melakukan kerja sama perjuangan, baik dengan
tokoh-tokoh generasinya sendiri atau generasi yang lebih tua, maupun
generasi yang lebih muda; bahkan dengan mereka yang berlainan ideologi
dan kelompok - serta dihargai oleh mereka. Masih seperti yang dicatat
Legge, bahwa “di antara orang-orang yang berada di sekitar Sjahrir,
dialah yang paling doktriner, kata Soebadio Sastrosatomo (Sebagai contoh
Badio menandaskan bahwa dalam argumentasinya untuk mendukung pemerintah
yang dipimpin oleh Hatta pada tahun 1948, Djohan Sjahroezah, dengan
menggunakan istilah-istilah Marxis klasik, menyebut periode itu sebagai
revolusi borjuis. Lebih dari yang lain-lain, ia adalah “nabi bagi
perjuangan,” kata Abu Bakar Lubis. Sitorus mengatakan, ía “boleh jadi
merupakan orang Indonesia yang paling pandai.”<br />
<br />
Namun begitu unsur-unsur komunis menimbulkan keretakan dalam tubuh
Partai Sosialis dan pertentangan dalam Sayap Kiri yang kemudian
menjatuhkan kabinet Sjahrir, maka Djóhan Sjahroezah bersama Soemartojo,
Soebadio dan lain-lain, memimpin pembentukan PSI. Ada yang menyesalkan
bahwa kader-kadernya ada yang menjadi komunis misalnya, seperti
Soemarsono ang nencetuskan Peristiwa Madiun. Organisasi buruh yang
dibentuknya kemudian menjadi basis bagi SOBSI yang merupakan organ PKI
dan berbalik menentangnya, setidaknya secara politis. Tapi dalam
sejarah, hal yang sama juga terjadi pada Isa Almasih (salah seorang
muridnya adalah Judas Iskariot), pada Sjahrir dan Hatta (anak angkat
mereka MH Lukman justru menjadi PKI). Kemudian ia, danjuga saya serta
barangkali L.M. Sitorus, lapisan kedua di bawah Bung Sjahrir yang
langsung mengurus program kampanye partai untuk memenangkan dua kali
pemilihan umum tahun 1955, dinilai gagal.<br />
<br />
BUNG DJOHAN adalah pribadi yang bebas. Mantap namun waspada (kritis).
Penampilan tenang namun amat responsif Nyerap. Orangnya sabar, tidak
curiga, terbuka. Ia konsisten dengan garis perjuangan. Jujur, setia
kawan. Djohan tak pernah membenci orang lain, Tidak juga rasa curiga. Ia
terbuka pada siapa saja. Transparan. Tapi ía pejuang yang matang. Ia
mandiri namun yang bisa pula bekerja sama dengan pejuang-pejuang lain,
termasuk yang berbeda ideologi. Ia tidak pernah melepaskan prinsip
perjuangan. Solidaritasnya tinggi. Setahu saya, Djohan tidak pemah
membenci orang. Juga tak pernah punya musuh pribadi, tidak juga dari
partai Murba, PNI, atau PKI sekalipun!<br />
<br />
Kehidupannya sederhana, kalau bukan amat bersahaja. Di Jakata Djohan
Sjahroezah menempati pavilyun rumah kediaman H: Agus Salim, jadi Ia
tinggal bersama mertua. Kalau bersama Djohan ke Parlemen kami hanya naik
beca. Jadi hemat. Hemat itu perlu, sebab sebagai anggota Parlemen kami
harus menyetorkan 15% pendapatan untuk kas partai, misalnya uang sidang.
Yang datang menjemput adalah Soemartojo, sebab ia adalah Sekretaris
bagian Umuñ PSI. Seperti Sumartojo atau Sastra, Djohan adalah tokoh
pimpinan yang berakar pada masyarakatnya. Ia bukan pemimpin salon atau
yang hanya melihat dan menilai perjuangan dari ketinggian menara gading.
Karenaitu bahasanya juga bisa dipahami siapa saja. Kalaulah ada
stereotipe bahwa “orang-orang sosialis Sjahrir,” sulit dipaharni dan
“arogan”, tipe demikian tak ada pada Djohan Sjahroezah.<br />
<br />
BUNG DJOHAN SJAHROEZAH bukan orang komunis namun dalam hal-hal
tertentu belajar dari orang komunis. Belajar artinya bersikap terbuka,
suatu ajaran yang juga dianjurkan Islam, Sebuah hadist Nabi Muhammad
justru berbunyi, “Tuntutlah ilmu, meski ke negeri Cina sekalipun!”. Bung
Djohan mempraktekkan hadist itu sebab Ia senantiasa mengingatkan
rekan-rekannya bahwa dalam perjuangan politik dibutuhkan kesabaran
politis. Itu dipetiknya dari Mao Ze Dong, pemimpin komunis Cina tentang
perlunya “kesabaran revolusioner.” Bahwa dalam perjuangan politik moment
amat menentukan. Dan hal itu bisa diketahui dengan cara terus-menerus
mengikuti dan menilai keadaan masyarakat yang berkembang terus-menerus.<br />
<br />
Tapi kesabaran dimiliki hanya oleh mereka yang mempercayai dan
memerlukan kebenaran. Bukan oleh mereka yang sebenarnya hanya memuja dan
mengagungkan kekuasaan atau applaus massa. Bung Djohan yang percaya
kepada demokrasi tak mudah dibius kata yang sama namun untuk maksud yang
bertentangan. Seperti kepercayaannya kepada akal sehat dan humanisme
tak memerlukan ilmu klenik atau kata-kata yang berakar pada sistem
feodalisme, seperti yang banyak kita saksikan dewasa ini. <br />
BUNG DJOHAN bukan hanya telinga, akal dan hati yang menyimak
perkembangandi sekitarnya. Yang Iebih penting lagi, di saat-saat kritis,
Ia justru diperlukan hanya untuk didengarkan. Djohan adalah
kepemimpinan visioner disaat kritis.<br />
<br />
Saya teringat, ketika orang-orang Indonesia yang anggota partai komunis
Belanda masuk ke Indonesia dan ingin mengendalikan Partai Sosialis di
bawah garis dan komando blok komunis Uni Soviet (Kominform), maka Djohan
Sjahroezah dan kawan-kawannya mengambil insiatif memisahkan diri dan
mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) di Yogyakarta tanggal l2
Februari 1948. Suatu 1angkah yang jelas dengan perhitungan masak sebab
dengan meletusnya petistiwa Madiun kemudian ternyata Amir memang membawa
Partai Sosialis menempuh jalan perlawanan rakyat dengan meriskir
(mempertaruhkan) kepentingan negara dan bangsa Indonesia.<br />
<br />
Atau dalam hal-hal kecil bagaimanapun juga Ia didengarkan oleh Bung
Sjahrir, juga Bung Hatta. Saya masih ingat, bagaimana beberapa hari
setelah menyerahkan tulisannya sendiri yang dikategorikan penting untuk
dimuat di Majalah Sikap dan Majalah Suara Sosialis menjelang deadline,
Bung Sjahrir senantiasa merasa perlu untuk mengontak saya sekedar
meyakinkan dirinya: “Apa naskah saya sudah diperiksa Bung Djohan? Dia
harus baca dulu sebelum dimuat. Terserah dia, pantas atau tidak.” Bung
Djohan tersenyum bila diberitahu bahwa Bung Sjahrir menanyakan hal itu.
Dan Bung Djohan tak pemah ragu untuk mengedit tulisan Bung Sjahrir -
namun diberitahu sebelum dimuat. Akan tetapi yang demikian jarang sekali
terjadi. Kadangkala Bung Djohan menugaskan saya untuk menggantikannya
memperbaiki bahasa tulisan Bung Sjahrir. Nampaknya bagi siapa pun, Bung
Sjahrir lebih mahir menggunakan bahasa Belanda dan Inggris daripada
bahasa Indonesia.<br />
<br />
Bung Djohan niscaya juga salah seorang yang pandangan-pandangannya
amat dihormati oleh Bung Hatta. Salah satu kejadian di awal Orde Baru
yang tidak bisa saya lupakan adalah di saat-saat santer terdengar bahwa
Bung Hatta mau mendirikan partai sendiri, yaitu Partai Demokrasi Sosial
Islam. Anggaran Dasarnya bahkan konon sudah dikonsep Saudara Tamimi
Oesman di Sumatra Barat. Tapi rencana pembentukan partai itu mati begitu
saja apalagi karena tak disetujui pemerintah.<br />
<br />
Banyak alasan mengapa rencana pembentukan partai oleh Bung Hatta
gugur secara prematur. Saya rasa, salah satu sebabnya adalah kritik Bung
Djohan Sjahroezah yang disampaikan langsung ketika kami mendatangi Bung
Hatta di rumah kediamannya di Jalan Diponegoro, Dengan gayanya yang
kalem Bung Djohan berkata tenang: “Katanya Bung mau berdiri di atas
semua golongan. Saya rasa itulah yang benar untuk Bung. Citra diri Bung
akan lain bila Bung mengecilkan diri dalam suatu kelompok. Lagi pula
apakah Bung sudah benar-benar mempelajari dulu situasi, apa iklimnya
mendukung atau tidak.” Bung Hatta terperangah. “Menurut Bung
bagaimana?” “Bung sudah dengar pendapat saya. Pada akhirnya itu kan
terserah Bung sekarang.” Tak lama setelah itu minat Bung Hatta untuk
membentuk partai itu hilang. Kepada teman-temannya Bung Hatta bilang
bahwa iklim belum favorable untuk itu.<br />
<br />
SETELAH pemberontakan PRRI usai, Masyumi dan PSI dibubarkan, Djohan
Sjahroezah berkata bahwa Ia melihat kecenderungan perkembangan
totaliterisme dan militerisme di Indonesia, sernentara “kerakyatan
terjepit dan dikesampingkan jauh.” Memang, sejak Partai Sosialis
Indonesia dibubarkan apalagi setelah Bung Sjahrir meninggal, Djohan
Sjahroezah tetap menjadi salah satu titik sentral bagi orang-orang yang
kehilangan partainya. Ia setia mengikuti dan mempelajari perkemban
situasi, mendiskusikannya dengan tenang, mantap dan sabar. Tapi Ia juga
tetap terbuka pada semua lapisan dan golongan politik, tak pilih dari
kelompok politik manapun. Bertemu dengan Bung Djohan di saat situasi
politik yang pengap, senantiasa membukakan hati, pikiran dan semangat
kepada perjuangan untuk kepentingan rakyat banyak.<br />
<br />
Selain itu, seperti saya tulis dalam pidato untuk rnemperingati
kematian Bung Diohan Sjahroezah tanggal 10 November l968, sebagai
berikut: “Djohan dengan teman-temanya tidak banyak dapat berbuat, Ia
hanya kelihatan membiarkan kaum totaliter untuk menghabiskan tenaga
mereka sendiri. Arus totaliterisme belum habis, belum terkikis,
sedangkan arus demokrasi dalarn ujian. Djohan menyadari kesulitan
perjuangan ini, menyadari kesulitan teman dan kawannya, apalagi
anak-anak didiknya. Namun Ia percaya bahwa tingkah langkah totaliterisme
itu sendiri melahirkan syarat-syaratnya bagi perjuangan rakyat itu
sendiri.<br />
Dalam masa kritis serangan penyakitnya, Ia seorang perokok berat yang
terkena kanker paru-paru tetapi masih memikirkan lanjutan perjuangannya
dan beberapa jam sebelum akhir nafasnya –la berkata, “masih banyak yang
harus dirombak dan dikerjakan”. Sebagai ideolog Bung Djohan tokoh
konsisten dengan prinsip perjuangan. Ia militan namun sabar, penuh
perhitungan tak gampang berkompromi. Sebaliknya sebagai manusia dan
hamba Allah Ia seorang yang memiliki solidaritas tinggi, toleransi yang
besar dan pemaaf pada siapa pun. Tapi kematian telah menutup peran dan
momentum perjuangan bagi tokoh pejuang yang sabar namun militan ini.<br />
<br />
“Bagi kita,” kata Adam Malik dalam upacara pemakannya yang sederhana,
“Djohan Sjahroezah merupakan seorang teman, seorang pemimpin seorang
pembimbing yang selalu memberikan contoh dalam keberanian, kegigihan dan
keikhlasan dalam menghadapi segala masalah perjuangan secara
konsekuen.” <br />
*(Dikutip dari Buku ”Memoar Seorang Sosialis – Djoeir Moehamad, Yayasan Obor Indonesia 1997. Hal. 348 – 357)<br />
<br />
Sumber : http://sosialis-indonesia.org/node/15 Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-14202771113840389582013-04-14T15:10:00.000+07:002013-06-17T11:42:54.411+07:00Sosialisme Kerakyatan: Sosialisme yang Sesungguhnya?<b>1. Pengantar</b><br />
Menurut <i>Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga</i>, pemikiran
adalah ‘proses, cara, berbuat memikir’. Pemikiran merupakan bukti bahwa
manusia tidak hanya sekadar mencari makan untuk hidup, tetapi juga
mencari perbaikan untuk kemaslahatan umat manusia. Sejak masa Yunani
kuno hingga abad modern ini, para pemikir terus bermunculan dan
sumbangan pemikirannya terus diingat dan dipelajari. Salah satu tokoh
pemikir dari Indonesia adalah Sutan Sjahrir.<br />
Sutan Sjahrir yang merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia
telah banyak sekali menyumbangkan pemikirannya demi kemajuan Indonesia
yang ia cita-citakan. Sumbangan pemikirannya, antara lain di bidang
politik, ekonomi, dan sosial. Menurut Rosihan Anwar, sumbangan terbesar
Sutan Sjahrir untuk bangsa Indonesia adalah ideologi dan konsep
sosialisme kerakyatan. Sosialisme kerakyatan adalah gagasan Sutan
Sjahrir yang lahir dari pengalamannya belajar di Belanda dan
pengamatannya terhadap situasi sosial-politik pada tahun 1930-1940-an.<br />
<br />
<b>2. Riwayat Hidup Sutan Sjahrir</b><br />
Sutan Sjahrir lahir, di Padang Panjang, pada 5 Maret 1909. Ayahnya,
Maharaja Sutan Mohammad Rasjad adalah seorang Hoofd Jaksa. Sejak kecil,
Sjahrir memperoleh pendidikan yang teratur dari ayahnya (Sarah, 2006:
241). Pendidikan pertamanya diterima melalui Europese Lagere School
(ELS) Medan. Setamat ELS, Sjahrir melanjutkan ke MULO yang berada di
kota Medan juga. Pada tahun 1926, Sjahrir yang baru lulus dari MULO
Medan hijrah ke Bandung untuk melanjutkan sekolah di AMS-A Bandung.
Ketika di AMS-A Bandung, Sjahrir bergabung dan aktif dalam organisasi
kepemudaan Jong Indonesia. Organisasi tersebut kemudian berubah menjadi
Pemuda Indonesia dan Sjahrir diangkat sebagai ketuanya. Selain itu,
Sjahrir juga aktif dalam perkumpulan Bandungse Toneel Vereniging van
Indonesische Studerenden (Batovis) yang berkonsentrasi pada
pemberantasan buta huruf. Sjahrir pun pada akhirnya ikut mendirikan
organisasi yang bergerak di bidang pemberantasan buta huruf, yaitu
Perguruan Nasional Cahaya, di Bandung.<br />
Pada tahun 1929, setamat AMS-A, Sjahrir melanjutkan pendidikannya ke
negeri Belanda., tepatnya di Fakultas Hukum Universitas Amsterdam. Akan
tetapi, di negeri orang tersebut, Sjahrir tidak melulu belajar hukum. Ia
juga mempelajari filsafat, sejarah perkembangan masyarakat dan negara,
dan sejarah kemanusiaan. Kegiatan Sjahrir di Belanda selain kuliah
adalah bekerja dan aktif di Perhimpunan Indonesia. Ia bekerja di
sekretariat Federasi Buruh Transpor Internasional yang berkaitan dengan
sosialisme dan gerakan sosialis. Dari pekerjaannya itulah, Sjahrir
mengenal dan mendalami sosialisme.<br />
Pada tahun 1931, Soekarno ditangkap oleh pemerintah Hindia Belanda dan
PNI yang dipimpinnya dibubarkan. Mendengar berita tersebut, Sjahrir
memutuskan untuk menghentikan studinya di Belanda dan kembali ke
Indonesia. Sekembalinya ke Indonesia, Sjahrir bergabung dalam PNI yang
baru, yaitu PNI-Golongan Merdeka. Pada 31 Desember 1931, Sjahrir
menjabat sebagai ketua umum Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) dan
tsetelah Bung Hatta kembali ke tanah air, PNI dipimpin bersama-sama oleh
Sjahrir dan Hatta. PNI pimpinan Sjahrir-Hatta ini merupakan suatu
partai-kader yang berasaskan self-help sehingga jika para pemimpin
partai tertangkap Belanda, para anggotanya yang telah terlatih dan
memiliki kesadaran politik tetap dapat melanjutkan perjuangan PNI.<br />
Pada tahun 1933-1934, selain memimpin PNI, Sjahrir juga memimpin
Centraal Persatuan Buruh Indonesia. Ia menginginkan Indonesia yang bebas
dari pengaruh kapitalisme dan imperialisme, tapi pemerintah Hindia
Belanda menganggap hal tersebut sebagai pemberontakan terhadap
pemerintah. Pada 16 November 1934, Sjahrir ditangkap dan dibuang ke
Tanah Merah, Boven Digul. Pada tahun 1936, ia dipindahkan ke Banda Neira
dan dibebaskan pada tahun 1942.<br />
Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), Sjahrir bersama dengan
mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa di Jakarta
mengadakan pergerakan bawah tanah untuk menentang fasisme Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya 16 Oktober 1945, Sjahrir
terpilih menjadi ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat.
Pada bulan yang sama juga, Sjahrir menulis risalah Perjuangan Kita.
Dalam risalah tersebut, Sjahrir mengatakan bahwa revolusi Indonesia
harus dipimpin oleh golongan revolusioner, demokratis, dan bukan
nasionalis yang rela dijadikan kaki tangan fasisme Jepang. Selain itu,
dalam risalah tersebut, Sjahrir menolak sistem partai tunggal negara.<br />
Pada tanggal 14 November 1945, Presiden Soekarno menyetujui Sjahrir
untuk membentu kabinet parlementer. Kemudian Sjahrir diangkat menjadi
perdana menteri sekaligus menteri luar negeri dan menteri dalam negeri.
Sjahrir merupakan perdana menteri termuda di dunia kala itu, yaitu 36
tahun usianya ketika dinobatkan sebagai perdana menteri. Ia menjabat
tiga amanah tersebut selama dua tahun (1945-1947).<br />
Setelah penyerahan kedaulatan negara pada tahun 1949, Sjahrir tidak
pernah memegang jabatan pemerintahan lagi. Ia mendirikan Partai Sosialis
Indonesia (PSI) di bulan Februari 1948 dan pada 17 Agustus 1960, partai
tersebut dibubarkan oleh Soekarno. Dua tahun kemudian, Sjahrir
ditangkap oleh pemerintah RI dan ditahan di Madiun. Di dalam tahanan,
kesehatan Sjahrir memburuk karena tekanan darah tinggi yang dimilikinya.
Pada tahun 1965, Sjahrir diizinkan untuk berobat ke Zurich, Swiss,
tetapi tetap dalam status tahanan politik. Pada 9 April 1966, Sjahrir
meninggal dunia di Zurich, Swiss. Semasa hidupnya, Sjahrir memiliki dua
anak, yaitu Kriya Arsyah dan Siti Rabya Parwati, dan seorang istri,
yaitu Siti Wahjunah. Ketika di Belanda, ia pernah menikah dengan Maria
Duchateau, tetapi kandas karena situasi Perang Dunia II.<br />
<br />
<b>3. Sosialisme Kerakyatan: Pemikiran Sutan Sjahrir</b><br />
Menurut Sutan Sjahrir, sosialisme adalah suatu cita-cita, suatu
ajaran, suatu pandangan hidup, dan suatu gerakan untuk mengubah
masyarakat hidup bersama, serta kehidupan kita umumnya (Anwar, 1966:
67). Sebagai ajaran politik, sosialisme bermuka dua. Muka/sifat pertama
sosialime adalah mereka memihak golongan miskin dan tidak berpunya,
yaitu kamu proletar. Dengan ajarannya yang militan, mereka menuntut
persamaan derajat manusia dalam semua bidang kehidupan. Sifat yang
pertama ini mengemuka pada zaman kapitalisme masih muda, yaitu antara
seratus hingga tujuh puluh tahun yang lalu. Pada zaman itu, sifat
seorang sosialis pastilah memusuhi dan membenci golongan kapitalis dan
berkuasa. Muka/sifat kedua sosialisme adalah sifatnya sebagai suatu
ajaran untuk menyusun pergaulan hidup atas dasar yang lain dari yang
telah dialami dan berlaku di dalam masyarakat yang bersendikan
kepercayaan akan milik pribadi sebagai berhala dan alat gaib untuk
mempercepat kemajuan serta kemakmuran manusia (Sjahrir, 1982: 71).<br />
Sebenarnya, dasar tuntutan sosialisme adalah moral. Sosialisme memihak
pada orang kebanyakan, orang yang miskin dalam segala segi kehidupan.
Sosialisme menentang penindasan, penghisapan, dan kesewenang-sewenangan
golongan kecil yang berkuasa terhadap golongan besar yang lemah.
Keberpihakan sosialisme tersebut karena kemanusiaan, dalam sosialisme,
adalah yang kebanyakan itu. Jadi, dasar dan jiwa sosialisme adalah rasa
kemanusiaan.<br />
Mengenai sosialisme di luar Indonesia, seperti di Rusia, Cina, dan
Myanmar, Sjahrir menyebutnya bukan sebagai sosialisme, tetapi komunisme
kominform. Menurut Sjahrir, ajaran Lenin, Stalin, Dimitrov, dan Mao Tse
Dong yang mengharuskan Partai Komunis berkuasa dalam suatu negara dengan
cara apapun, baik pemberontakan atau aksi massa, merupakan sistem kelas
yang diberi pakaian baru. Hal itu karena dalam perebutan kekuasaan
tersebut, sebagian dari suatu bangsa/negara yang tidak sepaham dengan
komunis kominform yang disebut musuh dan harus disingkirkan dan ada
sebagian dari suatu bangsa yang sepaham dengan komunis kominform yang
disebut teman. Sjahrir berpendapat bahwa tujuan sebenarnya dari
komunisme kominform, bukanlah persamaan derajat manusia dalam segala
bidang, melainkan monopoli kekuasaan yang disebut diktatur proletariat
atau terkadang, untuk keperluan politis, dinamakan diktatur demokrasi.<br />
Sosialisme yang diinginkan Sutan Sjahrir untuk Indonesia adalah
sosialisme kerakyatan. Sosialisme kerakyatan berbeda dari
sosialisme-nasional milik Hitler atau sosialisme milik Moskow. Perbedaan
tersebut bukan hanya perbedaan teori, tetapi juga dalam praktek.
Sosialisme milik Hitler atau Moskow, yang disebut komunis kominform oleh
Sjahrir, dalam prakteknya, memungkiri adanya persatuan dan persamaan
manusia. Para kaum komunis kominform belajar solidaritas kelas dalam
teori, tetapi dalam prakteknya, mereka hanya mengutamakan partainya.<br />
Sosialisme kerakyatan adalah sosialisme yang didasarkan pada
kerakyatan dalam arti kepercayaan bahwa rakyat dan bangsa kita, pada
umumnya, akan menerima dengan keyakinannya sendiri segala kebajikan yang
jelas tampak jika dibandingkan dengan sistem kapitalisme (Sjahrir,
1982: 78). Sosialisme kerakyatan menjunjung tinggi jiwa kemanusiaan dan
solidaritas kemanusiaan. Sosialisme kerakyatan bersifat kemanusiaan
umum, yaitu tidak ditujukan atau memihak satu golongan tertentu, seperti
golongan proletar atau golongan buruh. Solidaritas kelas, dalam
sosialisme kerakyatan, berada dibawah solidaritas kemanusiaan. Jadi,
perjuangan kelas dianggap benar jika tidak melanggar nilai-nilai
kemanusiaan.<br />
Kata kerakyatan dalam sosialisme kerakyatan bukan hanya sebagai
pelengkap pengertian sosialisme, melainkan juga sebagai suatu
penghayatan dan penegasan bahwa sosialisme yang diperjuangkan adalah
pemerintahan rakyat yang dilaksanakan oleh rakyat sendiri dan untuk
rakyat. Menurut Sjahrir, sosialisme kerakyatan harus mengandung hak-hak
kemanusiaan sebagai berikut. Pertama, hak tiap orang untuk mempunyai
kehidupan pribadi tanpa gangguan dari negara. Kedua, persamaan tiap
warga negara dalam hukum tanpa pandang turunan, suku, ras, jenis
kelamin, agama, dan warna kulit. Ketiga, perwakilan rakyat yang dipilih
dalam pemilihan merdeka, yang sama dan rahasia. Keempat, pemerintah yang
dilakukan oleh mayoritas dengan menjunjung tinggi hak-hak minoritas.
Kelima, pembuatan undang-undang dalam kekuasaan perwakilan rakyat.
Keenam, pengadilan yang tidak dipengaruhi oleh pemerintah (Anwar, 1966:
69).<br />
Sosialisme kerakyatan merupakan suatu cara memperjuangkan kemerdekaan
dan kedewasaan manusia, yaitu bebas dari penindasan dan penghisapan
serta penghinaan oleh manusia terhadap manusia (Sjahrir, 1982: 84). Bagi
Sjahrir, siapapun yang menindas dan menghisap, tidak peduli kapitalis,
komunis, atau sosialis, harus terus dilawan karena perjuangan yang
sesungguhnya adalah perjuangan untuk kerakyatan.<br />
Tidak hanya komunisme yang ditentang, sosialisme kerakyatan juga
menentang ajaran demokrasi dan kedaulatan rakyat yang abstrak. Ajaran
sosialisme kerakyatan sama dengan demokrasi liberal (Sjahrir, 1982:
99). Bahkan, ajaran sosialisme mengatakan bahwa sosialisme adalah
penyempurnaan dari demokrasi dan kedaulatan rakyat. Menurut ajaran
sosialisme kerakyatan, dalam suatu masyarakat yang sudah benar-benar
sosialis, pemimpin tidaklah dibutuhkan. Adanya persamaan derajat
menyebabkan tidak ada celah untuk perintah-memerintah.<br />
Mengenai kebijakan ekonomi, sosialisme kerakyatan tidak sepaham dengan
kapitalisme yang bersifat monopoli dan tidak sepaham pula dengan
totalitarisme. Visi di bidang ekonomi dari sosialisme kerakyatan: 1)
meninggikan tingkat produksi; 2) menghilangkan cara-cara produksi yang
tidak pada tempatnya dan kuno; 3) memajukan teknik produksi dalam segala
lapangan penghasilan; 4) menggunakan sumber kekayaan alam yang masih
belum dikerjakan di Indonesia dengan cara yang rasionil (Anwar, 1966:
72).<br />
Ujung tombak dari semua cita-cita sosialisme kerakyatan Sutan Sjahrir adalah mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa adalah <i>avant-garde</i>
dalam menciptakan masyarakat sosialis. Mahasiswa adalah kader-kader
terbaik untuk pelaksanaan program-program pembangunan untuk produksi
yang lebih banyak dan distribusi yang lebih baik. Mahasiswa memiliki
kesempatan besar untuk memeproleh pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan untuk menjadi intelligensia rakyat dan kelak diharapkan
menjadi kader dalam membina masyarakat sosialis. Seperti yang dikatakan
Sutan Sjahrir kepada Subadio Sastrosatomo di penjara Madiun berikut ini.<br />
“Penyelesaian revolusi Indonesia adalah di tangan kaum muda kita.
Merekalah yang menentukan hari depan bangsa dan tanah air. Karena itu,
Engkau jangan meremehkan mereka, bimbinglah mereka ke jalan yang benar
ialah jalan pembaruan menuju masyarakat adil dan makmur, tanpa
penghisapan dan penindasan.”<br />
<br />
<b>4. Sosialisme Kerakyatan: Relevansinya di Masa Kini</b><br />
Empat puluh enam tahun berlalu sejak kematian Sutan Sjahrir.
Sosialisme kerakyatan yang ia cita-citakan pun jauh panggang dari api.
Indonesia, kini, menjadi negara demokratis, bukannya sosialis, seperti
yang ia impikan. Cita-cita Sjahrir tentang sosialisme kerakyatan di
Indonesia adalah suatu harapan yang sulit untuk diwujudkan, bahkan Sutan
Sjahrir pun pesimis akan masa depan sosialisme kerakyatan. Berikut
kutipan perkataannya yang dikemukakan dalam pidato Konferensi Sosialis
Asia II di Bombay, India.<br />
“jikalau hukum rimba (the law of jungle) akan berlaku lagi, maka
tidaklah akan ada tempat bagi sosialisme kerakyatan, paling banter cuma
bagi totaliterisme komunis, dan juga tidak akan ada tempat bagi martabat
manusia.” (Anwar, 1966: 71)<br />
Sosialisme kerakyatan adalah konsep yang ideal dan sempurna. Ideal
dalam arti merujuk pada tatanan masyarakat sosialisme kerakyatan yang
diharapkan Sutan Sjahrir, yaitu tidak ada pemimpin karena setiap orang
sadar akan hak dan kewajibannya. Konsep ideal ini hanya dapat diterapkan
pada masyarakat yang ideal pula. Oleh karena itu, konsep yang seperti
ini tidak dapat diterapkan di Indonesia pada masa kini. Hal tersebut
karena masyarakat Indonesia belum menjadi masyarakat ideal. Ideal yang
dimaksud adalah sadar akan kewajiban dan hak, bertanggung jawab atas
segala perbuatannya, dan menghargai hak orang lain. Sosialisme
kerakyatan tidak relevansi dengan kondisi Indonesia masa kini, bukan
karena konsep sosialisme kerakyatan yang tidak jelas, melainkan justru
karena konsepnya terlalu ideal.<br />
Secara keseluruhan, kosep sosialisme kerakyatan ala Sjahrir memang
tidak bisa diterapkan di Indonesia. Namun, salah satu ajaran atau asas
dari pemikiran Sutan Sjahrir tersebut, yaitu solidaritas kemanusian,
adalah salah satu hal yang harus diterapkan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Hal itu karena rasa solidaritas kemanusiaan dapat menciptakan
kehidupan bermasyarakat yang tentram, damai, dan saling menghargai.<br />
Penanaman rasa solidaritas kemanusiaan tersebut haruslah dimulai sejak
dini. Jadi, cara paling efektif untuk menanamkan rasa solidaritas
kemanusiaan kepada masyarakat Indonesia adalah melalui pendidikan
kepada anak-anak. Sejak di bangku sekolah dasar, anak-anak haruslah
diberikan pelajaran moral dan Pancasila sehingga dasar negara kita
benar-benar dihayati dan diamalkan, tidak hanya dibacakan saat upacara.
Jika anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa memiliki rasa
solidaritas kemanusiaan yang kuat, kelak ketika mereka memimpin
Indonesia, niscaya Indonesia akan menjadi negeri yang masyarakatnya
hidup dalam suasana saling menghargai dan menghormati.<br />
<br />
<b>5. Kesimpulan</b><br />
Sosialisme kerakyatan adalah konsep yang mengutamakan solidaritas
kemanusiaan, bukan solidaritas kelas. Sosialisme kerakyatan tidak
mengutamakan perjuangan kelas. Perjuangan kelas dianggap benar jika
tidak melanggar hak-hak kemanusiaan. Meskipun sosialisme kerakyatan ini
diakui Sutan Sjahrir sebagai penyempurnaan dari demokrasi dan kedaulatan
rakyat, sosialisme kerakyatan menentang ajaran demokrasi dan kedaulatan
yang abstrak.<br />
Konsep sosialisme kerakyatan yang dicetuskan oleh Sutan Sjahrir ini
jauh berbeda dengan konsep sosialis yang diterapkan di Cina atau Rusia.
Sosialisme yang identik dengan perjuangan kelas justru ditolak oleh
Sutan Sjahrir. Ia berpendapat bahwa sosialisme bisa dicapai dengan jalan
baik-baik, bukannya revolusi kekerasan. Konsep ini terdengar indah dan
mampu membawa masyarakat ke kehidupan yang lebih baik, tetapi pada
umumnya, kenyataan selalu tak seindah konsepnya.<br />
Di lain pihak, salah satu ajaran dari sosialisme kerakyatan, yaitu
solidaritas kemanusiaan, merupakan salah satu hal yang dapat diterapkan
di Indonesia pada saat ini. Dengan solidaritas kemanusiaan, terciptalah
kehidupan bermasyarakat yang damai, tenteram, dan saling menghargai.<br />
<b><br />
Daftar Pustaka</b><br />
Anwar, Rosihan. 1966. <i>Perjalanan Terakhir Pahlawan Nasional Sutan Sjahrir</i>. Jakarta: PT. Pembangunan Jakarta.<br />
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. <i>Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga</i>. Jakarta: Balai Pustaka. <br />
Hasyim, Muchlis. 2012. “Sosialisme Kerakyatan Sjahrir Antitesis Komunisme-Fasisme”. <a href="http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012-05-21/136025/Sosialisme_Kerakyatan_Sjahrir_Antitesis_Komunisme-Fasisme" rel="nofollow">http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012-05-21/136025/Sosialisme_Kerakyatan_Sjahrir_Antitesis_Komunisme-Fasisme</a>. Diunduh pada 31 Mei 2012 Pukul 15.51 WIB<br />
_____ 2012. “Bung Karno Itu Marhaenisme, Sjahrir Itu Sosialisme Kerakyatan, dan Hatta Itu…”. <a href="http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012-05-29/136815/Bung_Karno_Itu_Marhaenisme,_Sjahrir_Itu_Sosialisme_Kerakyatan,_dan_Hatta_Itu&#8230" rel="nofollow">http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2012-05-29/136815/Bung_Karno_Itu_Marhaenisme,_Sjahrir_Itu_Sosialisme_Kerakyatan,_dan_Hatta_Itu&#8230</a>; Diunduh pada 31 Mei 2012 Pukul 15.43 WIB<br />
Inilah Koran. “Sosialisme Kerakyatan”. <a href="http://www.beritajatim.com/sorotan.php?newsid=1162" rel="nofollow">http://www.beritajatim.com/sorotan.php?newsid=1162</a>. Diunduh pada 31 Mei 2012 Pukul 15.47 WIB<br />
Sarah, Ataswarin Moewardi Bambang. 2006. <i>Jejak Pahlawan dalam Aksara</i>. Jakarta: Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia.<br />
Sjahrir, Sutan. 1982. <i>Sosialisme Indonesia Pembangunan Kumpulan Tulisan Sutan Sjahrir</i>. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional.<br />
<br />
Sumber : http://lailahitler.wordpress.com/2012/11/03/sosialisme-kerakyatan-sosialisme-yang-sesungguhnya/ Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-21523654549115588492013-04-14T15:07:00.000+07:002013-06-17T11:44:46.902+07:00Chavez dan Mosaik Sosialisme Kerakyatan<i>Oleh Martin Bhisu SVD</i><br />
Hugo
Chavez sebelum dan sesudah wafat mendapat perhatian istimewa. Alasan
utama: wawasan dan praktik politiknya merupakan tanda perbantahan dari
sebuah tatanan yang peninggalannya adalah sebuah mosaik sosialisme
kerakyatan.<br />
Eduardo Galeano, penulis prestisius asal
Uruguay, pernah menjuluki Amerika Latin sebagai benua dengan urat nadi
yang terbuka. Sebuah metafora tentang luka lama benua ini sebagai akibat
penjajahan yang ragamnya sekarang disebut neokolonialisme, penjajahan
baru. Istilah ini terhubung dengan kondisi Amerika Latin: ibarat sapi
perah yang susunya, hasil pertumbuhan ekonomi, dinikmati
perusahaan-perusahaan multinasional.<br />
Venezuela bukan kekecualian.
Akibat rontoknya boom minyak pada 1970-an, negara vino tinto ini
mengalami krisis ekonomi. Presiden Andres Perez waktu itu mengikuti
resep dogmatis IMF yang bukan solusi, melainkan problem. Pada akhirnya
yang meningkat adalah angka kemiskinan yang memprihatinkan, sementara
perdagangan minyak Venezu- ela di tangan perusahaan asing.<br />
Runtuhnya
ekonomi mendapat protes masyarakat yang berakhir dengan kudeta militer
yang mengusung Chavez pada 1993. Meritokrasi Chavez untuk menyembuhkan
urat nadi yang terbuka patut dicemburui pemimpin negara apa pun yang
menganggap diri pujangga ekonomi kapitalis.<br />
Menurut laporan Komisi
PBB bagi Ekonomi Amerika Latin (CEPAL), Venezuela berhasil menurunkan
44 persen angka kemiskinan: 5 juta jiwa dari total penduduk tidak lagi
miskin. Dalam hal kesadaran berdemokrasi, partisipasi elektoral mencapai
lebih dari 88 persen penduduk, yang pada pemilu terakhir 55 persen
suara untuk Chavez.<br />
Menyangkut anggaran dana sosial, negara-negara
sosial demokrat Eropa tak bisa menyaingi Venezuela yang mengalokasikan
60 persen dari total produk domestik bruto. Sebanyak 14 juta penduduk
mendapat subsidi pangan, dan tahun ini 61 persen penduduk membeli pangan
di pusat- pusat perbelanjaan milik negara. Selama 2011 Chavez
menyerahkan 146.022 rumah kepada penduduk paling miskin.<br />
Rekam
jejak terpuji di atas menjadikan Chavez seorang pemimpin politik yang
diterima di kalangan rakyat kecil dan berhasil memenangi pemilu empat
kali beruntun. Sangat lumrah bila ada kelompok yang punya barometer
politik ekonomi yang berseberangan dengannya, terutama yang kepentingan
mereka dirugikan karena negara mengambil alih kendali PDVSA, perusahaan
minyak Venezuela.<br />
<b>Sosialisme kerakyatan</b><br />
Chavez
pernah mengatakan, ”Tak bisa dimengerti bagaimana dapat
mendistribusikan kekayaan negara kalau institusi tak diubah. Apakah ada
alternatif lain?” Pertanyaan yang dituntun oleh jawaban yang hendak
dicari. Model negara sosialis dan sosialisme kerakyatan merupakan dua
pokok penting yang harus tepat diartikulasi menjadi jawaban alternatif
terhadap ekonomi laissez- faire.<br />
Negara dengan para pemimpinnya
yang dipilih rakyat untuk memerintah atas nama rakyat tidak melayani
kepentingan perusahaan-perusahaan transnasional, melainkan melayani
rakyat. Rancang bangun sebuah ekonomi sosial pertama-tama ditempuh
Chavez adalah dengan merombak institusi negara yang birokratis dan
koruptif menjadi negara sosialis yang kerakyatan. Dalam tahun-tahun
pertama, Chavez tak mudah menempuh jalan ini, bahkan kudeta sekelompok
militer yang didukung oposisi hampir menjatuhkannya.<br />
Peran negara
tidak seperti dalam paham sosialisme terpimpin dan doktriner (model
sosialisme bekas Uni Soviet), tetapi memberi peran yang lebih besar,
dinamis, dan relevan kepada pemerintah untuk mengatur ekonomi. Dengan
PDVSA sebagai jantung ekonomi, Chavez memilih cara klasik: menaikkan
permintaan agregat. Artinya, negara mengeluarkan banyak anggaran untuk
sektor-sektor pembangunan padat karya sehingga meningkatkan lapangan
kerja dan pendapatan per kapita. Perusahaan swasta dapat untung juga
karena saat konsumsi meningkat (faktor yang sangat bergantung pada
pendapatan per kapita), permintaan akan barang dan jasa juga meningkat.
Akhirnya produksi terdongkrak.<br />
Di samping itu, meningkatnya
anggaran dana sosial sangat membantu masyarakat miskin. Politik sosial
seperti ini memberi warna khusus bagi Chavez karena mayoritas orang
miskin di banyak negara maju sekalipun tak disentuh kebijakan ekonomi
pemerintah.<br />
Faktor rakyat sangat menentukan dalam ekonomi
sosialis. Selama politik ekonomi yang berciri karitatif dan
asistensialistis merupakan pilihan utama, kega- galan mudah diprediksi
sebab yang hilang ialah gejala dari kemiskinan, bukan sebabnya. Chavez
mengorganisasikan koperasi produktif yang dibantu kredit lunak untuk
memberantas sebab kemiskinan. Ke dalam koperasi itu demokratis, ke luar
kompetitif sesuai dengan hukum pasar.<br />
Peran pemerintah dan rakyat
yang proaktif dalam produksi dan distribusi barang dan jasa sungguh
merupakan mosaik ekonomi sosial kerakyatan. Indonesia mungkin tak dapat
meniru model ini karena banyak sebab. Di anta- ranya mental kerakyatan
yang minim dari pemerintah. Dengan sistem pemerintah yang sangat
parlementaristis, kekuasaan eksekutif ke dalam takut akan teka- nan
primordial sejumlah golongan; ke luar berkiblat ke negara Barat dan
bangsa kita terbiasa dengan apa yang ada.<br />
Sebab kedua adalah
kurangnya pengalaman signifikan bagai- mana hidup cukup sejahtera.
Kecuali sampai akhir 1980-an, ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan
secara akumulatif, tetapi ekonomi yang trickle down seperti ini tak
menyentuh periuk nasi orang miskin. Berbeda dengan Venezuela, sebelum
krisis minyak, pertumbuhan ekonomi berkarakter sosial, dan masyarakat
tahu bagaimana dampak positif ekonomi kerakyatan. Hal ini menjadi
pembelajaran kolektif yang ujungnya adalah revolusi sosial melawan
pemerintah koruptif selama krisis minyak.<br />
Mungkin mosaik
sosialisme kerakyatan Venezuela bisa menjadi inspirasi bagi Pemerintah
Indonesia mendatang. Namun, ini bergantung sepenuhnya kepada rakyat yang
berwawasan sosialis memilih orang yang berpihak kepada kaum jelata.<br />
Martin Bhisu SVD <i>Rohaniman: Berkarya di Paraguay</i><br />
<br />
<i>Sumber : http://internasional.kompas.com/read/2013/03/14/02365334/Chavez.dan.Mosaik.Sosialisme.Kerakyatan </i>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-26084304800736667052011-02-14T15:05:00.000+07:002013-06-17T11:45:24.137+07:00Sjahrir dan Sosialisme Indonesia<div style="text-align: center;">
Sjahrir dan Sosialisme Indonesia</div>
<div style="text-align: center;">
Oleh IVAN A HADAR</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Tanggal 5 Maret 2009 genap 100 tahun Sutan Sjahrir. ”Bung Kecil”, begitu Sjahrir dijuluki, tercatat sebagai tokoh sentral perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya bidang politik dan diplomasi.<br />
Dikenal cerdas, Sjahrir saat berusia 19 tahun mengambil bagian dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Pada usia 36 tahun Sjahrir terpilih sebagai Perdana Menteri I RI.<br />
Piawai di meja perundingan, Sjahrir mendirikan Partai Rakyat Sosialis, lalu berganti nama menjadi Partai Sosialis Indonesia (PSI). Dalam Pemilu 1955, PSI gagal meraup suara yang signifikan. Lima tahun kemudian PSI dibubarkan Presiden Soekarno.<br />
Pada tahun 1963, Sutan Sjahrir resmi ditetapkan sebagai tahanan politik hingga meninggal di Swiss dalam masa pengobatan. Pembubaran PSI dan Masyumi menandai berlakunya masa otoritarian. Hingga akhir rezim Orde Baru, wacana terkait dengan ideologi bangsa yang termanifestasi dalam tatanan ekonomi politik, sistem budaya, dan nilai-nilai idealnya praktis terhenti.<span id="more-7"></span><br />
Sosialisme Indonesia<br />
Dalam membicarakan tatanan sosial politik yang ideal, sering hadir kerinduan untuk menemukan jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme. Sjahrir adalah salah satu perintis pencarian jalan itu, yang tertuang dalam konsep Sosialisme Indonesia. Pertanyaannya, mungkinkah ada ”jalan tengah versi Indonesia”? Mungkinkah menyatukan dua isme yang ibarat minyak dan air?<br />
Pertanyaan lebih konkret ialah, perlukah Sosialisme Indonesia? Perlu. Alasannya, agar sisi positif sosialisme sebagai perangkat analisis sosial yang tajam dalam menggambarkan tatanan berkeadilan bisa digabungkan dengan tatanan politis demokratis yang menjadi persyaratan berfungsinya sebuah ekonomi pasar dalam konteks Indonesia.<br />
Di negara-negara kapitalis modern yang maju berlaku demokrasi politik. Namun, tidak demikian halnya dengan demokrasi ekonomi. Pencapaian demokrasi politik secara historis amat penting, tetapi itu kurang lengkap. Ia sekadar demokrasi perwakilan yang pasif, di mana sebagian besar rakyat memilih orang lain untuk bertindak bagi mereka. Juga kekuatan ekonomi tetap terkonsentrasi dan demokrasi ekonomi masih menanti masa depan yang lebih baik.<br />
Sementara itu, eksperimen sosialisme (tepatnya komunisme) Blok Timur telah gagal. Tidak adanya demokrasi politik mengakibatkan krisis politik berujung pada tumbangnya Uni Soviet dan Blok Timur. Tak adanya demokrasi politik ekonomi di negara- negara komunis saat itu, dikemas dalam konteks full employment yang dipaksakan dan perencanaan sentralistis, mengakibatkan stagnasi dan inefisiensi ekonomi dan lemahnya disiplin kerja.<br />
Ketidakpuasan atas dua isme itu memicu pencarian alternatif. Secara teoretis, memunculkan berbagai aliran sosialisme. Sosialisme-demokratis adalah salah satu bentuk sosialisme yang menemukan lahan berkembang di beberapa negara industri maju, seperti Jerman dan Swedia. Selain itu, kita pernah mendengar berbagai genre sosialisme, seperti sosialisme-non-marxis, sosialisme-science-movement, dan sosialisme-utopis.<br />
Sosialisme Sjahrir<br />
Dalam catatan sejarah Indonesia, ada empat partai politik yang pernah menyandang nama ”sosialis” sebagai nama dan ideologi resmi partai, yaitu Partai Sosialis yang diketuai Amir Sjarifuddin, Partai Rakyat Sosialis (Paras) yang didirikan dan diketuai Sutan Sjahrir. Lalu, ada Partai Sosialis yang merupakan fusi dari kedua partai itu. Partai inilah yang sejak November 1945 menguasai kabinet RI hingga pertengahan 1947, saat terjadi keretakan antara kelompok Sjahrir dan Amir Sjarifuddin. Sjahrir lalu membentuk partai baru, Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada awal 1948, bertahan hingga 1960, saat dibubarkan Soekarno.<br />
Dalam sejarah pergerakan kemerdekaan, kita mengenal para tokoh, termasuk Soekarno dan Hatta, yang berkeyakinan membangun masyarakat dan negeri ini atas prinsip sosialis. Namun, di antara tokoh-tokoh itu, mungkin hanya Sjahrir yang paling tegas dan nyata dalam keyakinan dan perjuangan. Ia bukan saja mendirikan partai politik (PSI) untuk mewujudkan keyakinannya, tetapi sebelumnya juga telah memikirkan secara mendalam paham sosialisme apa yang paling cocok untuk Indonesia.<br />
Sjahrir tegas membedakan paham sosialisme yang hendak diperjuangkannya di Indonesia dengan sosialisme yang ada di Eropa Barat maupun sosialisme yang ditawarkan komunis. Pergumulannya atas paham-paham sosialisme di Eropa Barat dan kekhawatirannya akan komunisme totaliter membawanya pada pemikirannya tentang sosialisme yang sesuai bagi Indonesia, yaitu sosialisme-kerakyatan.<br />
Bagi Sjahrir, perkataan kerakyatan adalah suatu penghayatan dan penegasan bahwa sosialisme seperti yang dipahaminya selamanya menjunjung tinggi dasar persamaan derajat manusia.<br />
Dalam catatan sejarah diketahui, cita-cita sosialisme-kerakyatan Sjahrir tidak berhasil diwujudkan. Namun, ketidakberhasilan ini mungkin bukan semata- mata karena Sjahrir tergeser dari panggung politik atau karena PSI dibubarkan. Sosialisme, apa pun namanya, hanya paham, suatu cita-cita yang masih di tingkat konsepsi. Untuk mewujudkan cita-cita itu, ia harus dibuat operasional dan harus didukung seperangkat institusi dan mekanisme-mekanisme tertentu. Ini bukan hal mudah. Tanpa itu, ia akan berhenti pada imbauan moral atau etis, tetapi tidak membawa perubahan apa-apa.<br />
IVAN A HADAR Wakil Pemimpin Redaksi Jurnal SosDem<br />
Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/03/03/04470498/sjahrir.dan.sosialisme.indonesiaLove Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-2154583452154965722011-02-14T14:55:00.000+07:002013-06-17T11:45:40.963+07:00SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK<br />
<header class="entry-header"> <h1 class="entry-title">
SOSIALISME SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK</h1>
<div class="entry-meta">
<br /></div>
<!-- .entry-meta --> </header><!-- .entry-header --> <br />
<i>Oleh Drs. Sri Agus, M.Pd.</i><br />
<div style="text-align: justify;">
<b>PENDAHULUAN</b><br />Sosialisme (<i>sosialism</i>) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Dalam arti tersebut ada empat macam aliran yang dinamakan sosialisme: (1) sosial demokrat, (2) komunisme,(3) anarkhisme, dan (4) sinkalisme (Ali Mudhofir, 1988). Sosialisme ini muncul kira-kira pada awal abad 19, tetapi gerakan ini belum berarti dalam lapangan politik. Baru sejak pertengahan abad 19 yaitu sejak terbit bukunya Marx, Manifes Komunis (1848), sosialisme itu (seakan-akan) sebagai faktor yang sangat menentukan jalannya sejarah umat manusia.<span id="more-685"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Bentuk lain adalah sosialisme Fabian yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada Negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Bentuk sosialisme ini didukung oleh Fabian society yang didirikan 1884. Tokoh gerakan sosial di Inggris berasal dari kelompok intelektual di antaranya George Bernard Shaw, Lord Passfield, Beatrice Webb, Graham Wallas dan GDH Cole (Ali Mudhofir, 1988:90).</div>
<div style="text-align: justify;">
Istilah “ sosialis” atau negara sosial demokrat digunakan untuk menunjuk negara yang menganut paham sosialisme “ moderat” yang dilawankan dengan sosialisme ”radikal” untuk sebutan lain bagi “komunisme”. Hal ini ditegaskan mengingat dalam proses perkembangannya di Negara Barat yang pada mulanya menganut paham liberal-kapitalis berkembang menjadi Negara sosialis (sosialis demokrat) ( Frans Magnis Suseno,1975: 19-21). Perbedaan yang paling menonjol antara sosialis-demokrat dan komunisme (Marxisme-Leninisme) adalah sosial demokrat melaksanakan cita-citanya melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan, sebaliknya Marxisme-Leninisme melalui revolusi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309). Dalam membahas sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Dalam edisi bahasa Inggris 1888 Marx memakai istilah “sosialisme” dan ”komunisme” secara bergantian dalam pengertian yang sama. Hal ini dilakuakn sebab Marx ingin membedakan teorinya yang disebut “sosialisme ilmiah” dari “ sosialisme utopia” untuk menghindari kekaburan istilah dua sosialisme dan juga karena latarbelakang sejarahnya. Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti “sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Sutarjo Adisusilo, 1991: 127).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangannya, Lenin dan Stalin berhasil mendirikan negara “komunis”. Istilah “sosialis” lebih disukai daripada “komunis” karena dirasa lebih terhormat dan tidak menimbulkan kecurigaan. Mereka menyebut masa transisi dari Negara kapitalis ke arah Negara komunis atau “masyarakat tidak berkelas” sebagai masyarakat sosialis dan masa transisi itu terjadi dengan dibentuknya “ Negara sosialis”, kendati istilah resmi yang mereka pakai adalah “negara demokrasi rakyat”. Di pihak lain Negara di luar “Negara sosialis”, yaitu Negara yang diperintah oleh partai komunis, tetap memakai sebutan komunisme untuk organisasinya, sedangkan partai sosialis di Negara Barat memakai sebutan “sosialis demokrat” (Meriam Budiardjo, 1984: 5).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian dapat dikemukakan, sosialisme sebagai idiologi politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan.</div>
<b>SOSIALISME DAN DEMOKRASI</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Pertalian antara demokrasi dan sosialisme merupakan satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Ditinjau dari segi sejarah sosialisme, segera dapat diketahui gerakan sosialis yang berhasil telah tumbuh hanya di negara-negara yang mempunyai tradisi-tradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Selandia Baru, Skandinavia, Belanda, Swiss, Australia, Belgia (William Ebenstein, 1994: 213). Mengapa demikian sebab pemerintahan yang demokratis dan konstitusional pada umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada programnya yang khusus, meskipun program itu tampak terlalu luas yakni: menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah mengakhiri ketidaksamaan yang didasarkan atas kelahiran dan tidak atas jasa, membuka lapangan pendidikan bagi semua rakyat, memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua dan sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal yaitu membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas pemakaian prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke lapangan bukan politik dari masyarakat. Sejarah menunjukkan, masalah kemerdekaan merupakan dasar bagi kehidupan manusia. Kemerdekaan memeluk agama-kepercayaan, mendirikan organisasi politik dan sebagainya merupakan sendi-sendi demokrasi. Jika prinsip demokrasi telah tertanam kuat dalam hati dan pikiran rakyat, maka kaum sosialis dapat memusatkan perhatian pada aspek lain. Sebaliknya, di Negara yang masih harus menegakkan demokrasi, partai sosialis harus berjuang untuk dapat merealisasikan ide tersebut. Misalnya di Jerman masa kerajaan kedua (1870-1918) yang bersifat otokratis, partai sosialis demokratis senantiasa bekerja dengan rintangan yang berat. Lembaga parlementer hanya sebagai selubung untuk menutupi pemerintahan yang sebenarnya bersifat diktaktor. Pada masa Bismarck berkuasa, kaum sosialis demokrasi dianggap sebagai” musuh-musuh Negara”, dan pemimpin partai yang lolos dari penangkapan melarikan diri ke Inggris dan Negara Eropa lainnya. Demikian pula pada masa republik Weiner (1919-1933), partai sosial demokratis Jerman juga tidak berdaya karena tidak ada pemerintahan yang demokratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di Rusia sebelum 1917, keadaan lebih parah lagi, Rezim Tsar yang despotis malahan sama sekali tidak berpura-pura dengan masalah pemerintahan demokratis. Jadi tidak mungkin ada perubahan sosial dan ekonomi dengan jalan damai, sehingga apa yang terjadi ialah revolusi oleh kaum komunis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perang Dunia (PD) II memberikan gambaran lebih jelas tentang masalah di atas. Menjelang tahun 1936 partai sosialis di Perancis merupaksn partai yang terkuat. Selama PD II di bawah kedudukan Jerman, kaum komunis lebih banyak bergerak di bawah tanah, mengadakan teror dan bertindak di luar hukum sebagaimana sifatnya dalam keadaan normal pun juga demikian, memperoleh pengikut yang lebih banyak, sehingga menjadi partai yang terkuat di Perancis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan yang berada di Inggris, kaum sosialis dalam pemilihan umum tahun 1951, memperoleh suara 6 kali pengikut yang lebih banyak jumlahnya apabila dibandingkan dengan suara yang didapat kaum komunis. Bukti tersebut tidak hanya diberikan oleh Inggris Raya, tetapi juga oleh Negara-negara demokratis lainnya yang mempunyai gerakan–gerakan sosialis yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kemerdekaan sipil yang penuh dapat menangkal fasisme dan komunisme .</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila orang ingin memberikan tingkat kepada Negara-negara demokratis dewasa ini, terutama dalam masalah kemerdekaan sipil, maka Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Belanda, Belgia, Australia, Selandia Baru dan Israel akan berada di Puncak daftar. Di Negara itu dalam masa terakhir berada di bawah pemerintahan sosialis atau kabinet-kabinet koalisi yang di dalamnya kaum sosialis memperoleh perwakilan yang kuat (William Ebenstein,1994: 215).</div>
<div style="text-align: justify;">
Kesejajaran di atas tidaklah rumit untuk ditelusuri, kaum sosialis demokratis menyadari akan kenyataan bahwa, tanpa kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh pemerintahan konstitusional yang liberal mereka tidak akan sampai pada tangga pertama. Sekali mereka berkuasa dalam pemerintahan, kaum sosialis masih tetap mempertahankan psikologi oposisi. Sebab mereka tahu bahwa dengan memegang kekuasaan politik belum berarti soal-soal organisasi sosial dan ekonomi dengan sendirinya akan terpecahkan . Dengan kata lain, sebelum kaum sosialis mengambil alih pemerintahan, mereka beroposisi terhadap pemerintah dan kelas-kelas yang berpunya; setelah mereka mendapat kekuasaan dalam pemerintahan, psikologi oposisi yang ditunjukkan terhadap status quo ekonomi perlu tetap ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
Demokrasi dan sosialilsme merupakan dua ideologi yang sekarang nampak diannut di berbagai Negara yang bukan Fasis dan bukan Komunis. Dalam keadaan sekarang tidak mudah merumuskan pengertian demokrasi . Berbagai macam demokrasi telah berkembang menjadi berbagaai bentuk masyarakat. Demokrasi Inggris modern atau demokrasi Swedia lebih dekat dalam beberapa hal pada sosialisme Negara di Soviet Rusia dibandingkan dengan sistim ekonomi Amerika Serikat . Akan tetapi dalam soal-soal perorangan dan kemerdekaan politik hal sebaliknya yang berlaku . Berbeda lagi yang ada di Amerika Serikat mungkin dapat disebut “demokrasi kapitalis”. Disebut demikian karena yang tampak hanya demokrasi politik, tetapi tidak cukup ada apa yang dinamakan demokrasi ekonomi dengan tetap adanya freefight ekonomi yang memungkinkan beberapa gelintir orang menjadi kapitalis yang amat kaya .</div>
<div style="text-align: justify;">
Demokrasi ekonomi dan disamping itu demokrasi sosial dapat diketemukan dalam idiologi sosialisme, yang pada prinsipnya menjurus kepada suatu keadilan sosial dengan semboyan : kepada seorang harus diberikan sejumlah yang sesuai dengan nilai pekerjaanya. Akan tetapi untuk mencapai itu, pemerintah sering harus campur tangan dengan membatasi keluasaan gerak-gerik para warganegara. Sampai di mana ini berlaku, tergantung dari keadaan setempat di tiap-tiap Negara ( Wiryono P., 1981: 137) .</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sosialisme hanya dapat berkembang dalam lingkungan masyarakat dan pemerintahan yang memiliki tradisi kuat dalam demokrasi . Pada saat kaum sosialis berhasil memegang kekuasaan, pemerintahan masih tetap diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk ikut ambil bagian ( sebagian oposisi) ) dan mereka juga menyadari bahwa kekuasaan yang diperoleh tidak bersifat permanen .</div>
<b>UNSUR-UNSUR PEMIKIRAN DAN POLITIK SOSIALISME</b><br />
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme, seperti gerakan-gerakan dan gagasan liberal lainnya, hal ini mungkin karena kaum liberal tidak dapat menyepakati seperangkat keyakinan dan doktrin tertentu. Apalagi sosialisme telah berkembang di berbagai Negara dengan tradisi nasionalnya sendiri dan tidak pernah ada otoritas pusat yang menentukan garis kebijakan partai sosialis yang bersifat mengikat, namun garis-garis besar pemikiran dan kebijakan sosialis dapat disimak dari tulisan-tulisan ahli sosialis dan kebijakan partai sosialis. Apa yang muncul dari pemikiran dan kebijakan itu bukanlah merupakan sesuatu konsisten. Kekuatan dan kelemahan utama sosialisme terletak dalam kenyataan bahwa system itu tidak memiliki doktrin yang pasti dan berkembang karena sumber-sumber yang saling bertentangan dalam masyarakat yang merupakan wadah perkembangan sosialisme.</div>
<div style="text-align: justify;">
Unsur-unsur pemikiran dan politik sosialis yang rumit dan saling bertentangan dengan jelas tergambar dalam gerakan sosialis Inggris. Unsur-unsur yang ada dalam gerakan sosialis Inggris adalah: (1). Agama, (2) Idealisme Etis dan Estetis, (3) Empirisme Fabian, (4) Liberalisme (Willian Ebenstein,1985:188).</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>1. Agama</i><br />Dalam buku The Labour Party in Perspective Attles dikemukakan bahwa… dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat. Inggris pada abad 19 masih merupakan bangsa yang terdiri para pembaca kitab suci. Didalamnya ia akan menemukan bacaan yang mendorongnya untuk tampil sebagai pengkotbah doktrin keagamaan di negera ini dan adanya berbagai ajaran yang dianutnya membuktikan hal ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gerakan sosialis Kristen yang dipimpin oleh dua orang biarawan yaitu frederich Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertengahan abad 19 dan menjadi sumber penting untuk perkembangan organisasi kelas buruh dan sosialis kemudian. Prinsip yang menjadi pedoman bagi kaum sosialis Kristen adalah konsep yang mendasarkan bahwa sosialisme harus dikrestenkan dan kristianitas harus disosialisasikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1942, Uskup Agung Centerbury, William Temple dalam bukunya Christianity and Sosial Order mengemukakan pemikiran yang sangat dekat dengan sosialisme. Temple beranggapan bahwa setiap setiap system ekonomi untuk sementara atau selamanya memerlukan memberikan pengaruh edukatif yang sangat besar dan karena itu gereja ikut mempersoalkannya. Apakah pengaruh itu mengarah pada perkembangan sifat kekristenan dan jika jawabannya sebagian atau seluruhnya negatif, gereja harus berusaha sedapat mungkin menjamin perubahan dalam system ekonomi tersebut sehingga gereja tidak menemukan musuh akan tetapi sekutu dalam Kristen itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Adanya perhatian agama Kristen yang bersifat praktis ini sangat kuat terasa selama pengaruh terakhir abad 19. Kesungguhan moral dan kejujuran merupakan ciri masa ini. Agama mengakui kesopanan dan kepercayaan merupakan syarat penting untuk memperoleh keselamatan. Akan tetapi tetap menekankan pentingnya perbuatan dan penyelamatan dengan kerja. Banyak pemimpin sosialis dari generasi yang lebih tua seperti Attlee dan Sir Staffors Cripps dididik dalam suasana dimana agama mempunyai pengaruh yang kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>2. Idealisme Etis dan Estetis</i><br />Idealisme etis dan estetis juga menjadi sumber bagi sosialisme Inggris, meskipun pengaruhnya tidak dapat diukur dalam wujud jumlah suara dan kartu keanggotaan. Idialisme yang diungkapkan oleh beberapa penulis seperti John Ruskin dan William Morris bukanlah suatu program politik atau ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan kehidupan yang kotor, membosankan dan miskin di bawah kapitalisme industri. Berkembangnya kapitalisme di Inggris mungkin menciptakan lebih banyak keburukan disbanding dengan tempat lain, karena para industriawan Inggris tidak dapat membayangkan nantinya kapitalisme akan merubah udara dan air yang jernih dan keindahan wilayah pedalaman Inggris. Mereka juga tidak memperhitungkan sebelumnya pengrusakan pemandangan kota dan desa tua oleh adanya pemukiman dan pusat pabrik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Marx melakukan pendekatan terhadap kapitalisme industri dalam kerangka hukum kosmis seperti perkembangan sejarah dunia menurut hukum-hukum sosial yang tidak dapat dielakkan, filsafat materialisme, maka Morris lebih bertumpu pada kenyataan. Di sekitarnya ia melihat barang dan perlengkapan rumah tangga yang jelek serta kehidupan manusia yang menampakkan keceriaan dan keindahan dalam kehidupannya. Pusat perhatian Morris adalah manusia bukan system. Ia merasakan bahwa seni harus dikembalikan dalam kehidupan sehari-hari dan dorongan yang kreatif pada setiap orang harus diberi jalan penyalurannya dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengaruh Ruskin dan Morris lebih banyak mengandung segi negatif dibanding positifnya. Mereka menunjukkan apa yang secara fisik dan moral salah menyangkut peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemelaratan, tetapi tidak merumuskan program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikritiknya. Meskipun demikian pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu lingkungan intelektual dimana nantinya sosialisme mendapatkan tanggapan yang simpatik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>3. Empirisme Febian.</i><br />Empirisme Febian mungkin merupakan ciri khas gerakan Inggris. Masyarakat Febian didirikan pada tahun 1884, mengambil nama seorang jenderal Romawi yaitu Quintus Febians Maximus Constator, Si “pengulur waktu”atau “Penunda”. Motto awal dari masyarakat tersebut ialah “engkau harus menunggu saat yang tepat, kalau saat yang tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dasyat, sebab jika tidak, penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil“.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pendiri dan anggota pertama masyarakat Febian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb,H.G.Wells dan Grahan Wallas. Dalam penelitian sejarah tentang landasan yang dilakukan oleh Sidney Webb, seperti dalam buku Febian Esseye (1889), dapat ditemukan apa yang menjadi filsafat dasar sosialisme. Webb menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat dielakkan dari terlaksananya demokrasi secara penuh, tetapi ia menandaskan “ kepastian yang datang secara bertahap” sangat berbeda dengan kepastian revolusi seperti yang dicanangkan oleh Marx.</div>
<div style="text-align: justify;">
Webb menekankan bahwa organisasi sosial hanya dapat terbentuk secara perlahan dan perubahan-perubahan organisasi . Perubahan tersebut akan terjadi dengan adanya empat kondisi: pertama perubahan itu harus bersifat demokratis , kedua perubahan itu harus secara bertahap, ketiga perubahan itu harus sesuai dengan moral masyarakat, keempat perubahan tersebut harus melalui prosedur dan menggunakan cara damai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kelompok Fabian memusatkan perhatiannya untuk meyakinkan sekelompok kecil orang yang memenuhi dua kualifikasi : pertama orang-orang tersebut secara permanent mempunyai pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga kalau proses perembesan yang dibutuhkan waktu lama itu berhasil, maka dapat dipetik manfaatnya, kedua mereka harus bersikap dan bertindak wajar sehinga kelompok Fabian tidak dianggap sebagai kaum ekstrimis. Orang-orang dengan kualifikasi seperti itu dapat dijumpai dalam semua partai politik. Untuk itu kelompok Fabian tidak hanya menggarap kaum konservatif saja, tetapi juga kaum liberal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Fabianisme sering digambarkan sebagai pembaharuan tanpa kebencian, pembangunan kembali masyarakat perang kelas, emperialisme politik tanpa dogma atau fanatisme. Meskipun organisasinya kecil, namun masyarakat Febian membawa pengaruh yang besar. Dalam pemilihan tahun 1945 menampilkan untuk pertama kalinya pemerintahan Partai Buruh didasarkan pada mayoritas dalam parlemen 229 dari 394 anggota parlemen dari Partai Buruh berasal dari kelompok Febian dan lebih dari separuh pejabat pemerintah, termasuk Attlee (Perdana Menteri 1945-1951) juga orang-orang Febian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>4. Liberalisme</i><br />liberalisme telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme, terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya di banyak Negara. Di Inggris sebenarnya Partai Liberal sudah lenyap dan Partai Buruh yang menjadi pewarisnya. Dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang liberal yang menggabungkan diri dengan Partai Buruh. Apa alasannya ?. Pertama, lenyapnya Partai Liberal Inggris bukanlah disebabkan kegagalannya ,tetapi hasil yang telah dicapai membuat kehadiran partai ini tidak diperlukan lagi. Saat ini baik Partai Konservatif maupun Partai Buruh mempunyai komitmen yang kuat terhadap prinsip liberal yang menghormati kebebasan individu untuk beribadah, berpikir, berbicara dan berkumpul. Kedua perdagangan bebas yang merupakan cita-cita yang penting dari liberalisme Inggris abad 19 tidak muncul lagi sebagai kepentingan politik yang menggebu-gebu. Baik golongan konservatif maupun golongan Buruh mempunyai komitmen pada bentuk proteksi tarif tertentu. Orang-orang liberal sendiri juga sudah menyadari perdagangan bebas tidak penting lagi seperti dulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena masalah-masalah yang khusus sudah tidak ada lagi, banyak orang liberal yang bergabung dengan Partai Buruh atau memberikan suaranya untuk Partai Buruh atau menganggap dirinya sebagai orang sosialis murni.Liberalisme biasanya menjadi aliran kiri kaum konservatif. Di Negara yang mempunyai system dua partai seperti Inggris, kalau orang akan bergeser dari konservatif. Maka Partai Buruh merupakan tumpuan untuk memperjuangkan kepentingan politiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Liberalisme telah memberikan sumbangan yang cukup besar hal-hal yang berguna bagi sosialisme Inggris. Karena pengaruh Liberalisme para pemimpin sosialis lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin serta lebih menghargai kebebasan individu. Liberalisme telah merubah Partai Buruh menjadi sebuah partai nasional, bukan lagi partai yang didasarkan pada kelas. Liberalisme juga telah mewariskan kepada Partai Buruh peran kaum liberal bahwa pembaharuan dapat dilakukan dengan tidak usah menimbulkan kepahitan dan kebencian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>SOSIALISME DI BERBAGAI NEGARA</b><br />Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-268).</div>
<div style="text-align: justify;">
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan era menggejolaknya aktivitas sosialis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah PD II terjadi perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun 1960 banyak diantara partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan ikatan-ikatan idiology Marx. Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik privat dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik kolektif secara total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern welfare state) kini dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat gradual.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Milton H Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya hak milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh Negara (public ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan demi kepentingan masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan ( Winardi, 1986: 204).</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai srtandart hidup, kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara untuk mencapai pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menghadapi masalah modernisasi ekonomi Negara-negara berkembang pada umumnya tidak mau meniru proses pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan komunisme. Mereka menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing Negara. Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks negara terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama di dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial . Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering berarti persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum. Arti Ketiga sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada perancangan ( Willan Ebenstein,1994: 248-249).</div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat tersebut di atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan Negara yang lebih makmur karena perbedaan situasi histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sebaliknya, sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masa rakyat , maka sosialisme di negara Barat pada umumnya berkembang dengan sangat baik dalam kerangka pemerintahan yang mantap (seperti di Inggris dan Skandinavia) , sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat. Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam usahanya mensintesakan pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka mereka menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan pemilikan industri oleh Negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan kondisi di negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde BAru “sosialisme” itu tidak terdengar lagi .</div>
<div style="text-align: justify;">
Adanya perbedaan pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada kita bahwa suatu ideology politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar lain . Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional seperti yang terumuskan dalam UUD 1945.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red;"><b>KESIMPULAN</b></span><br />Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . <i>Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia , sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup : (a) agama ; (b) idealisme e tis dan estetis ; (c) empiris Fabian ; dan (d) liberalisme .</div>
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi sejarahnya . Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat internasional</div>
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat .</div>
<div style="text-align: justify;">
Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat .</div>
<b>DAFTAR PUSTAKA</b><br />
<ol>
<li>Alfian . (1976) Ideologi , Idealisme dan Integrasi Nasional , dalam Yahya Muhaimin , Masalah- masalah Pembangunan Politik . Yogyakarta : Gajah Mada University Press .</li>
<li>Anthony Crosland . ( 1978) . “ Sosialisme Sekarang “ , dalam Andrew Blowers dan Grahane Thomson , Ketidakmerataan , Konflik dan Perubahan .Jakarta , Universitas Indonesia Press.</li>
<li>Fans Magnis . (1975) . Etika Sosial . Jakarta :</li>
<li>Lyman Tower Sargent . ( 1984) . Ideologi –Ideologi Politik Kontemporer . Alih Bahasa AR Henry Sitanggang. Jakarta : Erlangga.</li>
<li>Miriam Budiardjo . ( 1981) . Dasar-Dasar Ilmu Politik . Bandung Alumni .</li>
<li>Soemardjo . ( t.t) Sejarah Sosialisme di Eropa Dari Abad ke-19 Sampai 1914 . Jakarta :Harapan Masa .</li>
<li>Sutarjo Adisusilo . (1991) . Kapita Selekta Sejarah Eropa Abad XVIII-XIX . Yogyakarta : IKIP Sanata Dharma .</li>
<li>Walter Ode J . ( 1990) . “ Sosialism” dalam The Encyclopedia Americana . Volume 25 . Connecticut : Glolier Incorporated .</li>
<li>William Ebenstein . (1994) . Isme-Isme Dewasa Ini . Jakarta : Erlangga .</li>
<li>Winardi . (1986) . Kapitalisme Versus Sosialisme . Bandung : Remaja Karya .</li>
<li>Wiryono Prodjodikoro . ( 1981) . Asas-Asas Ilmu Negara dan Politik . Bandung : Eresco .</li>
</ol>
<i>Sumber : perpustakaan.uns.ac.id/jurnal</i>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-39441183533393924732011-02-14T14:53:00.000+07:002011-02-14T14:54:27.632+07:00Ignas Kleden : “SUTAN SJAHRIR: ETOS POLITIK DAN JIWA KLASIK”<p style="text-align: left;"><a href="http://www.ziddu.com/download/13167785/SUTANSJAHRIRETOSPOLITIKDANJIWAKLASIK.docx.html" target="_blank"><strong>DOWNLOAD TULISAN INI</strong></a></p><p style="text-align: center;"><strong>SUTAN SJAHRIR: ETOS POLITIK DAN JIWA KLASIK</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>Oleh : Ignas Kleden</strong></p> <p>Dalam dua pucuk suratnya yang ditulis dari penjara Cipinang dan dari tempat pembuangan di Boven Digoel, Sjahrir mengutip sepenggal sajak penyair Jerman, Friedrich Schiller. Dalam teks aslinya kutipan itu berbunyi: und setzt ihr nicht das Lebenein, nie wird euch das Leben gewonnen sein— yang maknanya: hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan. Menurut pengakuannya, kalimat-kalimat yang indah itu dikutipnya dari luar kepala, jadi kita dapat menduga petikan tersebut sangat disukainya dan besar artinya buat hidupnya. Membaca tulisan-tulisan Sutan Sjahrir muncul kesan yang sangat kuat dalam diri saya bahwa bagi dia politik bukanlah perkara yang sangat digandrunginya, tetapi lebih merupakan perkara yang tak terelakkan dalam hidupnya. Demikian pula politik untuk dia tidak terutama berarti merebut kekuasaan dan memanfaatkan kekuasaan itu, bukan machtsvorming & machtsaanwending menurut formula Bung Karno.2 Politik juga bukan persoalan mempertaruhkan modal untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar, sebagaimana diyakini oleh pelaksana money politics dewasa ini di tanah air kita. Bahkan politik juga tidak sekedar mempertaruhkan kemungkinan untuk merebut kemungkinan yang lebih besar, sebagaimana yang kita pelajari dari Otto von Bismarck dari Prusia.</p> <p>Bagi Sjahrir politik rupanya bukanlah semata-mata perkara yang pragmatis sifatnya, yang hanya menyangkut suatu tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut, yang dapat ditangani dengan memakai rasionalitas instrumental atau Zweckrationalitaet yang diajarkan Max Weber. Bagi Sjahrir politik lebih dari pragmatisme simplistis, tetapi mengandung sifat eksistensial dalam wujudnya, karena melibatkan juga rasionalitas nilainilai atau Wertrationalitaet dalam pengertian Max Weber. Karena itulah politik lebih dari sekedar matematika tentang hubungan mekanis di antara tujuan dan cara mencapainya. Politik lebih mirip suatu etika yang menuntut agar suatu tujuan yang dipilih harus dapat dibenarkan oleh akal sehat yang dapat diuji, dan cara yang ditetapkan untuk mencapainya haruslah dapat dites dengan kriteria moral. Kalau politik dalam pengertian Sjahrir bukan semua yang disebut di atas, apa gerangan politik menurut pandangan dia? Menurut tafsiran saya, kutipan dari Friedrich Schiller tersebut adalah sebagian jawabannya. Kalau penggal sajak Schiller itu boleh kita parafrasekan, maka politik bagi Sjahrir adalah das Leben einsetzen und dadurch das Leben gewinnen — politik adalah mempertaruhkan hidup dan dengan itu memenangkan hidup itu sendiri.</p> <p>Konsepsi politik seperti itu kedengarannya terlalu halus kalau diperhadapkan dengan Realpolitik baik pada tingkat nasional mau pun pada tingkat internasional. Akan tetapi di balik kehalusan tersebut tegak sebuah keberanian yang kokoh karena tanpa komplikasi, suatu kesahajaan yang menakutkan karena tanpa pretensi. Khusus untuk para politisi muda konsepsi seperti itu membantu mengingatkan bahwa dalam politik ada suatu keindahan dan bukan hanya kekotoran, ada nilai luhur dan bukan hanya tipu muslihat, ada cita-cita besar yang dipertaruhkan dalam berbagai langkah kecil, dan bukan hanya kepentingan-kepentingan kecil yang diucapkan dalam kata-kata besar. Hal-hal inilah yang menyebabkan politik dapat dilaksanakan dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab. Wajar belaka bahwa gagasan seperti itu tidak selalu mudah dipahami oleh banyak orang, karena mengandaikan pengertian tentang beberapa asumsi yang filosofis sifatnya.</p> <p>Mempertaruhkan hidup adalah suatu sikap dan perbuatan yang bisa juga dilakukan oleh orang-orang yang serba nekad. Tetapi Sjahrir memperingatkan bahwa dalam politik hidup dipertaruhkan untuk dimenangkan, bukan untuk disia-siakan atau dihilangkan dengan cara yang gampangan. Pada titik inilah dapat kita pahami kecemasannya tentang orang-orang muda di Indonesia pada masa selepas Perang Dunia II dan pada awal kemerdekaan, yang penuh tenaga dan determinasi tetapi ketiadaan pegangan tentang bagaimana hidup mereka harus dimenangkan. Setelah Jepang menyerah kalah Sjahrir mencatat dengan prihatin bahwa para pemuda terjebak di antara sikap nekad di satu pihak dan keragu-raguan di pihak lainnya. Semboyan “Merdeka atau Mati” ternyata dapat menjadi perangkap kejiwaan. Karena, selagi menyaksikan kemerdekaan belum sepenuhnya terwujud sedangkan kesempatan untuk mati belum juga tiba, maka para pemuda itu terombang-ambing dalam kebimbangan yang tak menentu. Ini semua terjadi karena, menurut Sjahrir, selama Jepang berkuasa di Indonesia, para pemuda kita hanya dilatih untuk berbaris dan berkelahi, tetapi tak pernah dilatih untuk memimpin.</p> <p>Mengatakan bahwa Sjahrir melihat politik sebagai sikap mempertaruhkan hidup untuk memenangkan hidup, dapat memberi kesan bahwa dia mirip seorang politikus romantis yang tidak memahami bekerjanya mesin kekuasaan atau mechanics of power dalam politik praktis. Anggapan ini tidak sesuai dengan kenyataan hidup Sjahrir, baik kalau kita melihat sepak terjangnya dalam dunia politik, mau pun kalau kita membaca tulisan-tulisannya, atau tulisan para pengamat atau kesaksian para sahabatnya. Di dasar hatinya Sjahrir mendambakan kebebasan untuk setiap orang, yaitu individu-individu yang dapat menggunakan akal-pikirannya untuk bertanggungjawab terhadap cita-cita dan tindak-perbuatannya masing-masing. Impian itu mempunyai beberapa konsekuensi yang amat nyata. Pertama, dalam negeri Sjahrir sangat cemas akan hidupnya kembali feodalisme lama dalam politik Indonesia, yang dapat mengakibatkan bahwa kemerdekaan nasional justru memberi kesempatan kepada para pemimpin politik untuk menjadi raja-raja versi baru yang tetap membelenggu rakyatnya dalam ketergantungan dan keterbelakangan.</p> <p>Karena itu selain revolusi nasional dibutuhkan juga suatu revolusi sosial yang dinamakannya revolusi kerakyatan. Revolusi nasional harus didahulukan, karena hanya dalam alam kemerdekaan perjuangan menentang feodalisme dan perjuangan untuk membebaskan diri cengkeraman kapitalisme dapat dilaksanakan. Kolonialisme Belanda, menurut Sjahrir, telah mengawinkan rasio modern dari Barat dengan feodalisme local dengan sangat cerdik, dan hasilnya adalah semacam fasisme terselubung, yang menyiapkan lahan subur untuk fasisme Jepang. Seterusnya, partai politik sebaiknya berbentuk partai kader dan bukan partai massa, karena dengan partai kader para anggota partai yang mempunyai pengetahuan dan keyakinan politik dapat ikut memikul tanggungjawab politik, sedangkan dalam partai massa keputusan politik diserahkan seluruhnya ke tangan pemimpin politik, dan massa rakyat tetap tergantung dan tinggal dimobilisasimenurut kehendak sang pemimpin. Demikian pun dalampolitik nasional, dia bersama Bung Hatta mendorong berkembangnya sistem multi-partai agar supaya kehidupan politik terhindar dari konsentrasi kekuasaan yang terlalu besar pada diri satu orang atau satu golongan.</p> <p>Kedua, secara internasional dia juga cemas melihat menguatnya fasisme yang ketika itu melebarkan sayapnya dari Spanyol, Italia, Jerman hingga ke Jepang. Dalam pandangannya feodalisme lokal mudah sekali digabungkan dengan setiap kecenderungan totaliter, karena massa rakyat yang tidak mempunyai pengertian dan keyakinan politik akan mudah saja dimobilisasi oleh seorang pemimpin politik melalui slogan, demagogi dan sedikit pengetahuan tentang psikologi massa. Baik totalitarianisme mau pun feodalisme mempunyai kesamaan watak dalam membunuh kebebasan perorangan yang pada akhirnya membuat manusia tidak lebih dari budak kekuasaan.</p> <p>Kecemasannya terhadap totalitarianisme kanan yaitu fasisme tidak lebih besar atau lebih kecil dari sikap awasnya terhadap totalitarianisme kiri yaitu komunisme. Entah dari kanan atau dari kiri totalitarianisme selalu menindas kebebasan perorangan yang dianggap sepele dan tak berarti dalam berhadapan dengan suatu totalitas besar entah itu bernama negara atau diktatur protelariat. Dalam politik internasional keyakinan ini direalisasikannya dengan menolak berpihak pada dua totalitas besar pada waktu itu yaitu blok politik dan blok keamanan yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Inggris berhadapan dengan blok kiri yang dipimpin oleh Uni Soviet.</p> <p>Pembentukan Inter-Asian Relations Conference di New Dehli pada bulan April 1947, mendapat dukungan penuh dari Sjahrir dalam kedudukannya sebagai Perdana Menteri Indonesia ketika itu. Seperti kita tahu konferensi itu menjadi embryo suatu politik luar-negeri yang bebas dan aktif, yaitu politik yang turut bertanggungjawab terhadap perkembangan kejadian-kejadian di dunia tanpa membangun afiliasi dengan salah satu dari blok-blok yang sedang bersaing. Dengan semangat seperti itu tidaklah mengherankan kalau Sjahrir berpendapat bahwa revolusi nasional harus segera disusul oleh suatu revolusi sosial yang dapat membebaskan rakyat dari kungkungan feodalisme lama dan dari jebakan-jebakan ke arah fasisme yang muncul bersama kapitalisme yang tak terkendali.</p> <p>Seterusnya, kemerdekaan nasional bukanlah tujuan akhir dari perjuangan politik, tetapi menjadi jalan bagi rakyat untuk merealisasikan diri dan bakat-bakatnya dalam kebebasan tanpa halangan dan hambatan. Karena itulah, nasionalisme harus tunduk kepada kepentingan demokrasi, dan bukan sebaliknya, karena tanpa demokrasi maka nasionalisme dapat bersekutu kembali dengan feodalisme lama yang hanya memerlukan beberapa langkah berikut untuk tiba pada fasisme. Dalam penilaian Sjahrir, inilah yang terjadi pada politik dan kepemimpinan Franco di Spanyol, Mussolini di Italia, Hitler di Jerman dan Chiang Kai Sek di Tiongkok.</p> <p>Kalau dalam negeri nasionalisme harus tunduk pada tuntutan demokrasi, maka dalam hubungan internasional nasionalisme harus tunduk pada tuntutan humanisme, karena kalau tidak maka nasionalisme itu dapat menjadi sumber ketegangan dan perseteruan di antara bangsa yang satu dan bangsa lainnya. Fasisme dalam negeri hanyalah wajah lain dari chauvinisme dalam pergaulan antar-bangsa. Pada titik ini kelihatan bahwa bagi Sjahrir politik adalah usaha dan upaya untuk mewujudkan nilainilai martabat dan kesejahteraan manusia. Akan tetapi nilai-nilai tersebut tak mungkin terwujud hanya dengan cara menghilangkan feodalisme dan menolak setiap politik yang totaliter. Tarohlah, tindakantindakan tersebut merupakan persiapan dan langkah-langkah secara negatif, maka kita dapat bertanya apa gerangan yang diusulkan Sjahrir sebagai langkah yang positif.</p> <p>Jawaban Sjahrir adalah edukasi, yaitu pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya yang mungkin dikandung dalam pengertian itu. Penekanannya pada edukasi inilah yang membuat Sjahrir demikian terlibat dan bahkan terpesona oleh beberapa urusan yang tidak begitu langsung berkaitan dengan urusan politik. Di tempat pembuangannya di Banda Neira teman-temannya yang paling akrab adalah anak-anak kecil yang hampir setiap hari bermain ke rumahnya, yang bajubaju mereka dia jahit sendiri dengan mesin jahit, yang diajaknya berenang dan bermain di pantai sambil menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.</p> <p>Mereka menjadi murid-murid pelajaran privat yang diberikannya, di mana mereka diajar membaca, menulis, berbahasa dengan benar, dan berani bertanya, dan dengan cara itu membuka pintu bagi mereka ke dunia ilmu pengetahuan. Kembali dari pembuangan Sjahrir aktif lagi dalam pergerakan dan memberi perhatian khusus kepada para pemuda yang demikian penuh semangat, yang siap berjuang sampai mati, tetapi tidak diajarkan kepandaian memimpin, dengan akibat bahwa mereka sangat pandai berbaris dan berkelahi tanpamengetahui dengan jelas untuk apa mereka harus berkelahi dan mengapa mereka harus mati dan bukannya harus hidup dan menikmati hidup mereka.</p> <p>Aneh tapi nyata bahwa di tengah kesibukan sebagai orang pergerakan Sjahrir tetap memberi perhatian besar kepada perkembangan dunia ilmu pengetahuan, menulis pandangan tentang manfaat nuklir, mengikuti apa yang terjadi dalam seni dan sastra, melakukan studi-studi ilmu sosial, dan memberikan komentar tentang pemikiran-pemikiran filsafat pada masanya. Gabungan minat dan kegiatan seperti ini hanya mungkin ada pada seorang pendidik, yaitu seseorang yang merasa bertugas melakukan transfer sejumlah pengetahuan kepada orang-orang yang dididiknya dan kemudian membantu transformasi pengetahuan tersebut menjadi seperangkat nilai agar nilai-nilai itu dapat diejawantahkan dalam sikap dan perbuatan. Dalam kaitan ini politik bagi Sjahrir pertama-tama berarti mendidik suatu bangsa dan rakyatnya untuk mandiri dan bebas.</p> <p>Kemandirian adalah lawan dari ketidak-matangan dan kebebasan adalah lawan dari ketergantungan. Karena itulah dia selalu menekankan pentingnya dimensi-dalam atau aspek interioritas dari kebudayaan, politik dan ilmu pengetahuan. Dalam pandangannya banyak kaum terpelajar Indonesia pada waktu itu baru menjadi pemegang titel dan belum menjadi kaum intelektual. Mereka masih memperlakukan ilmu pengetahuan sebagai perkara yang bersifat lahiriah belaka dan sebagai barang mati dan “bukan suatu hakekat yang hidup ….. yang senantiasa harus dipupuk dan dipelihara”. Demikian pun tentang kebudayaan dan politik Sjahrir menulis: Inilah inti persoalan: kita pada akhirnya adalah anak-anak zaman kita, dan kita mempunyai hati nurani. Sebutlah itu rasa respek terhadap diri sendiri, sebutlah itu kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan, sebutlah itu dengan nama apa saja — hati nurani itu berarti menguji diri sendiri pada pegangan batin kita, pada nilai-nilai, prinsip-prinsip, prasangka-prasangka, perasaanperasaan dan naluri-naluri.</p> <p>Pada titik itu kita tahu Sjahrir lebih dari seorang Realpolitiker. Karena dalam politik tidak berlaku apa yang oleh Kant dinamakan imperatif kategoris, tetapi yang lebih dominan adalah imperatif hipotetis, yakni suatu perintah bersyarat, dan di sini syaratnya adalah akibat atau hasil yang bakal diberikan oleh pelaksanaan perintah tersebut. Pokok pertimbangan adalah apakah dengan melakukan suatu perintah seseorang akan memperoleh akibat yang dibayangkannya. Kalau seorang politikus Indonesia memperjuangkan nasib para petani dan nelayan dengan perhitungan bahwa dia akan memperoleh dukungan suara yang cukup dalam Pemilu, maka politikus ini bertindak berdasarkan imperatif hipotetis. Tindakannya ini mungkin baik dan perlu tetapi tak bisa dijadikan prinsip umum bagi tindakan orang-orang lain yang kebetulan tidak mempunyai minat untuk posisi politik.</p> <p>Namun kadangkala kita bertemu juga dengan orang-orang yang berjuang matimatian untuk kelompok petani dan nelayan, meski pun tidak ada target politik padanya, semata-mata karena merasa bahwa kelompok ini layak dibela karena mereka juga mempunyai martabat dan hak-hak seperti orang-orang dari kelompok lain yang lebih beruntung. Di sini kita berjumpa dengan orang-orang yang bertindak berdasarkan imperatif kategoris, karena prinsip tindakan mereka dapat digeneralisasikan menjadi prinsip tindakan semua orang lain, dan bahkan dapat dijadikan prinsip dalam pembuatan undang-undang.10 Tidaklah mengherankan bahwa dalam suratnya dari penjara Cipinang tertanggal 22 Juli 1934 Sjahrir menulis:”Hal meletakkan suatu dasar moral bagi politik dan kebudayaan lalu bisa dianggap sebagai politik dalam pengertian yang lebih luas”. Tak perlu diuraikan panjang-lebar bahwa dalam usaha melakukan pendidikan yang menghasilkan manusia yang bebas dan mandiri, Sjahrir melihat peranan besar yang dapat disumbangkan oleh ilmu pengetahuan. Dengan cukup intensif dia memanfaatkan waktunya dalam tahanan, dalam pelayaran ke tempat pembuangan, dan dalam keterasingan di Digul dan Banda Neira untuk mengikuti perkembangan politik Indonesia dan politik dunia melalui koran-koran yang sampai ke tangannya, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan melalui buku-buku yang kebetulan ada padanya.</p> <p>Catatan-catatan dalam pelayaran ke Digul menunjukkan perhatian dan pengamatannya yang cermat tentang keadaan dan cara hidup orang-orang di pulau-pulau sebelah Timur, dan sangat mirip catatan etnografis seorang antropolog profesional, meski pun masih penuh dengan prasangka-prasangka Eurosentris. Demikian pula catatannya tentang sesama orang buangan di Digul menunjukkan simpati besar kepada manusia yang menderita tekanan lahir batin dan kehilangan harapan, yang kesulitan-kesulitan kejiwaan mereka dicoba dipahaminya berdasarkan pengetahuannya tentang psikologi atau psikoanalisa. Sedangkan tentang penduduk asli di Digul dia dengan hati-hati menulis: Barangkali aku akan menulis sketsa-sketsa atau studi-studi mengenai etnologi, meski pun di lain pihak aku tidak pula suka menulis secara diletantis, secara awam. Dan tulisan-tulisanku itu sudah pasti tak bisa lain daripada bersifat diletantis saja, karena buku-buku penuntun yang perlu untuk itu tidak tersedia, dan aku tidak bisa mempergunakan buku-bukuku sendiri yang masih ketinggalan di Jawa, dan yang belum juga bisa dikirimkan kemari, meski pun aku sudah berusaha untuk itu. Kawankawan yang harus menguruskannya tidak mempunyai uang untuk mengirimkannya.</p> <p>Di Banda Neira dia selalu ingin bekerja sepuluh jam sehari, meski pun niat ini tidak selalu kesampaian.13 Seperti juga Soekarno di Ende-Flores membuat studi yang intensif tentang Islam dan modernisasi14, dan Hatta di Digul mengajar dan menulis tentang filsafat Yunani Antik15, maka Sjahrir pun merencanakan bacaannya secara teratur berdasarkan buku-buku yang ada. Untuk memperdalam pengetahuannya tentang ilmu ekonomi dia membaca John Stuart Mill, menulis tinjauan budaya yang panjang dan mendalam tentang buku Huizinga, membaca Ortega Y Gasset dan Benetto Croce untuk memperdalam pengetahuannya tentang filsafat kebudayaan, menulis kritik tentang positivisme dalam ilmu-ilmu sosial, membaca dengan simpati besar biografi Friedrich Engels dan Gustav Meyer, membandingkan psikologi Kant dan Goethe, menganalisa penulisan cerpen Amerika, Belanda dan Indonesia sambil memberi komentar kritis tentang majalah Poedjangga Baru 16 dan bahkan menyempatkan diri berpolemik dengan penyair J.E. Tatengteng.</p> <p>Dengan minat yang sedemikian luasnya Sjahrir tidak terombang-ambing dalam berbagai aliran pemikiran, karena dia tetap berpegang pada satu fokus utama untuk menguji berbagai pandangan dan pendapat yang dihadapinya. Ada pun titik fokal yang menjadi pegangan Sjahrir adalah pertanyaan: Apakah suatu pandangan dunia, pendapat politik, paham filsafat, ajaran agama dan bahkan teori ilmu pengetahuan membantu manusia untuk mandiri dan bebas atau malah membuatnya terperangkap kembali dalam jebakan-jebakan yang dibuatnya sendiri?</p> <p>Cita-cita tentang kebebasan dan kemandirian manusia inilah yang rupanya telah mendorong Sjahrir memilih sosialisme sebagai paham politiknya, yang kemudian pada tahun 1948 dijadikan dasar bagi partai politik yang didirikannya yaitu Partai Sosialis Indonesia (PSI). Ahli ilmu politik dan Indonesianis terkemuka, Herbert Feith, menulis bahwa PSI merupakan jelmaan politik sosial-demokrasi di Indonesia. Akan tetapi menurut pendapatnya, partai ini lebih tepat dinamakan liberal-sosialis daripada sosialdemokratis, seandainya saja istilah “liberal” dalam pemakaian bahasa politik di Indonesia tidak telanjur diasosiasikan dengan kapitalisme yang tak terkendali. Usulnya ini didasarkannya pada dua alasan. Pada satu pihak, istilah “demokrasi” tak begitu cocok karena partai ini hanya mempunyai sedikit pengikut di kalangan massa rakyat biasa.</p> <p>Keanggotaannya lebih terbatas pada kalangan kelas menengah perkotaan yang berpendidikan tinggi, sementara pengaruh politiknya tidak diperoleh melalui cara-cara populer seperti rally politik atau mobilisasi. Pada pihak lainnya, partai ini memperlihatkan suatu kekhasan yang membedakannya dari parta politik lainnya, dalam perhatian besar yang diberikan kepada kebebasan individual, keterbukaan yang leluasa terhadap paham-paham intelektual di dunia, serta penolakan tegas terhadap berbagai bentuk obskurantisme, chauvinisme dan kultus pribadi. Sebetulnya benih-benih organisasi PSI sudah ada semenjak 1932, saat Sjahrir dan Hatta kembali dari studi mereka di negeri Belanda. Keduanya sepakat mendirikan PNI Baru yang bertujuan mendidik kader-kader politik, sehingga para kader ini sanggup meneruskan perjuangan kaum nasionalis, seandainya para pemimpinnya ditangkap atau dibuang. PNI Baru, seperti kita tahu, tidak mempunyai banyak waktu untuk berkiprah mewujudkan cita-cita tersebut, karena hanya dua tahun kemudian pada 1934 kedua pemimpin itu ditangkap oleh pemerintah Belanda, dibuang ke Digul dan selanjutnya ke Banda Neira dan baru dibebaskan pada 31 Januari 1942.</p> <p>Pertanyaan yang menarik dan penting adalah: mengapa Sjahrir memilih sosialisme? Dilihat menurut konteks sejarahnya maka sosialisme merupakan gagasan politik kiri pada masa itu yang menjadi representasi pemikiran progresif di kalangan kaum terpelajar Indonesia dalam menghadapi kolonialisme yang dianggap sebagai perkembangan lanjut dari kapitalisme. Dengan sendirinya, orang-orang yang menolak kolonialisme akan cenderung juga menolak kapitalisme sebagai induknya. Teori imperalisme Lenin telah menarik perhatian hampir semua kalangan intelligentsia Indonesia pada tahun 1920-an dan 1930-an mulai dari Soekarno, Hatta, Tan Malaka dan Sjahrir. Dalam semangat zaman ketika itu kapitalisme dan kolonialisme dianggap kekuatan sejarah yang cenderung kepada eksploitasi manusia atas manusia dan akan menghasilkan kemakmuran dan kejayaan untuk para pemilik modal dan penderitaan untuk bagian terbesar orang-orang yang hanya mempunyai tenaga kerja.</p> <p>Sebagai seorang inteligentsia terkemuka pada masanya Sjahrir terlibat dalam pemikiran yang sama. Pada Sjahrir khususnya sosialisme dibutuhkan untuk melaksanakan revolusi sosial di Indonesia untuk mengakhiri feodalisme dan mengikis benih-benih fasisme, setelah tercapai kemerdekaan nasional. Revolusi sosial ini perlu dilakukan agar feodalisme lama tidak hidup lagi setelah berakhirnya kekuasaan kolonial, tatkala para pemimpin politik bisa tergoda untuk mempergunakan ketaatan hierarkis feodal untuk tetap membelenggu rakyatnya dalam kebodohan dan ketergantungan.Maka sosial-demokrasi pada Sjahrir pada tempat pertama berarti sosialisme kerakyatan yang tujuannya adalah “membebaskan dan memperjuangkan kemerdekaan dan kedewasaan manusia, yaitu bebas dari penindasan serta penghinaan oleh manusia terhadap manusia”.</p> <p>Tujuan seperti itu boleh dikata merupakan tujuan umum semua kelompok politik kiri. Maka Sjahrir berusaha membedakan dirinya dan partainya dari beberapa golongan lain yang juga mengklaim melaksanakan politik kiri. Terhadap golongan komunis Sjahrir menolak penggunaan kekerasan dan menolak pula pengertian diktatur proletariat sebagaimana dikonsepsikan oleh Lenin dan dipraktekkan oleh Stalin. Yaitu bahwa diktatur proletariat berarti diktatur yang dijalankan oleh partai tunggal yaitu partai komunis yang berhak memaksakan seluruh ketaatan rakyat. Paham dan praktek ini ditolak secara kategoris oleh Sjahrir, yang yakin sepenuhnya bahwa tujuan politik adalah membebaskan rakyat dari cengkeraman segala jenis totalitarianisme, agar memberi jalan kepada rakyat mencapai kemandirian dan kebebasan.21 Atas cara yang sama Sjahrir juga menolak Bolsyewisme, yang menurut pendapatnya membenarkan penggunaan kekerasan oleh beberapa orang dalam Politbiro partai komunis Uni Soviet, yang menindas semua lawan politiknya, sekali pun tidak semua lawan politik itu dapat dikelompokkan ke dalam golongan kapitalis. Karena itulah penggabungan konsep sosialisme dan konsep demokrasi merupakan suatu keharusan, sebab sosialisme menekankan perjuangan politik yang bersifat kerakyatan, sementara demokrasi menolak semua bentuk politik yang totaliter, serta menjamin terjamin kemandirian dan kebebasan setiap orang.</p> <p>Di lain pihak, Sjahrir juga melihat perbedaan antara sosial-demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropah dan sosialisme kerakyatan yang berkembang di negara-negara Asia, khususnya di Indonesia. Perbedaan itu terlihat dalam dua soal utama, yaitu dalam sikap terhadap kolonialisme dan dalam pandangan tentang industrialisasi. Dalam berhadapan dengan kekuatan kolonial kaum sosialis kerakyatan di Asia lebih bersedia bekerja sama dengan kaum komunis dalam melakukan akselerasi suasana revolusioner, tetapi menolak tegas penggunaan cara-cara kediktaturan. Seterusnya, dalam peralihan dari masyarakat feodal-agraris ke masyarakat industri modern, kaum sosialis kerakyatan di Asia lebih berani mendorong percepatan peralihan tersebut, sementara kaum sosial-demokrat di Eropah selalu was-was dengan peralihan yang terlalu cepat, karena khawatir bahwa kegagalan dalam peralihan tersebut akan mengundang metode paksaan dan kekerasan yang dijalankan oleh suatu diktatur yang dibenarkan oleh system komunis.</p> <p>Sikap kerakyatan Sjahrir dengan komitmen kuat kepada martabat pribadi setiap orang menyebabkan kedudukan Sjahrir agak terpencil di tengah gerakan-gerakan nasionalis lainnya. Dalam berhadapan dengan rakyat bangsanya sendiri, dia enggan melakukan aksi massa seperti yang dilakukan oleh Soekarno, dan tidak tertarik juga untuk menggerakkan rakyat lewat agitasi politik sebagaimana diusulkan oleh Tan Malaka. Lain dari itu, Tan Malaka memberi penekanan utama pada kebutuhan materil. Menurut Ben Anderson hanya Tan Malaka sendiri dari antara para politisi masa itu yang terang-terangan berani menolak gagasan politik Sjahrir dan membela mobilisasi massa. Lihat Benedict Anderson “Introduction” dalam Sutan Sjahrir, Our Struggle (translated with an introduction by Benedict Anderson), Ithaca, Cornell University, 1968, sedangkan Sjahrir menekankan kesejahteraan dan sekaligus martabat manusia orang perorang. Seterusnya, sekali pun perjuangan kaum buruh dalam pandangan Sjahrir tetap mempunyai watak internasional dari perjuangan kelas kaum buruh di seluruh dunia, namun dia dengan tegas melihat perjuangan sosialis kerakyatan sebagai perjuangan nasional untuk meningkatan kesejahteraan dan martabat manusia Indonesia, dan membedakan diri dari politik partai komunis yang memperlakukan perjuangan politik mereka di Indonesia sebagai bagian dari aksi massa yang harus merebut kekuasaan nasional sebagaimana diharuskan oleh strategi internasional di bawah kendali Moskow.</p> <p>Sebaliknya, terhadap kaum nasionalis yang mendewa-dewakan semangat kebangsaan Sjahrir melihat dengan cemas munculnya potensi chauvinisme yang berkerabat dekat dengan fasisme. Demikian pula rasionalisme dan modernisme yang ditawarkan oleh politiknya tampaknya terlalu sekular untuk kaum agama. Sikap kritisnya yang tegar dan komitmennya yang penuh kepada nilai-nilai martabat manusia, membuat jalan pikiran dan politiknya tidak selalu mudah dipahami. Penilaiannya tentang strategi koperasi dan non-koperasi yang dijalankan kaum nasionalis dalam berhadapan dengan pemerintah kolonial Belanda, mengikuti suatu logika tentang moralitas yang bahkan tidak selalu mudah untuk dipahami bahkan oleh orang-orang terpelajar pada masa itu. Dalam penilaian Sjahrir para tokoh nasionalis seperti Bung Hatta yang memilih jalan non-koperasi secara politik, sebetulnya melakukan suatu koperasi secara moral dengan pihak penjajah. Mereka yang menolak kerja sama politik dan bahkan melakukan oposisi politik pada dasarnya percaya bahwa pemerintah penjajah Belanda masih berpegang pada etika politik yang terwujud dalam hukum dan karena itu tidak akan memberangus hak-hak politik dari para pengeritik dan lawan politiknya.</p> <p>Ada asumsi dan kepercayaan bahwa baik pemerintah kolonial mau pun lawan politiknya sama-sama berpegang pada suatu moralitas politik yang sama. Sebaliknya, mereka yang memilih jalan koperasi yaitu bekerja sama dengan pemerintah kolonial pada hakeketnya melakukan suatu non-koperasi secara moral, karena mereka tidak percaya lagi bahwa pemerintah penjajah dalam menjalankan politiknya masih berpegang pada suatu moralitas. Mereka tidak yakin lagi bahwa hak-hak politik para pengeritik politik colonial masih dihormati menurut nilai-nilai suatu etika politik, dan karena itu menganggap bahwa setiap perlawanan dan oposisi langsung tidak akan ditolerir dan tidak juga dilindungi oleh hukum.</p> <p>Cara bernalar seperti itu jelas menunjukkan bahwa Sjahrir seorang yang terlatih berpikir dialektis. Kontradiksi yang dijumpai dalam hidupnya tidak diterima sebagai jalan buntu tetapi sebagai antitesa yang lahir dari sejarah hidupnya yang akan menggerakkan proses menuju suatu sintesa yang dapat memberi harapan baru. Ketika menerima surat keputusan dari pemerintah kolonial Belanda tentang pembuangannya ke Boven Digoel, maka jelas ada kesedihan mendalam yang dirasakannya bahwa dia akan terpisah selama bertahun-tahun dari keluarga dan kaum kerabat yang dicintainya. Akan tetapi surat keputusan dengan alasan yang tak pernah jelas itu telah diterimanya sebagai berkah yang mengatasi kebimbangan hati antara mengabdikan diri kepada keluarga atau membaktikan hidup untuk rakyat dan bangsanya. Tanpa nada pathetis yang berlebihan dia menulis dalam suratnya dari penjara Cipinang tertanggal 9 Desember 1934: Berakhirlah sekarang keragu-raguan dan rasa susah yang kualami selama dua tahun terakhir ini, dan sekarang aku tidak mau dan tidak boleh memikirkannya lagi. Seolah-olah aku diingatkan kepada bangsaku, tatkala kuterima beslit tentang pembuangan itu; diingatkan pada segala sesuatu yang mengikat aku pada nasib dan penderitaan bangsa yang berjuta-juta ini. Bukankah kesedihan pribadi kita akhirnya hanya sebagian kecil saja dari penderitaan yang besar, yang umum itu? Bukankah justru penderitaan itu merupakan ikatan kita yang semesra-mesranya dan sekuat-kuatnya? Justru sekarang— pada saat aku barangkali harus berpisah untuk selama-lamanya dengan yang paling kucintai dan yang paling indah bagiku di dunia ini — justru sekarang inilah aku merasa lebih terikat pada bangsaku, aku semakin mencintainya lebih daripada yang sudah-sudah.</p> <p>Dalam perasaan cinta yang demikian mendalam kepada bangsanya, ternyata bahwa ada jarak kebudayaan dan jarak intelektual yang lebar antara Sjahrir dan rakyatnya. Dia kadang mengeluh bahwa cara pikirnya, alasan-alasan rasa gembira dan rasa sedihnya demikian berbeda dari yang ada pada orang-orang di sekelilingnya. Hambatan-hambatan tersebut tidak selalu dapat diatasi dan sampai tingkat tertentu menghalangi saling-pengertian di antara kedua pihak, sekali pun kedua-duanya ingin saling mendekati. Untuk yang satu Sjahrir terlalu Eropah, terlalu Belanda, terlalu banyak berpikir. Untuk Sjahrir rakyat yang dicintainya terlalu lamban, terlalu bertele-tele, dengan tingkahlaku yang tidak selalu dapat dipahami secara logis. Inilah salah satu alas an mengapa dia demikian ingin agar ada cukup waktu padanya untuk memperdalam studistudi yang bersifat antropologis dan sosiologis tentang berbagai suku bangsa di Indonesia.</p> <p>Seperti kita tahu keinginan itu tak pernah kesampaian. Selagi berada dalam penjara dan di tempat pembuangan dia tidak mempunyai cukup kepustakaan yang dapat membimbingnya secara ilmiah untuk melakukan studi-studi tersebut. Setelah lepas dari pembuangan dan bebas dari tahanan dia tidak lagi mempunyai cukup waktu karena terpanggil oleh tugas-tugas politik. Seorang penulis Amerika, Charles Wolf Jr, yang menulis pengantar untuk terjemahan Inggris buku Sjahrir Out of Exile, berpendapat bahwa seandainya Sjahrir boleh memilih di antara politik dan ilmu pengetahuan dia pastilah akan memilih melakukan studi-studi yang bersifat ilmu pengetahuan.29 Namun demikian prestasi yang dicapai oleh Sjahrir dalam bidang politik sudah tercatat dalam sejarah. Dengan semua keberhasilan politiknya sebagai PerdanaMenteri pertama, sebagai ketua delegasi Indonesia ke Dewan Keamanan PBB, sebagai penasihat presiden dan kemudian sebagai pendiri partai politik, boleh dikata Sjahrir bukanlah seorang politikus yang dengan penuh gairah memilih politik sebagai bidang pengabdiannya.</p> <p>Dia lebih melihat politik sebagai tanggungjawab yang tak terelakkan yang harus dipikulnya. Karena itu dia tak pernah memandang politik sebagai tujuan, dan bahkan kemerdekaan nasional tidak menjadi tujuan akhir politiknya. Kemerdekaan nasional hanyalah jalan mewujudkan martabat manusia dan kesejahteraan bagi bangsanya, sedangkan politik hanyalah jalan mencapai kemerdekaan nasional. Mengenang semua ini sekarang dan membicarakan kembali pengertian, apresiasi dan keyakinan politik seperti itu, mungkin timbul kesan betapa jauh ideal politik yang diajukan Sjahrir dari praktek politik Indonesia saat ini. Apakah Sjahrir terlalu jauh dari kita, atau kita yang terlalu jauh dari gagasan politiknya? Apakah terlalu mengawang-awang mendambakan kesejahteraan untuk semua orang tanpa terlalu banyak kemiskinan, dan kebahagiaan semua orang dalam kebebasan tanpa terlalu banyak kekangan dan hambatan?</p> <p>Kebebasan dalam pengertian Sjahrir bukan sekedar kebebasan politik, tetapi keluasan dan keleluasaan jiwa, yang memandang dunia dengan gembira tanpa prasangka, yang tidak terhambat oleh kekangan dan kecurigaan-kecurigaan yang sempit. Dalam pandangan Sjahrir inilah rahasia jiwa klasik yang ada pada Yunani Antik, yang ditemukan kembali dalam renaisans Eropah, dan yang masih terlihat pada karya-karya Goethe dan Schiller. Untuk jiwa klasik dunia akan serba luas dan bukan sempit dan picik, hidup itu mulia dan tak pernah hina, seni selalu indah dan tidak jahat, dan manusia adalah makhluk penuh bakat yang harus diolah dan dikembangkan. Kebudayaan akan dibuat abadi oleh jiwa-jiwa klasik ini, politik menjadi perkara yang luhur, dan ilmu pengetahuan akan terbuka cakrawalanya seluas kaki langit karena pikiran dan jiwa sanggup menerobos batas-batasnya sendiri. Sangat mungkin Sjahrir sendiri menyadari sedari awal bahwa politik dengan muatan moral yang demikian berat, tak akan menang dalam waktu singkat, semata-mata karena tak terpikulkan dan tak selalu dapat dipahami. Akan tetapi politik dalam artian Sjahrir bukanlah suatu proyek, bukan sekedar program tetapi kehidupan itu sendiri. Partai politik Sjahrir telah kalah dan dikalahkan oleh kekuasaan politik. Namun yang tinggal pada kita adalah suatu etos politik yang memberi keyakinan bahwa martabat manusia dan jiwa klasik tak selalu dapat dimenangkan, tetapi pasti tak akan pernah dapat dikalahkan sampai tuntas buat selamanya. Dalam arti itu Sjahrir memenuhi janjinya: dia telah mempertaruhkan hidupnya, dan dia telah memenangkannya. </p>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-25305293974073084392011-02-14T14:50:00.000+07:002011-02-14T14:51:55.781+07:00Sutan Sjahrir : PERJUANGAN KITA<a title="PERJUANGAN KITA" href="http://www.ziddu.com/download/13167732/PERJUANGANKITA.docx.html" target="_blank"><strong>DOWNLOAD TULISAN INI</strong></a><br /><br /><p style="text-align: center;"><strong>PERJUANGAN KITA</strong></p> <p style="text-align: center;"><strong>Oleh : Sutan Sjahrir</strong></p> <p><strong> </strong></p> <p>Pendahuluan</p> <p>Keadaan setelah dua bulan berdirinya Republik Indonesia dapat kita gambarkan sebagai berikut. Harapan dan keinginan untuk turut serta akan dapat mempertahankan kemerdekaan kita, umum ada pada segala lapisan bangsa kita. Belum pernah ditahun-tahun yang lalu gerakan kemerdekaan memuncak seperti sekarang. Terutama pada pemuda tampak, bahwa segenap jiwanya dipasangkan pada perjuangan kemerdekaan kita. Akan tetapi lambat laun rakyat banyak didesa dan dikota yang memperhebat perjuangan kita. Rakyat jelata turut tergolak kedalam gerakan kemerdekaan, didorong oleh kegelisahannya yang disebabkan oleh suasana masyarakatnya. Bagi rakyat jelata nyata, bahwa semboyan “merdeka” itu tidak saja berarti Negara Indonesia yang berdaulat pun tidak pula saja bendera merah putih baginya berarti simbol persatuan dan cita-citanya bangsa dan negara, akan tetapi terutama kemerdekaan dirinya sendiri dari sewenang-wenang, dari kelaparan dan kesengsaraan, dan merah-putih baginya terutama simbol perjuangan itu, yaitu perjuangan kerakyatan.</p> <p>Ucapan-ucapan kegelisahan rakyat yang kerapkali merupakan perbuatan-perbuatan yang kejam serta pelanggaran hak milik dengan kekerasan, dapa dimengerti, jika dicari sebab-sebanya yang lebih dalam. Selama tiga setengah tahunpenjajahan Jepang sendi-sendi masyarakat didesa diobrak-abrik serta diruntuhkan dengan kerja paksa, dengan penculikan orang desa dijadikan romusha jauh dari tempat tinggalnya, dijadikan serdadu, dengan penyerahan hasil bumi dengan paksa, dengan penanaman hasil bumi dengan paksa, dengan sewenang-wenang yang tiada batasnya. Demikian pula diantara rakyat jelata dikota, ketidak pastian dalam kedudukannya, menyebabkan kegelisahan. Beribu-ribu orang yang sebelum Jepang datang, mempunyai pencaharian sebagai buruh, kehilangan mata pencahariannya. Berpuluh ribu orang-orang desa melarikan dirinya kekota untuk meluputkan diri dari sewenang-wenang serta kelaparan yang ada didesa. Berpuluh ribu pula orang pelarian romusha, heiho dan kerja paksa lainnya menambah banyaknya jiwa dikota yang tidak mempunyai pencaharian tertentu. Segala ini menyebabkan bahwa kegelisahan didalam masyarakat dikota terus memuncak. Bahaya segala ini akan meletus didalam pemberontakan dan kerusuhan terus bertambah besar untuk Jepang.</p> <p>Setelah Jepang rubuh dan ia bersedia untuk ditawan, sehingga kekuasaan pemerintahannya lemah, bahaya akan meledaknya tenaga yang terhimpun didalam masyarakat itu, terus bertambah besar. Untuk menghindarkan bahaya itu, macam-macam muslihat Jepang yang digunakannya; antara lain diikhtiarkan untuk mengalirkan kegelisahan orang itu terhadap golongan-golongan lain.</p> <p>Kebencian yang tambah lama tambah besar terhadap Jepang diputarkan oleh dengan agitasi dan propagandanya terhadap bangsa kulit putih, orang Tionghoa, pangrehpraja dan selanjutnya tak dapat kita mungkiri, bahwa propaganda dan agitasi Jepang itu banyak pengaruhnya dan berhasil juga baginya. Selama tiga setengah tahun negeri kita dikuncinya dari luar negeri, sehingga kita tidak mengetahui keadaan diluar dan ia leluasa mejual dustanya yang menjadi dasar propagandanya. Tatkala kebencian rakyat kita terhadap Jepang telah umum dan disana-sini timbul kerusuhan, digunakannya perasaan kebangsaan kita untuk mendinginkan kepanasan terhadap dia.</p> <p>Dibentuknya Angkatan Muda untuk memperhebat agitasi kebangsaan, supaya dapat menghindarkan bahaya sosial yang mengancamnya. Agitasi kebangsaan itu memang memuaskan untuk pemuda-pemuda serta kaum terpelajar kita yang berada dalam kegelisahan dan kebimbangan. Pada umumnya adalah gerakan rahasia Jepang seperti Naga Hitam, Kipas Hitam dan lain-lain buatan kolone kelima Jepang, buatan Kempetai, Kaigun dan lain-lain sangat menunjukkan kegiatannya terhadap pemuda-pemuda kita dan memang ada juga yang dapat mempengaruhi jiwanya, meskipun pada lahirnya umum pemuda kita membenci Jepang. Degan tidak sadar, biasanya jiwanya terpengaruh juga oleh propaganda Jepang itu dan tingkah lakunya, hingga cara ia berfikir, adalh kerapkali mencontoh-contoh Jepang. Kegiatan jiwanya, terutama terlihat sebagai kebencian kepada bangsa-bangsa asing, yaitu sebenarnya yang ditujukan oleh Jepang untuk dimusuhi, bangsa Sekutu, bangsa Belanda, bangsa Indo (bangsa kita sendiri), Ambon Menado, kedua-duanya bangsa kita sendiri, Tionghoa, pangrehpraja; maksudnya tak lain, seluruh dunia boleh dibenci asalkan jangan membenci Jepang.</p> <p>Demikian keadaan sebelum pernyataan Indonesia Merdeka, demikian pula bahan-bahan untuk mendirikan perumahan Indonesia Merdeka. Merdeka didirikan, rata-rata orang yang mengemudikannya adalah bekas pegawai dan pembantu Jepang. Hal ini menjadi halangan untuk membersihkan masyarakat kita dari penyakit Jepang yang berbahaya untuk jiwa pemuda kita itu. Pendidikan politik yang diwaktu jaman jajahan Belanda telah begitu tipis, didalam jaman Jepang sama sekali tidak ada, jiwa pemuda dibentuk untuk dapat menerima perintah saja, untuk tunduk dan mendewa-dewakan, seperti orang Jepang tunduk kepada Tenno dan mendewa-dewakannya. Demikian pula hanya diajar tunduk pada pemimpin dan mendewa-dewakannya, tidak diajar dan tidak cakap bertindak dengan bertanggung jawab sendiri. Kesadaran revolusioner yang harus berdasar pada pengetahuan kemasyarakatan, tipis benar. Oleh karena itu, kecakapannya untuk menyusun dan mempergunakan kemungkinan yang ada dalam masyarakat, sangat kecil. Oleh karena itu pula, maka senjata dan alat perjuangan yang seharusnya dapat dibentuk dari tenaga yang terhimpun dalam masyarakat sebagai kebencian terhadap penindasan dan pemerasan Jepang tidak terbentuk.</p> <p>Segala kegelisahan yang ada didalam masyarakat dijuruskan oleh pemuda-pemuda kita, pada kebencian terhadap bangsa-bangsa asing yang hidup didalam negeri kita, pada berbaris-baris dengan tombak yang sekarang menjalar menjadi pembunuhan dan perampokan serta rupa-rupa kegiatan lain lagi, yang ditilik dengan kacamata peruangan kemasyarakatan tidak berarti atau reaksioner, seperti tiap-tiap tindakan fasis itu selamanya reaksioner.</p> <p>Terlambat datangnya balatentara Sekutu untuk menggantikan balatentara Jepang yang tidak berkemauan lagi untuk memerintah, sebenarnya memberikan kesempatan yang baik bagi pemerintahan Negara Republik Indonesia. Akan tetapi hal ini tiada tercapai seperti seharusnya.</p> <p>Sebab yang pertama ialah bahwa yang mengendalikan pemerintahan Negara Republik Indonesia bukan orang yang berjiwa kuat. Kebanyakan dari mereka telah terlalu biasa membungkuk serta berlari untuk Jepang atau Belanda; jiwanya bimbang dan nyata tidak sanggup bertindak dan bertanggung jawab.</p> <p>Sebab yang kedua adalah bahwa banyak diantara mereka merasa berhutang budi kepada Jepang, yang mengkurniakan persediaan Indonesia Merdeka pada mereka. Akhirnya dianggapnya, bahwa ia menjadi pemerintah, ialah oleh karena bekerja bersama dengan Jepang.</p> <p>Oleh karena itu maka sesudah kekuasaan Jepag menjadi lemah dan kemudian runtuh, serta pula belum digantikan oleh kekuasaan militer Sekutu, idak pula Negara Republik Indonesia dapat medirikan kekuasaan bangsa kita sendiri sehingga berupa negeri dan bangsa yang tak berpemerintah, sedangkan rakyat gelisah belum mendapat didikan dan belum mempunyai pengetahuan tenatng menyelesaikan soal kemasyarakatannya berhubung dengan pemerintahan. Maka timbullah kekacauan yang menjalar terus, didalam keadaan begini agitasi kebangsaan berakibat rupa-rupa yang tiada dikehendaki atau dikuasai oleh orang yang membuat agitasi. Pembunuhan bangsa asing serta perampokan yang jika kita tilik keadaan rakyat dapat dimengerti, tidak urung pula menyatakan kelemahan pemerintah Republik Indonesia yang belum dapat merasakan dirinya sebagai pemerintah yang dipandang dan dihormati oleh rakyatnya.</p> <p>Pemuda-pemuda kita yang berikhtiar mempergunakan kegelisahan rakyat itu, tiada pula mempunyai syarat-syarat yang perlu untuk dapat memimpin rakyat dalam perjuangan yang seharusnya dilakukan. Pemuda kita umumnya hanya mempunyai keckapan untuk menjadi serdadu, yaitu berbaris, menerima perintah menyerang, menyerbu dan berjibaku dan tidak pernah diajar memimpin.</p> <p>Oleh karena ia tidak berpengetahuan lain, cara ia megadakan propaganda dan agitasi pada rakyat banyak itu seperti dilihatnya dan diajarkannya dari Jepang, aitu fasistis. Sangat menyedihkan keadaan jiwa pemuda kita. Mereka terus didalam kebimbangan, meskipun semangatnya meluap-luap, mereka belum mempunyai pengertian tentang kemungkinan serta kedudukan perjuangan yang diperjuangkannya sehingga pandangannya tak dapat jauh. Pegangannya banyak kali tidak lain dari semboyan merdeka atau mati. Tiap kali kalau terasa, bahwa kemerdekaan belum pasti serta ia belum pula menghadapi mati, mereka berada terus didalam kebimbangan.</p> <p>Obat untuk kebimbangan itu umumnya dicari dengan perbuatan yang terus-menerus, sehingga perbuatan dijadikan madat untuk jiwa. Bagi bangsa kita, mabuk perbuatan pemuda-pemuda ini, sebenarnya suatu keuntungan yang besar benar dan memang pula peruatan-perbuatan merekalah yang menjadi pendorong keras bagi perjuangan kita pada permulaannya, akan tetapi tentu pula perbuatan yang sebenarnya tiada berpengertian ini, banyak pula salah tubruk, sehingga merusakkan dan merugikan perjuangan kita. Dengan demikian umpamanya hasutan-hasutan dan perbuatan-perbuatan terhadap bangsa-bangsa asing, ang melemahkan kedudukan perjuangan kita didalam pandangan dunia internasional.</p> <p>Terhadap cita-cita kita hendak mendirikan negara kita sendiri, dunia luar mulanya menyatakan simpatinya. Boleh dikatakan, bahwa pandangan umum dunia mula-mula memihak kita, terutama seluruh kaum buruh didunia, akan tetapi dengan bertambah banyaknya kejadian yang menunjukkan kekacauan diantara rakyat kita, yang sulit dapat dipahamkan sebagai ucapan perjuangan kemerdekaan, seperti pembunuhan serta perampokan, perasaan umum didunia terhadap perjuangan kita dapat berubah, seperti terbukti juga diwaktu yang akhir ini.</p> <p>Pada umumnya sekalian tanda kekacauan dinegeri kita, hanya akan mengecewakan tidak saja kaum kapitalis akan tetapi juga kaum buruh seluruh dunia. Kaum kapital kecewa akan kemungkinan untuk modalnya yang diharapkan akan memberikan hasil jika keamanan sudah ada dinegeri kita. Kaum buruh kecewa akan tanda-tanda kekejaman fasistis, yang telah sangat terkenal didunia pada waktu ini, serta akan payah juga akan dapat menelan pembunuhan-pembunuhan orang asing, apalagi pembunuhan dan kekejaman terhadap orang Indo, Ambon dan Menado yang bangsa kita sendiri.</p> <p>Sekalian ini hanya akan dimengerti sebagai kementahan didalam perasaan kebangsaan yang sebenarnya musti mengandung kesadaran politik kebangsaan pada pokoknya. Kebencian terhadap orang Indo, Ambon dan Menado hanya dapat diartikan oleh luar negeri, bahwa kesadaran diantara rakyat banyak terbukti masih sangat tipis atau belum ada sama sekali. Selama penduduk daerah yang satu masih dapat diadu-dombakan dengan penduduk daerah yang lain, memang sulit bagi dunia akan menerimanya sebagai bangsa baru yang pantas dihormati.</p> <p>Untuk itulah akan dikemukakan dalam risalah ini beberapa kenyataan politik yang seharusnya dijadikan dasar di dalam perhitungan kita, demi berhasilnya perjuangan kita terhadap luar dan juga dalam negeri.</p> <p>1. Kedudukan Indonesia Didunia Sekarang<br />Letak Indonesia dalam lingkungan daerah pengaruh kapitalisme-imperialisme Inggris-Amerika. Nasib Indonesia tergantung pada nasib kapitalisme-imperialisme Inggris-Amerika. Dalam waktu lebih dari satu abad terakhir ini, kekuasaan Belanda atasnegeri dan bangsa ini adalah buah dari pada perhitungan dan penetapan politikluar negeri Inggris. Kita ketahui bahwasetelah dipermulaaan abad kesembilan belas Inggris merampas dan mengembalikan Indonesia dari dan pada Belanda, sebenarnya Belanda berada dinegeri kita ini tidak lagi atas kekuatan sendiri akan tetapiatas kurnia Inggris serta bergantung semata-mata daripada politik Inggris. Politik Inggris terhadap Asia Timur ini dapatdijalankannya lebih dari seabad lamanya, meskipun tenaga dan keadaan baru timbul, seperti Rusia, Jepang, Amerika Serikat, Revolusi Tiongkok, akan tetapitak urung pula kedudukannya berobah, terutama di Tiongkok.</p> <p>Perubahan yang besar terhadap daerah kita terjadi dengan pengusiran kekuasaan Belanda dari Indonesia oleh militer Jepang. Oleh karena Jepang kalah ia untuk sementara akan hilang dari alam politik Asia Tenggara ini, akan tetapi sebaliknya boleh dikatakan segala kedudukan Jepang itu akan jatuh ketangan Amerika Serikat yang sekarang telah menjadi kekuaan Pasifik yang jauh dan terbesar. Terhadap politik Inggris yang telah lebih dari seabad umurnya ia sekarang merasakan dirinya diseluruh Asia dan juga dinegeri kita sebagai perubah dan pembaru keadaan. Jika Inggris tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan politik Amerika Serikat yang dikuasai oleh hukum kehidupan kapitalismenya sendiri, nyata ia akhirnya akan kalah dengan tenaga Amerik Serikat. Nyata bahwa kekuasaan Belanda hingga waktu ini hanya suatu alat didalam percaturan politik Inggris. Nyata pula bahwa untuk politik AmerikaSerikat kekuasaan Belanda atas negeri kita tidak sama dengan untuk politik Inggris. Didalam kebenaran ini berada kemungkinan untuk kita mendapat kedudukan baru yang cocok dengan kehendak politik kekuatan raksasa Pasifik Amerika Serikat ini, akan tetapi juga batas kemungkinan bagi kita selama susunan dunia berupa kapitalistis dan imperialistis sepertis ekarang. Selama itu kita tetap akan berada didalam dan diliputi leh alam imperialisme-kapitalisme Amerika-Inggris,dan bagaimana juga usaha kita, kita sendiri tidak akan cukup tenaga untuk meruntuhkan alam itu, yang akan dapat memberi kita kemerdekaan yang sepenuh-penuhnya. Oleh karena itu maka nasib Indonesia, lebih dari daripada nasib bangsa-bangsa lain didunia tergantung pada keadaan dan sejarah internasional dan lebih pula dari bangsa lain, bangsa kita memerlukan berobahnya dasar-dasar pergaulan hidup kemanusiaan, yang akan menghilangkan imperialisme dan kapitalisme didunia ini.</p> <p>Selama ini belum terjadi, maka perjuangan kebangsaan kita tidak akan dapat memuaskan sepenuh-penuhnya, serta kemerdekaan yang kita dapat, jika kita peroleh sepenuhnya terhadap Belanda, pun hanya berupa kemerdekaan seperti yang terlihat pada lain-lain negeri kecil, yang dibawah pengaruh negeri kapitalis besar, yaitu berupa kemerdekaan nama saja.</p> <p>2. Revolusi Kerakyatan<br />Revolusi kita ini yang keluar berupa revolusi nasional, jika dipandang dari dalam berupa revolusi kerakyatan. Meskipun kita telah berpuluh tahun berada didalam lalu-lintas dunia modern, meskipun masyarakat negeri kita telah sangat dirobah dan dipengaruhi olehnya, akan tetapi diseluruh kehidupan rakyat kita terutama didesa, alam kehidupan serta pikiran orang masih feodal. Penjajahan Belanda berpegang pada sisa-sisa feodalisme itu untuk menahankemajuan sejarah bangsa kita. Begituumpamanya pangrehpraja tak lain daripada alat yang dibuat oleh penjajah Belanda dari warisan feodal masyarakat kita. Berupa-rupa aturan yang dilakukan atas rakyat kita tak lain daripada lanjutan yang lebih teratur dari kebiasaan feodal, demikian penghargaan yang begitu rendah terhadap diri orang desa, yang masih dipandang setengah budak-belian, bukan saja dalam mata kaum ningrat kita, akan tetapi juga didalam pandangan kaum penjajah Belanda.</p> <p>Penjajahan Belanda itu mencari kekuatannya dengan perkawinan ratio-modern dengan feodalisme Indonesia, menjadi akhirnya contoh fasisme yang terutama yang terutama didunia ini. Fasisme ditanah jajahan jauh mendahului fasisme Hitler ataaupun Mussolini. Sebelum Hitler mengadakan consentratie kampBuchenwald atau Belzen, Boven-Digul sudah lebih dahulu diadakan. Oleh karena itu maka pergerakan rakyat kitadari sejak mula didalam menentang penjajahan asing sebenarnya menentangfeodal-bureaukratie dan akhirnya autokratie dan fasisme jajahan Belanda, danoleh karena itu pergerakan kerakyatan yang sejati. Tuntutan kedaulatan rakyat didalam pergerakankita itu memang sebagai gambaran yang sebenarnya tentang persoalan bangsa kita terhadap penjajahan asing yang autokratis dan fasistis itu. Rakyat didalam perjuangan sebagai bangsa menuntut hak-hak kemanusiaannya, yang akan memberi jaminan, bahwa ia tak akan diperlakukan lagi sebagai budak belian.</p> <p>Oleh karena itu maka didalam pandangan kita revolusi kita sekarang adalah revolusi nasional dan revolusi kerakyatan yang bersangkutan dengan alam feodal dinegeri dan dimasyarakat kita, terutama didesa. Akan tetapi tentu saja kita tak dapat menyamakan revolusi kita ini dengan umpamanya revolusi Perancis. Kita berada didalam dunia yang telah dapat mempergunakan atom, dengan tehnik dan susunan serta kepintaran yang sama sekali tak dapat disamakan dengan dunia dan keadaan waktu jaman revolusi Perancis. Masyarakat kita sendiri mengenal susunan trust dan kartel, telegrap, radio, pabrik-pabrik dan perusahaan kapital besar seperti minyak dll, yang menyatakan pada kita, bahwameskipun kita menetapkan bawa revolusi kita ini revolusi kerakyatan,sekali-kali jangan keliru hingga hendak menyamakannya dengan revolusi Perancis,didalam kedudukan dan kemungkinannya. Tatkala revolusi Perancis belm ada kapitalisme dan imperialisme dunia, sepertiyang digambarkan diatas, serta dunia belum pula menjadi satu didalam perhubungan ekonomi seperti sekarang, dan pula susunan dan kedudukan masyarakat serta negeri Perancis berbeda sama sekali dengan susunan dan kedudukanmasyarakat dan negeri kia Indonesia sekarang.</p> <p>Perancis serta revolusi Perancis adalah perintis serta pembuka jalan untukdunia yang kapitalistis-imperialistis, sedangkan revolusi kita ini sebenarnya harus dipandang revolusi yang akan turut menutup sejarah kapitalis-imperialistis, sehingga perjuangan sosial yang telah berlaku didunia sebagai akibat dari sistem kapitalis-imperialistis, yang merupakan perjuangan kaum buruh, perjuangan kaum sosialistis dan segala kemenangan-kemajuannya,seperti terdapat didunia pada waktu ini, tentu membedakan benar kedudukanrevolusi kita dari revolsi Perancis yang hanya demokratis-burgerlijk itu.</p> <p>Jadi memang revolusi kita ini tak dapat lain dari juga bercorak sosial. Bahwa didalam revolusi kita ini kaum buruh berkedudukan yang pada pokoknya lain daripada kaum buruh dinegeriPerancis dijaman revolusi Perancis, meskipun dalam mentaliteitnya terdapat beberapa persamaan, yaitu tanda mudanya dan kekurangan kesadaran kelas.<br />Corak sosial revolusi kita ini menunjukkan pula kemungkinan sosial yang adadidalam revolusi kita. Sebab segala faktor ini dinamis. Tetapi seperti telah dikemukakan diatas segala-gala ini terutama bergantung pada keadaan serta kemungkinan internasional, untuk negeri kita. Subjektif memang corak sosial revolusi kita akan lebih jelas dan mendalam, akan tetapi objektif kemungkinan berlanjutnya akan sama sekali tergantung daripada perubahan-perubahan yang akan berlaku didunia. Batas-batasnya telah saya kemukan diatas.</p> <p>3. Revolusi nasional<br />Keluar bentuk revolusiberupa nasional, kedalam menurut hukum masyarakat demokratis dengan corak sosial. Jika kurang memahamkan kebenaransehingga kedalam pun yang kita anjurkan hanya revolusi nasional saja dengantidak ada atau kurang pengertian tentang kedudukan demokrasi didalam pengobahanmasyarakat.</p> <p>Bahaya sangat besar bahwa kita, oleh karena tidak dapat mengukur musuh kita feodalisme, kita berkawan dengan semangat feodalisme yang masih hidup menjadi nasionalisme yang mempunyai semacam solidarisme, yaitu solidarisme-fodal (yang hierarchis) menjadi fasisme alias musuh kemajuan dunia dan rakyat yang sebesar-besarnya. Ideologi yang kelihatan seperti kacau sekarang kerapkali taampak sebagai semacam nasionalisme atau nasional-komunisme ala Hitler atau Mussolini. Oleh karenaitu maka didalam menyusun kekuatan masyarakat dalam revolusi nasional, kita tidak boleh lupa mengadakanrevolusi-demokrasi, revolusi nasional hanya merupakan hasil dari revolusi-demorasi kita. Bukannasionalisme harus nomor satu akan tetapi demokrasi, meskipun kelihatannyalebih gampang kalau orang banyak dihasut membenci orang asing saja. Memang benar bahwa cara demikian buatsementara berhasil (lihat saja sukses Mussolini, Hitler, Franco, Chiang Kai Sek dll.), akan tetapi untuk kemajuan masyarakat perbuatan demikian tetapreaksioner dan bertentangan dengan kemajuan dunia dan perjuangan sosial seluruhdunia. Orang yang menganjurkannya tetap musuh rakyat, meskipun sedikit waktu didewakan rakyat seperti Hitler danMussolini.</p> <p>4. Revolusi dan Pembersihan<br />Dengan penentuan alam perjuangan kita seperti diatas, maka nyata bahwarevolusi kita ini harus dipimpin oleh golongan demokratis yang revolusioner danbukan oleh golongan nasionalistis yang pernah membudak kepada fasis-fasis lain,fasis kolonial Belanda atau fasis militer Jepang.</p> <p>Perjuangan demokrasi revolusioner itu memulai dengan membersihkan diri darinoda-noda fasis Jepang, mengngkung penglihatan orang-orang yang masih jiwanyaterpengaruh oleh propaganda Jepang dan didikan Jepang. Orang-orang yang sudah menjual jiwa dankehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan dari pimpinan revolusi kita(orang-orang yang pernah bekerja didalam propaganda, polisi rahasia Jepang,umumnya didalam usaha kolone kelima Jepang). Orang-orang ini harus dianggap sebagai pengkhianat perjuangan danharus dibedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya untuk sekedar memenuhikebutuhan hidupnya. Jadi sekalian kolaborasi politik dengan fasis Jepangseperti yang disebutkan diatas harus dipandang sebagai fasis sendiri atauperkakas dan kaki tangan fasis Jepang dan tentu sudah berkianat pada perjuangandan revolusi rakyat.</p> <p>Negara Republik Indonesia yang kita jadikan alat dalam revolusi rakyat kitaharus kita jadikan alat perjuangan demokratis, dibersihkan dari sisa-sisaJepang dan fasismenya.</p> <p>5. Memperjuangkan Isi Kemerdekaan</p> <p>Negara Republik Indonesia yang kita perjuangkan sebagai alat di dalam revolusi kerakyatan kita mendapat harga yang penuh, jika kita isi dengankerakyatan yang tulen. Bagi kita kemenangan yang berarti itu ialah kemenangan yang berisi, bukan kemenangan namadan kehormatan saja. Pedoman yangsebenarnya untuk perjuangan politik kita harus ditujukan kepada isi itu. Perjuangan kebangsaan pada umumnya, tak luputdaripada bahaya terlalu terpengaruh oleh nama dan rupa. Oleh karena itu kerap kali apa yang dinamakankemenangan kebangsaan itu, terbukti kosong untuk rakyat banyak. Jika kita hargakan Indonesia Merdeka kitadengan harga demokrasi tulen, maka didalam perjuangan politik kita terhadapdunia, isinya itu yang dipertarungkan. Negara Republik Indonesia hanya nama yang kita berikan pada isi yangkita maksudkan dan kehendakkan itu.</p> <p>6. Pembencian Bangsa Asing</p> <p>Salah satu hal yang terpenting didalam perjuangan kita adalah sikap dan politik kita terhadap golongan-golongan yang agak mengasing diantara penduduk negeri kita, yaitu orang-orang asing, orang peranakan, Eropa atau Asia, orang yang beragama Kristen, orang Ambon, Menado dan sebagainya. Hingga sekarang kita belum mempunyai sikap dan politik yang memuaskan terhadap semua golongan ini. Malah dihari kemudian ini terjadi hal-hal yang terang salah dan merusakkan pada perjuangan kerakyatan kita. Sifat membenci pada golongan dan bangsa asing itu, memang suatu sifat yang tersembunyi dalam tiap-tiap gerakan kebangsaan, terlebih pada golongan atau bangsa yang rupanya berkedudukan dengan privilese, akan tetapi tiap gerakan kebangsaan yang memabukkan dirinya dengan nafsu membenci bangsa-bangsa asing untuk mendapat kekuatan, niscaya pada akhirnya pada akhirnya akan berhadapan dengan seluruh dunia dan kemanusiaan. Nafsu kebangsaan yang pada mulanya dapat merupakan suatu kekuatan itu mesti tiba pada satu jalan buntu dan akhirnya mencekik dirinya sendiri dalam suasana jibaku. Kekuatan yang kita cari, adalah pada pengobaran perasaaan keadilan dan kemanusiaan. Hanya semangat kebangsaan yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan dapat mengantar kita maju dalam sejarah dunia.</p> <p>Sebab pada akhirnya semua kebangsaan harus menemui ajalnya didalam suatu kemanusiaan yang meliputi seluruh dunia menjadi satu bangsa yaitu bangsa manusia yang hidup didalam pergaulan yang berdasarkan keadilan dan kebenaran, tidak lagi terbatas oleh perasaan-perasaan sempit yang memecah manusia sesama manusia oleh karena kulitnya berlainan warna, aau oleh karena turunan darahnya berlainan.</p> <p>Pada habisnya perasaan-perasaan sempit ini sebagai pendorong tindakan dan kelakuan kita, baru habis ikatan buta kita pada sejarah kebiadaban kita. Bau kita dapat melihat terang perbedaan antara cinta pada tanah air dan perasaan membenci orang asing atau membenci golongan-golongan dalam negeri kita yang sebagai perbuatan sejarah terasing atau mengasingkan diri oleh karena turunan darahnya, darah yang bodoh dan darah yang biadab itu. Sikap kita terhadap sekalian ini harus berdasar penglihatan kemasyarakatan, berdasar atas penyelidikan yang jujur dan perhitungan didalam berbakti kepada cita-cita kemanusiaan dan keadilan sosial.</p> <p>7. Kaum Buruh</p> <p>Pada tingkatan kapitalisme ini dimana kapital dunia mengalami konsentrasi yang lebih besar, terutama di New York dan London, maka segenap produksi dunia yang kapitalistis lebih dahulu dikuasai oleh satu atau dua pusat kapital, terutama Wallstreet. Sebagai akibat peperagan ini maka boleh dikatakan seluruh dunia terikat hutang pada Wallstreet itu. Hal ini membuat bahwa kedudukan dan kekuatan dunia itu menjadi sungguh-sungguh internasional. Oleh karena itu maka pertahanan dan perjuangan kaum buruh terhadapnya hanya akan dapat berhasil baik, jika disusun dengan mengakui kenyataan ini. Susunan dan perjuangan kaum buruh pun harus berdasarkan internasional.</p> <p>Kaum buruh kita sekarang menujukan perjuangan pada pertahanan Negara Indonesia Merdeka. Hal ini sudah selayaknya, akan tetapi didalam itu perlu kita kemukakan kebenaran yang diatas, oleh karena didalam perjuangan selanjutnya solidaritas kebangsaan kaum buruh itu mesti dapat solidaritas kebangsaan kaum buruh itu mesti dapat meningkatkan diri seukur dengan perjuangan kaum buruh didunia seluruhnya. Bagi kaum buruh semangat kebangsaan yang melupa-luap itu dapat menjadi halangan untuk melihat perjuangan internasionalnya dan penghargaan serta kesadaran tentang kedudukan didalam masyarakat kapitalis, sehingga membawanya kejurusan yang salah dan memundurkan dan melemahkan kedudukannya. Untuk menghindarkan bahaya, bahwa didalam perjuangan kebangsaan ia melupakan dan melepaskan dasar-dasar perjuangan sendiri, sehingga mudah tertipu dan diperkuda golongan masyarakat yang lain, maka juga didalam peruangan kebangsaan kaum buruh harus tahu memperjuangkan kedudukannya sebagai orang Indonesia dengan caranya sendiri, yaitu didalam susunan buruh dengan alat-alat perjuangan kaum buruh. Semangat yang perlu untuk dapat mengadakan perjuangan secara itu, ialah semangat kelasnya dan solidaritas kelasnya yang tidak boleh dilemahkan oleh semangat kebangsaan. Syarat-syarat untuk dapat menjernihkan kedudukannya itu, adalah didalam peruangan politiknya kaum buruh menuntut segala hak kerakyatan yang sepenuhnya, pun juga dari Negara Indonesia Merdeka sendiri, hak berbicara, menulis, berkumpul, berapat, bermogok, kepastian pencaharian, keadaan kesehatan, pelajaran untuk anak-anaknya, ketentuan gaji dan sebagainya. Kesadaran dan pengertian kelas itu harus terus diperdalam dan diperkuat hingga pada satu saat yang secepat-cepatnya dapat menjadi perasaan dan kesadaran kelas internasional, sehingga mudah dapat rapat pada saat penggabungan perjuangan kaum buruh kita dengan gabungan kaum buruh internasional.<br />Susunan serikat sekerja harus disusun menurut ukuran modern, yaitu didalam jalur industri, pendidikan kaum buruh harus sesuai dengan keperluan perjuangannya, yaitu setingkat pada kesadaran dan pengertian perjuangan internasional untuk menyusun dunia yang sosialistis.</p> <p>Didalam berjuang untuk kemerdekaan Indonesia kaum buruh sejalan harus berjuan untuk mendapatkan kedudukannya sendiri yang terkuat, supaya sanggup menjadi pelopor didalam peruangan menentang imperialisme di Indonesia ini dan memperkuat perjuangan kaum buruh internasional terhadap kapitalisme dunia.</p> <p>8. Kaum Tani</p> <p>Bagi kaum tani kita perjuangan kemerdekaan ini hanya akan berarti jika kerakyatan dirasakan olehnya. Jika revolusi bangsa Indonesia yang sedang berlangsung sepenuhnya dapat dirasakan sebagai revolusi kerakyatan bagi Pak Tani sehingga ia tak dapat diperlakukan sewenang-wenang lagi oleh pemerintahan, sehingga ia dapat mengecap hasil keringatnya sepenuhnya dan tidak diganggu dengan rupa-rupa aturan yang dimaksudkan untuk menyenangkan orang yang memerintah. Revolusi kita harus membeantas feodalisme dilar kota-kota yang berupa tuan tanah, aturan pemerintahan feodal, pengerahan tenaga dan dan hasil orang tani secara feodal seperti digunakan oleh penjajahan Belanda. Penduduk desa sudah sesak padat, sehingga meskipun penghasilan tanah di Jawa dikerjakan dengan kekuatan yang sepenuhnya, untuk memberi makan penduduknya masih tak mencukupi untuk mempertinggi kehidupan rakyat kita umumnya.</p> <p>Hal ini lebih hari lebih mendesak. Selain dri ikhtiar untuk membagi penduduk Indonesia lebih rata pada kepulauan Indonesia dengan interimigrasi, maka menilik bangun dan kedudukan pulau Jawa tak dapat dihindarkan, bahwa jawab yang langsung pada soal penduduk dan penghasilan di Jawa adalah industrialisasi. Jika kelebihan jiwa didesa dikurangkan sehingga desa lapang untuk meninggikan kehidupan dengan jalan usaha bersama (kooperasi), maka dengan industrialisasi yang diadakan menurut rencana dibawah pimpinan pemerintah sebagian besar kelebihan jiwa didesa dapat menghadapi kehidupan sebagai pekerja pabrik yang tetap bertambah baik dengan bertambahnya kemakmuran Indonesia umumnya, terutama dengan dasar kehidupan pak tani yang makmur. Pemerintahan didesa disehatkan dengan melaksanakan kerakyatan yang sempurna dengan menggunakan kebiasaan lama juga, pemilihan, rapat desa, yang diberi kekuasaan sepenuhnya dan ditambah kecerdasannya dengan mempertinggi pelajaran dan pendidikan didesa. Mengadakan pimpinan didalam segala usaha desa, memperbaharui dasar masyarakat kita, membawa rasionalisasi dan efisiensi, yang akan merombak tradisi didesa, supaya dengan tidak menjalani kehidupan kota dan pabrik, juga didesa timul modernisasi, elektrifikasi dan mesin pun dapat masuk menolong manusia didesa mempertinggikan derajat kehidupan manusia. Sarekat Tani yang harus didirikan harus menjadi perintis didalam mencocokkan semangat kaum tani pada tempo yang kita kehendaki itu. Persatuan tani memudahkan tidak saja urusan ini secara teratur dan besar-besaran, akan tetapi juga memudahkan persatuan dan perhubungannya dengan persatuan kaum buruh.</p> <p>9. Pemuda</p> <p>Soal yang kelihatan besar pada waktu ini adalah soal pemuda. Tak dapat dipungkiri, bahwa kelihatannya kebanguan kebangsaan yang kita alami ini, seolah-olah digugat oleh pemuda-pemuda kita. Seolah-olah mereka yang menentukan tempo perjuangan kita. Seolah-olah revolusi yang kita alami sekarang ini, bermula pada semangat dan kekerasan hati pemuda, jadi didorong oleh cita-cita semata-mata. Ini semua sepintas lalu. Akan tetapi jelaslah dari apa yang diuraikan diatas, bahwa kemungkinan meluapnya semangat pemuda itu dan kemungkinan disambutnya oleh masyarakat itu, adalah terletak pada keadaan masyarakat sendiri. Bagaimana keadaan itu telah digambarkan dengan singkat diatas, akan tetapi nyata pula bahwa kaum pemuda, terutama yang terpelajar yang sekarang berkobar-kobar dengan semangat kebangsaan tak akan dapat menjalankan terus kewajibannya sebagai perintis, jika semangat kebangsaannya itu tidak diisi dengan semangat kerakyatan dan semangat kemasyarakatan. Jika tidak, ia akan menemui jalan buntu yang dihadapi tiap-tiap semangat kebangsaan. Ia akan menemui saat, ia tidak akan dituruti lagi oleh rakyat ataupun ia akan ditentang. Dan ia akan mengalami bahwa bukan serdadu yang akan memenangi revolusi kita ini, akan tetapi rakyat banyak, kaum buruh dan kaum tani bersama-sama dengan kaum terpelajar , kaum muda. Saat kaum muda ini meluaskan pandangannya kepada dasar-dasar masyarakat telah tiba, dan pada itu ia harus mengerti, bahwa tenaga perjuangan tidak terpusat diantara angkatan muda, akan tetapi pada rakyat banyak, terutama pada kaum buruh yang tersusun serta mempunyai kesadaran yang tajam, pengertian tentang perjuangan buruh didunia umum. Jika pemuda-pemudi kita mengerti hal ini, ia tahu bahwa kedudukannya ada sebagai pahlawan kaum buruh dan kaum tani.</p> <p>Nyata bahwa anggapan, yang angkatan muda harus memimpin perjuangan kemerdekaan kita, suatu kekeliruan yang akan dapat merusak perjuangan kita. Yang harus memimpin revolusi kita ini tidak lain daripada pusat kekuatan politiknya, merupakan partai kerakyatan yang revolusioner, pada larasnya angkatan muda hanya dapat menjadi lasykar perintis dari partai yang memimpin perjuangan. Keliru pula sama sekali orang yang mengirakan bahwa pemuda yang tergabung didalam ikatan balatentara, yaitu barisan dan pimpinan militer yang akan dapat memimpin revolusi kita. Kekeliruan ini dapat dimengerti. Tahun-tahun yang kemudian ini kita terlalu merasakan kekuasaan militer. Tak urung hal ini dan didikan militer yang diberikan pada pemuda-pemuda serta rakyat kita umumnya, dapat menimbulkan kekeliruan , seolah-olah perjuangan kita ini perjuangan militer yang harus dipimpin orang militer. Hanya pengertian tentang dasar kemasyarakatan perjuangan kita ini dapat menghindarkan kekeliruan ini. Pemuda kita tak mungkin berpembawaan fasistis atau feodal militeristis. Pengertian yang masih kurang benar didalam segala-galanya hal terhadap soal ini diselenggarakan. Sedang pemuda berjuang sekarang ini harus pengertiannya diisi dan penglihatannya dirobah supaya ia jangan merendah menjadi binatang berkelahi saja, akan tetapi dapat menjadi pemuda revolusioner yang menghadapi dunia baru, pemuda yang bercita-cita dan mempunyai kesadaran serta pengertian yang jernih tentang duduk perjuangannya untuk rakyat kita serta kemanusiaan umumnya.</p> <p>10. Tentara</p> <p>Meskipun demikian didalam keadaan dunia yang sekarang ini, memang perlu kita mempertinggi kesanggupan kita membela tanah air serta rakyat kita dengan susunan pertahanan yang selengkapnya. Kita memerlukan balatentara yang teratur menurut ukuran jaman sekarang. Pemuda kita seluruhnya harus dididik didalam kesanggupan itu. Oleh karena itu bukan saja kita memerlukan balatentara yang tersusun dan bersenjata modern, akan tetapi juga latihan militer segenap rakyat kita, terutama pemuda. Selekas mungkin kita harus dapat mengadakan milisi untuk rakyat kita, pada mana seluruh pemuda dari umur tertentu harus melalui latihan militer yang lamanya tertentu. Oleh karena syarat-syarat serta alat-alat yang terbatas serta segala syarat dan alat yang kurang dilengkapi. Terutama sekali tentunya harus diadakan pendidikan. Si pendidik yaitu akademi darat dan laut. Dalam hal ini kekurangan dalam negeri dapat dilengkapi dengan pertolongan dari luar negeri untuk dijadikan guru dan instruktur. Untuk melengkapi alat pertahanan yang berupa persenjataan pantas kita didalam keadaan kita sekarang, mengorbankan lain-lain keperluan. Pembikinan dan pembelian senjata itu dimasukkan dalam hal terutama didalam keadaan sekarang. Akan tetapi dengan pengakuan bahwa pengertian perkara dengan secara militer ini, sekali-kali kita tidak boleh melupakan sekejap mata perjuangan apa yang dikemukakan diatas, bahwa sekali-kali tak boleh kita keliru didalam penghargaan hal militer ini didalam revolusi. Dalam perjuangan kita yang berupa dan memakai alat Negara Indonesia, kita terpaksa harus mengadakan alat perjuangan kenegaraan yaitu balatentara. Itu tak boleh berarti bahwa kita menjadi abdi kenegaraan atau kemiliteran, alias fasis dan militeristis.</p> <p>Batas-batasi hal ini, dengan semangat revolusi kerakyatan kita harus ditajamkan sehingga jangan kita membunuh semangat serta revolusi kita, oleh karena kita sesat pada militerisme dan fasisme. </p>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-69066253982946443012011-02-14T14:47:00.000+07:002013-06-17T11:46:16.735+07:00Djohan Sjahroezah: Suatu “Kesabaran Revolusioner”<div style="text-align: left;">
<a href="http://www.ziddu.com/download/13167603/DjohanSjahroezah.docx.html" target="_blank"><b>DOWNLOAD TULISAN INI DISINI</b></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Djohan Sjahroezah: Suatu “Kesabaran Revolusioner” *</b></div>
Pada tanggal 2 Agustus 1968, Djohan Sjahroezah meninggal dunia dalam usia 56 tahun setelah cukup lama menderita sakit. Pada upacara pemakamannya Menteri Luar Negeri Adam Malik antara lain berkata: “walaupun di masyarakat luas nama Djohan Sjahroezah tidak begitu dikenal, tetapi di antara kita semua yang turut berjuang menentang penjajahan, dan yang mengerjakan suatu Indonesia yang merdeka dan berdaulat, dan yang mencita-citakan suatu masyarakat yang adil dan makmur, nama Djohan Sjahroezah mempunyai arti yang besar.” Bahwa “Djohan tidak saja merupakan pendorong (dari) gerakan illegal yang dilakukan oleh kawan-kawan dari Pendidikan Nasional Indonesia saja, namun ia merupakan pula salah seorang daripada hampir semua yang illegal yang dilakukan pada waktu dan terhadap pemerintah penjajahan, termasuk gerakan illegal yang dipimpin dari luar negeri oleh almarhum Tan Malaka.”<br />Sedangkan seorang pakar asing menulis, bahwa Djohan Sjahroezah “merupakan tokoh yang kurang sekali mendapat perhatian dari para penelaah nasionalisme Indonesia. Di dalam kelompok PNI (Merdeka) dan kelak di masa pendudukan Jepang dan revolusi, ia merupakan tokoh yang sama pentingnya dengan Sjahrir. Sebenarnya, orang dapat berbicara tentang kelompok Djohan Sjahroezah yang khas dan tersendiri, yang sedikit banyak dibentuk secara mandiri olehnya, walaupun bersilangan dengan kelompok yang mengitari Sjahrir di Batavia dan bertumpang tindih dari segi keanggotaannya. Anggota kelompok Sjahroezah mungkin Iebih beragam dibandingkan dengan anggota-anggota kelompok Sjahrir, dan dalam beberapa hal kelompok ini dapat dipandang sebagail sebuah organisasi bawah tanah yang lebih efektif,” demikian J.D. Legge dalam bukunya Kaum Intelektual dan Perjuangan Kemerdekaan – Peranan Kelompok Sjahrir (terjemahan). Suatu penilaian yang mengandung banyak kebenaran. Itulah juga alasan, mengapa di sini saya merasa perlu menulis tentang BungDjohan.<br />
BIASANYA bila nama Bung Djohan Sjahroezah disebut maka senantiasa timbul asosiasi pikiran bahwa ia adalah keponakan Bung Sjahrir. Hubungan kekerabatan, yang menempatkan Bung Djohan satu generasi lebih muda daripada Bung Sjahrir, secara tak sadar agaknya berlaku dalam menempatkan kepemimpinannya secara politis. Ayah Bung Sjahrir memiliki beberapa istri. Ibu Sjahrir adalah istri ketiga ayahnya. Karena itu Bung Sjahrir memiliki juga beberapa saudara tiri. Dan ibu Djohan adalah putri ketiga dari istri pertania ayah Sjahrir. “Itulah sebab keduanya hampir sebaya,” tulis J.D.Legge.<br />Djohan Sjahroezah lahir di Muara Enim Sumatra Selatan pada tahun 1912. Jadi, dari segi umur ia hampir sebaya dengan Bung Sjahrir. Setamat ELS di Medan, Djohan ke MULO di Bandung, lalu ditamatkan di Batavia dan di sini memasuki AMS. Ketika ia masih siswa AMS, PNI-Pendidikan terbentuk. Seperti dikisahkan adiknya Hazil Tanzil kepada J.D.Legge, “Ia sudah mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh salah satu kelompok mandiri (Golongan Merdeka), dan dengan bergabungnya kelompok-kelompok ini menjadi PNI Baru, wajarlah bila ia menjadi salah seorang pendiri cabang Batavia” Ia menyumbangkan tulisan buat Daoelat Rakjat, juga menjadi sekretaris Bung Sjahrir dan Bung Hatta (1932).<br />Sebagai aktivis PPPI, dalam sebuah artikel di rnajalah Indonesia Raya terbitan PPPI, siswa AMS itu mengecam keras kerja sama dengan Belanda. Akibatnya Ia ditangkap dengan tuduhan rnenghasut untuk berbuat kekacauan. Ia diadili dan dihukum penjara selama 1,5 tahun di penjara Sukamiskin. Saat itu Djohan sudah duduk di tingkat satu RHS. Meskipun ia mahasiswa baru, tampaknya ia dihormati sebab Djohan diberi kelonggaran oleh RHS untuk melanjutkan studi hukurnnya di penjara dan menempuh ujian akhir tahun.<br />Selesai menjalani hukuman penjara, Djohan menolak menandatangani pernyataan yang isinya tidak akan melakukan kegiatan politik lagi. Risikonya ia tidak dibenarkan melanjutkan kuliah di RHS. Itu satu hal. Hal lainnya, ia kehilangan hampir seluruh rekannya tokoh-tokoh PNI Pendidikan – juga aktivis-aktivis politik nonkoperasi lainnyá – yang sudah hidup di pembuangan Digul, Banda Neira atau Ende – Flores: Bung Hatta, Bung Sjahrir, Bondan, Burhanuddin, TA Murad, Maskun, dan lain-lain. Juga dr. Tjipto, dr. Twa Kusumasumantri, Bung Karno, dan banyak lainnya.<br />Anak muda berumur 22 tahun itu tidak kehilangan akal. Sebagai salah seorang dari tinggal sedikit kader PNI-Pendidikan yang masih bebas saat itu, Djohan Sjahroezah malahan menunjukkan militansi dan konsistensi perjuangannya, sekaligus “kesabaran revolusioner”nya. Niscaya periode ini menempa dan mematangkan ketokohan anak muda alumnus penjara Sukaniiskjn ini.<br />Dimulai dengan mengurus dirinya sendiri, Djohan mengembangkan kemampuannya bekerja sama dengan banyak pihak, melakukan berbagai prakarsa perjuangan dalam bentuk gerakan di bawah tanah, seraya menambah teman dan kader.<br />Mulanya Djohan bekerja pada Kantor Berita atau Biro Iklan Arta – milik seorang Belanda bernama Samuel de Heer – yang menyiapkan artikel-artikel feature untuk dimuat di koran-koran di seluruh Hindia.<br />Djohan menikah tahun 1937 dengan Zus Yoyet, anak H. Agus Salim lalu pindah ke Tarakan, bekerja pada perusahaan pertambangan minyak Shell. Dalam waktu amat singkat ia pun dipecat gara-gara mendirikan serikat buruh minyak.<br />Begitu kembali ke Batavia Djohan Sjahroezah, bersama Adam Malik dan Pañdoe Kartawiguna mendirikan kantor berita sendiri tahun 1937, yaitu KB Antära yang kemudian menjadi kantor berita nasional resmi sampai sekarang.<br />Pengalaman-pengalaman kerjanya di KB Arta sebelumnya dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan KB Antra, sejak dari organisasi dan manajemen, sampai teori dan praktek menulis karya-karya jurnalistik. Kader-kader jurnalistiknya di KB Antara antara lain Adam Malik, Mochtar Lubis, Sukarni, juga adiknya, Hazil. Karena itu tidaklah mengherankan jika Adam Malik menempatkan dirinya sebagai salah seorang kader Djohan Sjahroezah juga. Dengan demikian sebenarnya Djohan juga adalah salah seorang peletak pers Indonesia!<br />Selain itu Djohan membantu menghidupkañ kembali sk PNI Kedaoelatan Rakjat (1937) namun berumur pendek lalu sk, Negara (1941) – yang nomor perdananya memuat sebuah artikel ekonomi Bung Hatta.<br />Menjelang masuknya militer Jepang tempat pembuangan Bung Hatta dan Bung Sjahrir dipindahkan ke Sukabumi. Ketika Belanda menyerah kepada Jepang dan Bung Hatta dibebaskan, maka Djohan menjadi sekretaris Bung Hatta. Lalu dengan bantuan Bung Hatta, Djohan Sjahroezah pindah ke Surabaya (1943). Tugasnya adalah menerjuni dunia buruh minyak BPM di Wonokromo dan Cepu, seraya menyusun jaringan gerakan bawah tanah yang lebih luas. Djohan melakukan kontak dengan “PKI Illegal” warisan Musso. Juga dengan Soekarni serta para pemuda pengikutnya di Menteng 31, Jakarta.<br />Dalam buku yang sama J.D. Legge menulis (hlm. 106): “Ia meletakkan landasan organisasi serikat buruh BPM, berupa kelompok-kelompok kerja sesuai fungsi perusahaan, teoritis untuk menyalurkan propaganda, kadangkala untuk taktik slow down. Hubungan dengan petugas sumur minyak Krukah, Lidah, Wonokromo, NgIobo, Wonosari, dan kilang minyak Cepu dibentuk.<br />Kegiatan Djohan tidak di serikat buruh saja. Rumahnya di lorong dekat Jalan Embong Malang menjadi terminal para penghubung banyak tempat di Jawa Timur, Madura dan Bali. Djohan seperti Sjahrir punya wakil-wakil di luar Jawa Timur: ML Tobing – Semarang, Dimyati – Yogya. ; la juga memiliki hubungan dengan kelompok dan anggota organisasi lain. Seperti Darmawan Mangunkusumo, Cak Ruslan dan Komite Angkatan Muda Surabaya, dengan PKI bawah tanah. Juga dengan aktivitas Murdianto di kalangan siswa SMT Sukarni teratur mengunjunginya, Dengan cara ini Ia memelihara hubungan dengan Asrama Angkatan Baru di Menteng 31 Jakarta, “Sepanjang masa itu Djohan Sjahroezah tetap berkomunikasi erat dengan Sjahrir, yang untuk tujuan itu sering berkunjung ke Surabaya. “Dilihat dari segi itu ia dapat dianggap bagian dari organisasi Sjahrir yang lebih luas,” tulis Legge, “Namun, kegiatan – kegiatannya sendiri begitu luasnya sehingga akan lebih tepat kiranya bila dikatakan bahwa ía mempunyai jaringan tersendiri, yang di banyak tempat bertumpang tindih dengan jaringan Sjahrir, tetapi dapat dibedakan darinya dan lebih beragam komposisinya.”<br />Setelah proklamasi kemerdekaan Djohan Sjahroezah bersama Sjahrir memprakarsai pembentukan Paras dan kemudian juga dalam penggabungan Paras dengan Parsi menjadi Partai Sosialis. Sebagai anggota dari Badan Pekerja KNIP ia begitu intensifnya melakukan kerja sama di dalam kelompok-kelompok yang tergabung dalam Sayap Kiri, di samping membantu PM Sjahrir dan Wakil Presiden Hatta.<br />Inilah kekhasan Djohan Sjahroezah, Selain bisa mandiri, secara pribadi ia juga mampu melakukan kerja sama perjuangan, baik dengan tokoh-tokoh generasinya sendiri atau generasi yang lebih tua, maupun generasi yang lebih muda; bahkan dengan mereka yang berlainan ideologi dan kelompok – serta dihargai oleh mereka. Masih seperti yang dicatat Legge, bahwa “di antara orang-orang yang berada di sekitar Sjahrir, dialah yang paling doktriner, kata Soebadio Sastrosatomo (Sebagai contoh Badio menandaskan bahwa dalam argumentasinya untuk mendukung pemerintah yang dipimpin oleh Hatta pada tahun 1948, Djohan Sjahroezah, dengan menggunakan istilah-istilah Marxis klasik, menyebut periode itu sebagai revolusi borjuis. Lebih dari yang lain-lain, ia adalah “nabi bagi perjuangan,” kata Abu Bakar Lubis. Sitorus mengatakan, ía “boleh jadi merupakan orang Indonesia yang paling pandai.”<br />Namun begitu unsur-unsur komunis menimbulkan keretakan dalam tubuh Partai Sosialis dan pertentangan dalam Sayap Kiri yang kemudian menjatuhkan kabinet Sjahrir, maka Djóhan Sjahroezah bersama Soemartojo, Soebadio dan lain-lain, memimpin pembentukan PSI.<br />Ada yang menyesalkan bahwa kader-kadernya ada yang menjadi komunis misalnya, seperti Soemarsono ang nencetuskan Peristiwa Madiun. Organisasi buruh yang dibentuknya kemudian menjadi basis bagi SOBSI yang merupakan organ PKI dan berbalik menentangnya, setidaknya secara politis. Tapi dalam sejarah, hal yang sama juga terjadi pada Isa Almasih (salah seorang muridnya adalah Judas Iskariot), pada Sjahrir dan Hatta (anak angkat mereka MH Lukman justru menjadi PKI).<br />Kemudian ia, danjuga saya serta barangkali L.M. Sitorus, lapisan kedua di bawah Bung Sjahrir yang langsung mengurus program kampanye partai untuk memenangkan dua kali pemilihan umum tahun 1955, dinilai gagal.<br />
BUNG DJOHAN adalah pribadi yang bebas. Mantap namun waspada (kritis). Penampilan tenang namun amat responsif Nyerap. Orangnya sabar, tidak curiga, terbuka. Ia konsisten dengan garis perjuangan. Jujur, setia kawan. Djohan tak pernah membenci orang lain, Tidak juga rasa curiga. Ia terbuka pada siapa saja. Transparan.<br />Tapi ía pejuang yang matang. Ia mandiri namun yang bisa pula bekerja sama dengan pejuang-pejuang lain, termasuk yang berbeda ideologi. Ia tidak pernah melepaskan prinsip perjuangan. Solidaritasnya tinggi. Setahu saya, Djohan tidak pemah membenci orang. Juga tak pernah punya musuh pribadi, tidak juga dari partai Murba, PNI, atau PKI sekalipun!<br />Kehidupannya sederhana, kalau bukan amat bersahaja. Di Jakata Djohan Sjahroezah menempati pavilyun rumah kediaman H: Agus Salim, jadi Ia tinggal bersama mertua.<br />Kalau bersama Djohan ke Parlemen kami hanya naik beca. Jadi hemat. Hemat itu perlu, sebab sebagai anggota Parlemen kami harus menyetorkan 15% pendapatan untuk kas partai, misalnya uang sidang. Yang datang menjemput adalah Soemartojo, sebab ia adalah Sekretaris bagian Umuñ PSI.<br />Seperti Sumartojo atau Sastra, Djohan adalah tokoh pimpinan yang berakar pada masyarakatnya. Ia bukan pemimpin salon atau yang hanya melihat dan menilai perjuangan dari ketinggian menara gading. Karenaitu bahasanya juga bisa dipahami siapa saja. Kalaulah ada stereotipe bahwa “orang-orang sosialis Sjahrir,” sulit dipaharni dan “arogan”, tipe demikian tak ada pada Djohan Sjahroezah.<br />
BUNG DJOHAN SJAHROEZAH bukan orang komunis namun dalam hal-hal tertentu belajar dari orang komunis. Belajar artinya bersikap terbuka, suatu ajaran yang juga dianjurkan Islam, Sebuah hadist Nabi Muhammad justru berbunyi, “Tuntutlah ilmu, meski ke negeri Cina sekalipun!”. Bung Djohan mempraktekkan hadist itu sebab Ia senantiasa mengingatkan rekan-rekannya bahwa dalam perjuangan politik dibutuhkan kesabaran politis. Itu dipetiknya dari Mao Ze Dong, pemimpin komunis Cina tentang perlunya “kesabaran revolusioner.” Bahwa dalam perjuangan politik moment amat menentukan. Dan hal itu bisa diketahui dengan cara terus-menerus mengikuti dan menilai keadaan masyarakat yang berkembang terus-menerus.<br />Tapi kesabaran dimiliki hanya oleh mereka yang mempercayai dan memerlukan kebenaran. Bukan oleh mereka yang sebenarnya hanya memuja dan mengagungkan kekuasaan atau applaus massa. Bung Djohan yang percaya kepada demokrasi tak mudah dibius kata yang sama namun untuk maksud yang bertentangan. Seperti kepercayaannya kepada akal sehat dan humanisme tak memerlukan ilmu klenik atau kata-kata yang berakar pada sistem feodalisme, seperti yang banyak kita saksikan dewasa ini.<br />
BUNG DJOHAN bukan hanya telinga, akal dan hati yang menyimak perkembangandi sekitarnya. Yang Iebih penting lagi, di saat-saat kritis, Ia justru diperlukan hanya untuk didengarkan. Djohan adalah kepemimpinan visioner disaat kritis.<br />Saya teringat, ketika orang-orang Indonesia yang anggota partai komunis Belanda masuk ke Indonesia dan ingin mengendalikan Partai Sosialis di bawah garis dan komando blok komunis Uni Soviet (Kominform), maka Djohan Sjahroezah dan kawan-kawannya mengambil insiatif memisahkan diri dan mendirikan Partai Sosialis Indonesia (PSI) di Yogyakarta tanggal l2 Februari 1948. Suatu 1angkah yang jelas dengan perhitungan masak sebab dengan meletusnya petistiwa Madiun kemudian ternyata Amir memang membawa Partai Sosialis menempuh jalan perlawanan rakyat dengan meriskir (mempertaruhkan) kepentingan negara dan bangsa Indonesia.<br />Atau dalam hal-hal kecil bagaimanapun juga Ia didengarkan oleh Bung Sjahrir, juga Bung Hatta. Saya masih ingat, bagaimana beberapa hari setelah menyerahkan tulisannya sendiri yang dikategorikan penting untuk dimuat di Majalah Sikap dan Majalah Suara Sosialis menjelang deadline, Bung Sjahrir senantiasa merasa perlu untuk mengontak saya sekedar meyakinkan dirinya: “Apa naskah saya sudah diperiksa Bung Djohan? Dia harus baca dulu sebelum dimuat. Terserah dia, pantas atau tidak.” Bung Djohan tersenyum bila diberitahu bahwa Bung Sjahrir menanyakan hal itu. Dan Bung Djohan tak pemah ragu untuk mengedit tulisan Bung Sjahrir – namun diberitahu sebelum dimuat. Akan tetapi yang demikian jarang sekali terjadi. Kadangkala Bung Djohan menugaskan saya untuk menggantikannya memperbaiki bahasa tulisan Bung Sjahrir. Nampaknya bagi siapa pun, Bung Sjahrir lebih mahir menggunakan bahasa Belanda dan Inggris daripada bahasa Indonesia.<br />Bung Djohan niscaya juga salah seorang yang pandangan-pandangannya amat dihormati oleh Bung Hatta. Salah satu kejadian di awal Orde Baru yang tidak bisa saya lupakan adalah di saat-saat santer terdengar bahwa Bung Hatta mau mendirikan partai sendiri, yaitu Partai Demokrasi Sosial Islam. Anggaran Dasarnya bahkan konon sudah dikonsep Saudara Tamimi Oesman di Sumatra Barat. Tapi rencana pembentukan partai itu mati begitu saja apalagi karena tak disetujui pemerintah.<br />Banyak alasan mengapa rencana pembentukan partai oleh Bung Hatta gugur secara prematur. Saya rasa, salah satu sebabnya adalah kritik Bung Djohan Sjahroezah yang disampaikan langsung ketika kami mendatangi Bung Hatta di rumah kediamannya di Jalan Diponegoro, Dengan gayanya yang kalem Bung Djohan berkata tenang:<br />“Katanya Bung mau berdiri di atas semua golongan. Saya rasa itulah yang benar untuk Bung. Citra diri Bung akan lain bila Bung mengecilkan diri dalam suatu kelompok. Lagi pula apakah Bung sudah benar-benar mempelajari dulu situasi, apa iklimnya mendukung atau tidak.”<br />Bung Hatta terperangah. “Menurut Bung bagaimana?”<br />“Bung sudah dengar pendapat saya. Pada akhirnya itu kan terserah Bung sekarang.”<br />Tak lama setelah itu minat Bung Hatta untuk membentuk partai itu hilang. Kepada teman-temannya Bung Hatta bilang bahwa iklim belum favorable untuk itu.<br />
SETELAH pemberontakan PRRI usai, Masyumi dan PSI dibubarkan, Djohan Sjahroezah berkata bahwa Ia melihat kecenderungan perkembangan totaliterisme dan militerisme di Indonesia, sernentara “kerakyatan terjepit dan dikesampingkan jauh.”<br />Menang, sejak Partai Sosialis Indonesia dibubarkan apalagi setelah Bung Sjahrir meninggal, Djohan Sjahroezah tetap menjadi salah satu titik sentral bagi orang-orang yang kehilangan partainya. Ia setia mengikuti dan mempelajari perkemban situasi, mendiskusikannya dengan tenang, mantap dan sabar. Tapi Ia juga tetap terbuka pada semua lapisan dan golongan politik, tak pilih dari kelompok politik manapun. Bertemu dengan Bung Djohan di saat situasi politik yang pengap, senantiasa membukakan hati, pikiran dan semangat kepada perjuangan untuk kepentingan rakyat banyak.<br />Selain itu, seperti saya tulis dalam pidato untuk rnemperingati kematian Bung Diohan Sjahroezah tanggal 10 November l968, sebagai berikut:<br />“Djohan dengan teman-temanya tidak banyak dapat berbuat, Ia hanya kelihatan membiarkan kaum totaliter untuk menghabiskan tenaga mereka sendiri. Arus totaliterisme belum habis, belum terkikis, sedangkan arus demokrasi dalarn ujian.<br />Djohan menyadari kesulitan perjuangan ini, menyadari kesulitan teman dan kawannya, apalagi anak-anak didiknya. Namun Ia percaya bahwa tingkah langkah totaliterisme itu sendiri melahirkan syarat-syaratnya bagi perjuangan rakyat itu sendiri.<br />Dalam masa kritis serangan penyakitnya, Ia seorang perokok berat yang terkena kanker paru-paru tetapi masih memikirkan lanjutan perjuangannya dan beberapa jam sebelum akhir nafasnya –la berkata, “masih banyak yang harus dirombak dan dikerjakan”<br />Sebagai ideolog Bung Djohan tokoh konsisten dengan prinsip perjuangan. Ia militan namun sabar, penuh perhitungan tak gampang berkompromi. Sebaliknya sebagai manusia dan hamba Allah Ia seorang yang memiliki solidaritas tinggi, toleransi yang besar dan pemaaf pada siapa pun. Tapi kematian telah menutup peran dan momentum perjuangan bagi tokoh pejuang yang sabar namun militan ini.<br />“Bagi kita,” kata Adam Malik dalam upacara pemakannya yang sederhana, “Djohan Sjahroezah merupakan seorang teman, seorang pemimpin seorang pembimbing yang selalu memberikan contoh dalam keberanian, kegigihan dan keikhlasan dalarn menghadapi segala masalah perjuangan secara konsekuen.”<br />
*(Dikutip dari Buku ”Memoar Seorang Sosialis – Djoeir Moehamad, Yayasan Obor Indonesia 1997. Hal. 348 – 357) Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-87930608491148820342011-02-14T14:43:00.000+07:002013-06-17T11:46:33.754+07:00Rocky Gerung : Memelihara Republik, Mengaktifkan Akal Sehat<a href="http://www.ziddu.com/download/13254556/NaskahPidatoKebudayaan.doc.html" target="_blank" title="ROCKY GERUNG">DOWNLOAD TULISAN INI</a><br />
<b>Naskah Pidato Kebudayaan<br />Dewan Kesenian Jakarta<br />10 Nopember 2010</b><br />
<b>Memelihara Republik, Mengaktifkan Akal Sehat</b><i>Rocky Gerung</i><br /><b><br />I<br />Indonesia hari-hari ini…</b><br />
Ada konvoi pemuda beringas berkeliling kota menebar moral. Ada anak muda memetik dawai mengelilingi dunia mengukir prestasi.<br />Ada fatwa penyair tua sepanjang hari membenci tubuh. Ada pelajar menggondol medali biologi di pentas dunia berkali-kali.<br />Ada lumpur pebisnis dibersihkan negara dengan pajak rakyat. Ada perempuan desa menembus bukit menyalurkan air bersih dengan tangannya sendiri.<br />Ada koruptor diusung partai jadi pahlawan. Ada relawan bergegas ke medan bencana tanpa menyewa wartawan.<br />
Kita seperti hidup dalam dua Republik: Republic of Fear dan Republic of Hope. Akal sehat kita tentu menghendaki perwujudan Republic of Hope itu, secara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tetapi nampaknya, penguasa politik lebih memilih memelihara Republic of Fear, karena di situlah statistik Pemilu dipertaruhkan. Kemajemukan hanya diucapkan di dalam pidato, selebihnya adalah tukar-tambah kepentingan yang diatur para broker. Hak Asasi Manusia dipromosikan ke mancanegara, tetapi kejahatan kemanusiaan di dalam negeri, diputihkan untuk modal Pemilu. Toleransi dihimbaukan ke seluruh rakyat, tetapi ketegasan tidak hendak dilaksanakan. Mengapung diatas bara sosial itu, sambil membayangkan siasat politik suksesi, adalah agenda harian elit politik hari-hari ini.<br />
Politik tidak diselenggarakan di ruang publik, tetapi ditransaksikan secara personal. Tukar tambah kekuasaan berlangsung bukan atas dasar kalkulasi ideologis, tetapi semata-mata karena oportunisme individual. Di layar nasional, politik elit tampil dalam bentuknya yang paling dangkal: jual-beli di tempat! Tidak ada sedikitpun upaya “sofistikasi” untuk sekedar memperlihatkan sifat “elitis” dari percaloan politik itu. Dengan wajah standar, para koruptor menatap kamera, karena yakin bahwa putusan hakim dapat dibatalkan oleh kekuasaan, bila menolak ditukar saham. Dan sang hakim (juga jaksa dan polisi) memang mengkondisikan sebuah keputusan yang transaksional. Kepentingan bertemu kepentingan, keinginan bersua kebutuhan.<br />
Di layar lokal, politik bahkan sudah diresmikan sebagai urusan “uang tunai”. Seorang calon kepala daerah sudah mengijonkan proyek-proyek APBD kepada para pemodal, bahkan sebelum ia mencalonkan diri dalam Pilkada. Struktur APBD daerah umumnya condong membengkak pada sisi pegeluaran rutin pejabat dan birokrasi ketimbang pada sisi pengeluaran pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Maka sangat mudah memahami bahwa “human development index” kita tetap rendah karena biaya renovasi kamar mandi bupati lebih didahulukan ketimbang membangun puskesmas. Bahkan antisipasi terhadap kemungkinan sang kepala daerah ditetapkan sebagai tersangka korupsi, juga sudah dipikirkan. Maka berbondong-bondonglah para kepala daerah bermasalah itu hijrah dari partai asalnya, masuk ke partai penguasa. Tentu itu bukan transfer politik gratisan. Tadah-menadah politik sudah menjadi subkultur politik nasional. Sekali lagi: kepentingan bertemu kepentingan, kemauan bersua kebutuhan.<br />
Dalam perjanjian konstitusional negara dengan warganegara, keadilan dan keamanan dijadikan agunan untuk menetapkan kewajiban timbal balik. Karena itu, bila saudara membayar pajak, maka saudara berhak memperoleh sistem politik yang memungkinkan keadilan itu diwujudkan. Bila saya patuh pada hukum, maka saya berhak menerima rasa aman dari negara. Tetapi urusan inilah yang kini amat jauh dari harapan publik. Para perusak hukum justeru dilindungi negara. Para pengemplang pajak, justeru dirangkul negara. Dan dalam urusan sistem politik, kita berhadapan dengan persekongkolan politik kartel yang memonopoli distribusi sumber daya politik dan ekonomi. Bahkan oligarki kekuasaan yang sesungguhnya, hanya melibatkan dua-tiga tokoh kunci yang saling menyogok, saling tergantung, dan saling mengintai. Politik menjadi kegiatan personal dari segelintir elit yang terjebak dalam skenario yang saling mengunci, karena masing-masing terlibat dalam persekutuan pasar gelap kekuasaan pada waktu Pemilu.<br />
Ketergantungan politik pada uang-lah yang menerangkan persekongkolan itu. Pertaruhan ini tidak ada hubungannya dengan politik ideologi, karena relasi personal telah menyelesaikan persaingan ideologi. Relasi itu tumbuh karena pelembagaan politik tidak berlangsung. Artinya, sistem kepartaian modern dan sistem parlemen kita tidak tumbuh di dalam kebutuhan untuk membudayakan demokrasi, tetapi lebih karena kepentingan elitis individual. Pemahaman tentang dalil-dalil bernegara tidak diajarkan di dalam partai politik. Etika publik bukan merupakan prinsip politik parlemen. Bahwa seolah-olah ada kesibukan mengurus rakyat, itu hanya tampil dalam upaya mempertahankan kursi politik individual, dan bukan karena kesadaran untuk memberi pendidikan politik pada rakyat. Parlemen adalah kebun bunga rakyat, tetapi rakyat lebih melihatnya sebagai sarang ular. Tanpa gagasan, minim pengetahuan, parlemen terus menjadi sasaran olok-olok publik. Tetapi tanpa peduli, minim etika, parlemen terus menjalankan dua pekerjaan utamanya: korupsi dan arogansi.<br />
Defisit akal di parlemen adalah sebab dari defisit etika. Arogansi kepejabatan digunakan untuk menutupi defisit akal. Maka berlangsunglah fenomena ini: sang politisi yang sebelumnya menjadi pengemis suara rakyat pada waktu Pemilu, kini menyatakan diri sebagai pemilik kedaulatan. Seperti anjing yang menggonggongi tuannya, politisi memutus hubungan historisnya dengan rakyat, dan mulai berpikir menjadi pengemis baru. Kali ini, bukan pada rakyat, tetapi pada kekuasaan eksekutif. Faktor inilah yang menerangkan mengapa oposisi tidak dapat bekerja dalam sistem politik kita. Tukar tambah kepentingan antara eksekutif dan legislatif bahkan berlangsung sampai urusan “titik dan koma” suatu rancangan undang-undang. Transaksi itu sering tidak ada kaitannya dengan soal-soal ideologis, karena memang motif koruptiflah yang bekerja di bawah meja-meja sidang.<br />
Asal-usul politik koruptif ini terkait dengan tidak adanya kurikulum “kewarganegaraan” dalam semua jenjang pendidikan nasional. Sistem pendidikan kita tidak mengorientasikan murid pada kehidupan publik. Konsep “masyarakat” di dalam kurikulum sekolah tidak diajarkan sebagai “tanggung jawab merawat hidup bersama”, tetapi lebih sebagai kumpulan ajaran moral komunal yang pertanggungjawabannya diberikan nanti di akhirat. Konsep “etika publik” tidak diajarkan sebagai keutamaan kehidupan “bermasyarakat”.<br />
<span id="more-1466"></span>Memang, amandemen konstitusi tentang tujuan pendidikan nasional bahkan lebih mengutamakan pendidikan “akhlak” ketimbang “akal”. Konsekwensinya terhadap kehidupan Republik sangatlah berbahaya, karena warganegara tidak dibiasakan sejak dini untuk secara terbuka berargumen. Sangatlah bertentangan misi pendidikan itu dengan imperatif konstitusi kita yang mewajibkan kita “melihat dunia” melalui “kecerdasan” dan “perdamaian”. Sesungguhnya filsafat publik kita semakin merosot menjadi pandangan sempit dan picik, karena pertarungan kecerdasan di parlemen di dalam membela ide masyarakat bebas tidak dapat berlangsung. Pengetahuan dan pemahaman konseptual tentang ide Republik lebih banyak diucapkan dalam retorika “nasionalisme”, dan karena itu kedudukan primer konsep “warganegara” tidak cukup dipahami.<br />
“Kewarganegaraan” adalah ide tentang tanggung jawab warganegara lintas politik, lintas komunal. Realisasinya memerlukan pemahaman fundamental tentang etika parlementarian, yaitu bahwa “kedaulatan rakyat” tidak pernah diberikan pada “wakil rakyat”. Yang diberikan hanyalah kepentingan rakyat tentang satu isu yang secara spesifik didelegasikan pada “si wakil”, dan karena itu dapat ditarik kembali setiap lima tahun. Juga dalam tema ini kita pahami bahwa “kedaulatan rakyat” tidak sama dengan “mayoritarianisme”. Kedaulatan rakyat justeru difungsikan untuk mencegah demokrasi menjadi permainan politik golongan mayoritas. Itulah sebabnya kedaulatan rakyat tidak boleh dikuantifikasi dalam statistik atau dalam hasil Pemilu.<br />
Defisit politik warganegara juga adalah akibat dari surplus politik feodal. Hari-hari ini hegemoni kultur politik feodal itu masuk dalam politik publik melalui langgam perpolitikan istana, ketika “kesantunan” menyisihkan “kritisisme”. Dan kultur itu terpancar penuh dari bahasa tubuh Presiden. Prinsip yang berlaku adalah: kritik politik tidak boleh membuat kuping Presiden menjadi merah.<br />
Feodalisme adalah sistem kekuasaan. Kita tentu tidak menemukannya lagi dalam masyarakat modern. Tetapi seorang penguasa dapat terus mengimajinasikan dirinya sebagai “raja”, “tuan”, “pembesar” dan sejenisnya, dan dengan kekuasaan itu ia menyelenggarakan pemerintahan. Kita justeru merasakan itu dalam kepemimpinan politik hari-hari ini, dalam diskursus bahasa tubuh, dalam idiom-idiom tatakrama, dalam simbol-simbol mistik, bahkan dalam politik angka keramat.<br />
Di dalam kultur feodalistik, percakapan politik tidak mungkin berlangsung demokratis. Bukan saja karena ada hirarki kebenaran di dalam diskursus, tetapi bahkan diskursus itu sendiri harus menyesuaikan diri dengan “aturan politik feodal”, aturan yang tak terlihat namun berkekuasaan. Sangatlah aneh bila kita berupaya menyelenggarakan sebuah birokrasi yang rasional dan impersonal, tetapi mental politik yang mengalir dalam instalasi birokrasi kita masih mental feodal.<br />
Konsolidasi demokrasi memang sudah tertinggal oleh akumulasi kekuasaan. Enersi yang pernah kita himpun untuk menghentikan otoritarianisme, tidak lagi cukup untuk menggerakkan perubahan. Sebagian disebabkan oleh sifat politik reformasi yang amat “toleran”, sehingga memungkinkan seorang jenderal pelanggar HAM duduk berdebat semeja dengan seorang aktivis HAM, mengevaluasi kondisi demokrasi. Juga tidak aneh menyaksikan seorang tokoh terpidana korupsi menjadi narasumber sebuah talkshow yang membahas arah pembangunan nasional. Transisi yang amat toleran itu telah meloloskan juga obsesi-obsesi politik komunalistik yang hendak mengatur ruang politik publik dengan hukum-hukum teokrasi. Di dalam keserbabolehan itulah kekuasaan politik hari-hari ini menarik keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi berdiri di atas politik uang dan politik ayat, kekuasaan itu kini tampak mulai kehilangan keseimbangan. Antara tergelicir ke dalam lumpur, atau tersesat di gurun pasir, kekuasaan itu tampak kelelahan untuk bertahan.<br />
<b>II<br />Tetapi Republik harus tetap berdiri…</b><br />
<b></b>Republik adalah ide minimal untuk menyelenggarakan keadilan, kesetaraan dan kemajemukan. Normativitas ini menuntut pekerjaan politik, pada dua lapis. Pertama, suatu imajinasi intelektual untuk merawat konsep “publik” pada kondisi sekulernya. Kedua, suatu perlawanan politik terhadap teokratisasi institusi-institusi publik. Artinya, ide republik hanya dapat terselenggara di dalam suatu usaha intelektual yang berkelanjutan, yaitu usaha mempertahankan kondisi perdebatan politik pada dataran duniawi, sosiologis dan historis. Usaha ini bukan dimaksudkan untuk meyakinkan kaum absolutis, melainkan untuk membantu mereka yang ragu-ragu karena kekurangan alat kalkulasi logis. Mereka yang “ragu-ragu” inilah sesungguhnya yang dapat “membiarkan” demokrasi dikuasai dan dikendalikan oleh politik absolutis. Golongan “ragu-ragu” ini bukan saja mengalami kecemasan di dalam membayangkan suatu masyarakat sekuler, tetapi juga tergoda membayangkan suatu “keuntungan moral” di dalam suatu politik teokratis. Gangguan akal sehat semacam inilah yang secara cepat dimanfaatkan oleh politik fundamentalisme untuk menebar hegemoni moral mayoritas.<br />
Menerangkan politik sebagai urusan warganegara, sekaligus berarti mempertahankan argumen masyarakat sekuler. Di dalam Republik, status primer seseorang adalah sebagai warganegara (citizen). Ia tentu memiliki sejumlah status privat: agama, etnis, dll. Tetapi status privat tidak mungkin diajukan untuk mendukung argumentasi publik. Republik hanya berurusan dengan argumentasi publik. Keyakinan agama warganegara misalnya, bukanlah urusan negara. Negara tidak dapat diperalat untuk menjamin isi keyakinan itu. Negara hanya menjamin hak berkeyakinan itu, sebagai hak warganegara. Dan sebagai hak, setiap orang bebas mendeskripsikan preferensi religiusnya, sekaligus bebas untuk tidak menggunakannya. Kandungan moral agama bukan urusan negara. Tetapi bila kandungan itu melahirkan kriminalitas, maka negara menghukum atas dasar hukum publik, dan bukan melarang isi keyakinan itu. Batas itu harus dipegang secara teguh sebagai prinsip pendidikan politik publik. Dan prinsip itu harus diterangkan sejak dini pada murid sekolah, dipastikan dipahami oleh anggota partai politik, dan dijadikan diktum pejabat publik. Dengan cara itu kita tidak perlu lagi mendengar pejabat publik mengucapkan kebodohan karena memaksakan pandangan moral pribadinya terhadap soal publik. Di sini sekaligus perlu kita ingatkan bahwa para menteri adalah pembantu Presiden, dan bukan asisten Tuhan.<br />
Keragu-raguan untuk menerima dan menjalankan konsekwensi politik dari ide Republik, terutama disebabkan oleh kepentingan politisasi kekuasaan terhadap kondisi antropologis bangsa ini. Bagaimanapun, simbol-simbol primordial tidak mungkin punah hanya oleh gerak ekonomi global, modernisasi dan kosmopolitanisme. Politik identitas telah menjadi reaksi logis dari kosmopolitanisme, tetapi pemanfaatan politiknyalah yang menjadi isu utama di negeri ini. Artinya, kondisi atropologis kita yang masih kuat berbasis pada paham-paham komunal, juteru dieksploitasi oleh kekuasaan untuk diperjualbelikan di dalam pasar politik. Maka sangatlah ironis ketika kita mengucapkan demokrasi sebagai pilihan sistem politik, pada saat yang sama kita sudah berencana memenangkan pemilu dengan peralatan-peralatan primordial, terutama agama.<br />
Di dalam Republik, kita menyelenggarakan pluralisme. Artinya, kita bukan sekedar mengakui perbedaan pandangan hidup, tapi kita sendiri juga dapat berobah pandangan hidup. Dalam pluralisme, kita tidak menyebut kebenaran itu “relatif”, melainkan “tentatif”. Karena itu selalu terbuka kesempatan untuk berselisih pendapat, agar kita bisa bercakap-cakap.<br />
Kewarganegaraan adalah percakapan diantara mereka yang tidak fanatik. Republik adalah lokasi politik yang menampung semua proposal sekuler. Di sini kita harus pahami ide Republik bukan semata-mata sebagai instalasi politik teknis, tetapi sebagai struktur percakapan etis. Di dalam Republik, “suasana” percakapan publiklah yang lebih utama ketimbang fasilitas-fasilitas politiknya (partai, pengadilan, birokrasi). Di dalam Republik-lah manusia menyelenggarakan dirinya sebagai “zoon politicon”, merundingkan kepentingan bersama, memutuskan keadilan dan mendistribusikan kebutuhan dasar. Proses ini mengandaikan kebebasan dan kesetaraan. Itulah sifat publik dari politik. Dengan kata lain, intervensi nilai-nilai personal ke dalam ruang publik tidak boleh terjadi. Nilai personal, pandangan moral komunal, harus dikonversi ke dalam tata bahasa politik publik bila ingin diajukan sebagai proposal publik. Artinya, keterbukaan dan kesetaraan di dalam Republik hanya mengandalkan diskursus rasio publik. Dan sifat diskursus itu adalah falibilis, bukan absolutis.<br />
Kemajemukan dan “suasana Republik”, sesungguhnya telah kita miliki jauh sebelum Proklamasi diucapkan. Sumpah Pemuda adalah sumber enersi kemajemukan yang sesungguhnya. Pikiran politik di tahun 1928 itu menyadari sepenuhnya kondisi ideologis bangsa ini, kondisi yang potensial bagi konflik horisontal, dan karena itu para pemuda hanya bersepakat untuk tiga hal: satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air. Sumpah Pemuda tidak bersepakat demi soal-soal akhirat, tetapi demi urusan antar manusia di bumi, manusia yang beragam. Mereka bersumpah untuk sesuatu “yang sosiologis” (tanah, bangsa dan bahasa), karena paham bahwa “yang teologis” tidak mungkin dijadikan tali pengikat politik. Politik 1928, tidak terobsesi pada “sumpah keempat”: beragama satu. Kecerdasan itulah yang sesungguhnya hilang dari percakapan politik kita hari-hari ini. Sumpah Pemuda kini hanya diingat dalam tema “kebangsaan” yang bahkan disempitkan menjadi “keberagaman dan keberagamaan” (dan karena itu perayaannya cuma diisi oleh petuah dan pesan-pesan agamis). Padahal moral dan filsafat politiknya telah mendahului menyelesaikan pertikaian politik agama dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945.<br />
Argumen ini harus kita ajukan untuk memastikan bahwa sumber kebudayaan modern dari ide republikanisme, sudah disediakan 17 tahun sebelum republik diproklamasikan. Artinya, ide republikanisme sudah dipelihara oleh “masyarakat sipil”, jauh sebelum diformalkan oleh “masyarakat politik” melalui konstitusi 1945. Bahkan obsesi untuk memberi warna “agamis” pada penyelenggaraan negara (melalui debat panjang di Konstituante), juga dibatalkan oleh kecerdasan kebangsaan modern, yaitu bahwa di dalam Republik, rakyatlah yang berdaulat, bukan Tuhan atau Raja. Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan itu: “Negara berdasarkan Kedaulatan Rakyat” .<br />
Ide Kedaulatan Rakyat ini memberi kita batas yang tegas tentang wilayah politik. Yaitu bahwa politik adalah transaksi sekuler dengan ukuran-ukuran rasional, empiris, dan historis. Bahwa bahasa politik adalah bahasa yang dapat diperlihatkan konsekwensinya “di sini dan sekarang”, bukan “nanti dan di sana”. Bahwa ukuran-ukuran moral harus tumbuh dari pertarungan gagasan-gagasan historis, bukan dari doktrin-doktrin metafisis. Bahwa warga negara hanya terikat pada ayat-ayat konstitusi, dan bukan pada ayat-ayat suci. Bahwa fakta adanya golongan mayoritas (dalam agama misalnya), hanyalah petunjuk demografis, yaitu untuk keperluan administrasi kependudukan dan bukan untuk keunggulan kedudukan suatu kelompok terhadap yang lain. Di dalam demokrasi, identitas individu (agama, kelamin, pekerjaan), hanya dicatat sebagai data statistik, dan bukan alasan pembedaan warganegara.<br />
Sangatlah berbahaya bila seseorang didefinisikan sebagai minoritas dalam agama atau preferensi seksual misalnya, karena sekaligus ia akan menjadi warganegara kelas dua. Diskriminasi inilah yang harus kita perangi, karena ia menyebabkan permusuhan sosial atas alasan-alasan irasional. Misalnya, apakah karena seseorang tidak beragama, maka ia akan dikucilkan dan dilecehkan, atau bahkan dianiaya? Di dalam demokrasi, agama adalah hak. Artinya, ia boleh dipakai, boleh tidak. Negara tidak berhak memaksakan kewajiban beragama, karena hal itu melanggar kebebasan hati nurani. Agama adalah wilayah hati nurani. Kesucian keyakinan dan kejujuran ketakwaan seseorang hanya menjadi rahasia antara dia dan Tuhannya. Kemuliaan itulah yang harus dipisahkan dari kehidupan politik sehari-hari, karena di dalam demokrasi kita tidak mungkin menghakimi seseorang berdasarkan ukuran moral orang lain. Sejauh preferensi moral dan religi seseorang tidak diterjemahkan menjadi tindakan kriminal, maka negara harus bertindak imparsial didalam melayani hak-hak sipil dan politiknya. Atas dasar itulah negara berkewajiban mengedarkan etika publik, yaitu pendidikan kewarganegaraan yang membiasakan warganegara hidup dalam politik kemajemukan.<br />
Kedaulatan Rakyat berarti bahwa keputusan politik dipertengkarkan atas kebutuhan keadilan dan kesetaraan sosial warganegara, dan bukan atas ukuran-ukuran hirarki kesolehan dan kesucian sebuah umat. Asumsi kedaulatan rakyat adalah bahwa semua orang setara dalam kecerdasan dan kebebasan, dan karena itu keputusan politik harus diambil dalam ruang antisipasi kesalahan, dan bukan dalam ruang kebenaran doktrinal.<br />
Di dalam republik, “kebenaran” disirkulasikan dengan pikiran, dan bukan dengan keyakinan. Itulah sebabnya “kebenaran” dapat dibatalkan dengan argumen, dan bukan dipertahankan dengan kekerasan. Spekulasi epistemologis bahwa “kebenaran” itu harus satu, dan karena itu politik harus menjadi absolut, pernah membawa politik kita ke dalam sistem otoriterisme. Dan bila sekarang “kebenaran” itu hendak dipaksakan kembali atas dasar spekulasi teologis, maka kita sungguh-sungguh sedang mengumpankan diri pada otoriterisme teokratis. Inilah cara pandang monolitik yang kini semakin meluas dalam kehidupan politik kita akhir-akhir ini, suatu paradoks di dalam sistem demokrasi yang kita pilih.<br />
Cara pandang politik semacam itu sesungguhnya berakar di dalam antropologi komunalisme yang kian tumbuh justeru dalam kondisi globalisasi. Komunalisme adalah alam pikiran konservatif yang memandang individu sebagai subyek tanpa eksistensi, yang identitasnya tergantung pada identitas komunitas. Komunalisme hendak menetapkan bahwa di luar komunitas, tidak ada identitas. Tetapi hal yang paling konservatif dari alam pikiran ini adalah keyakinan bahwa keutuhan komunitas memerlukan pengaturan doktrinal. Konsekwensinya adalah: tidak boleh ada pikiran bebas individu. Pandangan kebudayaan inilah yang kini sedang diedarkan melalui bawah-sadar politik rakyat oleh partai-partai berbasis agama, yang mengeksklusifkan kehidupan publik mengikuti parameter-parameter komunal. Secara kongkrit, pandangan itu berwujud dalam perda-perda agama.<br />
Secara gradual kita merasakan infiltrasi pikiran itu dalam berbagai aturan publik dengan memanfaatkan fasilitas demokrasi, yaitu kekuasaan parlemen membuat undang-undang. Politik adalah upaya menguasai ruang publik. Demokrasi memang toleran terhadap kontestasi pikiran. Tetapi politik komunalisme hendak menutup ruang publik itu dengan suatu diktum ontologi absolutis: hanya boleh ada satu Ada, dan karena itu, ada yang lain tidak boleh ada!<br />
Dalam versi sekulernya, pandangan komunalisme ini pernah memayungi praktek penyelenggaraan konstitusi kita, yaitu melalui doktrin “negara integralistik”, suatu pandangan feodalistik yang dijalankan dengan dukungan militer di masa Orde Baru, dalam konspirasinya dengan kekuatan kapital. Praktek politik ini hanya mungkin berlangsung karena akar-akar budaya feodal itu memang ada di dalam masyarakat kita.<br />
Tetapi bentuk komunalisme hari-hari ini adalah suatu sikap eksklusivisme religius yang memanfaatkan keterbukaan demokrasi, sambil mengeksploitasi simbol-simbol agama yang memang kuat tertanam dalam antropologi politik bangsa ini. Anda mungkin terkejut mendengar seorang murid SD menunjukkan jalan kepada sopir taksi, sambil mengingatkan: “itu rumah orang kafir lho!” Dalam kasus semacam ini, kita tahu ada problem serius tentang kewarganegaraan, kemajemukan, dan pikiran terbuka. Ada problem serius tentang kehidupan di sekolah-sekolah, di dalam kurikulum dan organisasi-organisasi masyarakat. Acuan konsep-konsep publik yang seharusnya menimbulkan toleransi horisontal, telah diajarkan justeru dengan doktrinasi diskriminatif pada generasi yang baru tumbuh.<br />
Politik kita hari-hari ini sedang menjalankan “crypto-politics”. Elit menunggangi kebodohan dan kepatuhan komunal, untuk mencapai tujuan-tujuan kekuasaan. Sekarang ini, memimpin atau sekedar menjadi bagian dari suatu komunitas religius merupakan kebutuhan politis elit untuk mencapai status-status publik. Kesolehan menjadi simbol kewarganegaraan. Tatakrama menjadi pembatas kritisisme. Diskursus demokrasi menjadi tempat nyaman untuk mengorganisir kekuasaan dengan memanfaatkan peralatan agama. Simbol-simbol privat kini merajai kehidupan publik. Mayoritarianisme mendikte paham kedaulatan rakyat. Bahkan Mahkamah Konstitusi bersikap sangat adaptif terhadap logika “mayoritarianisme” itu, dengan menerima argumen-argumen privat dalam memutuskan urusan publik.<br />
Benar bahwa sistem demokrasi membuka ruang kebebasan bagi berbagai aspirasi. Tetapi apakah aspirasi kebencian, misoginis, intoleran dan bahkan kriminal harus dinilai sama dengan aspirasi keadilan, otonomi tubuh, dan kebebasan berpendapat?<br />
Di dalam demokrasi, realitas selalu berarti “realitas sosial”. Yaitu kondisi kehidupan yang selalu memungkinkan kebenaran dikoreksi melalui bahasa manusia. Dan koreksi itu adalah pekerjaan duniawi yang harus terus diaktifkan, karena apa yang ada di akhirat tidak mungkin dikoreksi. Inilah realitas yang harus disimulasikan terus menerus, untuk menggantikan psikologi obsesif yang menghendaki pemenuhan kebenaran akhirat di Republik manusia.<br />
Ide Republik memberi kita pelajaran moral yang sangat mendasar, yaitu etika publik harus menjadi satu-satunya ikatan kultural di antara warganegara. Etika publik adalah hasil negosiasi keadilan, didalam upaya memelihara kehidupan bersama berdasarkan apa yang bisa didistribusikan di dunia, dan bukan apa yang akan diperoleh di akhirat.<br />
Misalnya, obsesi untuk menyempurnakan keadilan harus kita hasilkan melalui sistem pajak, karena melalui pajaklah relasi warga negara disetarakan. Karena itu, sangatlah janggal bila pajak saudara untuk keadilan sosial di bumi, digunakan negara mensubsidi mereka yang ingin masuk surga.<br />
<b>III<br />Dan kita adalah warganegara Dunia…</b><br />
<b></b>Soal yang juga terus menimbulkan kemenduaan mental politik kita hari-hari ini adalah masalah globalisasi. Ketakutan untuk masuk dalam percakapan politik global telah menghasilkan reaksi atavistik yang memalukan. Kita menyembunyikan kegagapan kebudayaan kita dengan cara menyulut api nasionalisme, seolah-olah asap tebalnya dapat menghalangi tatapan dunia terhadap praktek politik koruptif dan mental feodal bangsa ini. Nasionalisme menjadi semacam “mantra penangkal bala” setiap kali kita membaca laporan-laporan dunia tentang index korupsi kita yang masih tinggi. Nasionalisme kita pasang sebagai tameng setiap kali diperlukan evaluasi hak asasi manusia dan kebebasan pers oleh masyarakat internasional. Kita tidak memberi isi nasionalisme itu sebagai ide yang dinamis, “in-the-making”, tetapi kita menyimpannya sebagai benda mati dan memperlakukannya sebagai jimat politik.<br />
Nasionalisme adalah identitas publik yang seharusnya kita olah dengan akal untuk ditampilkan sebagai modal diplomasi politik dan ekonomi. Nasionalisme masa kini ada pada keunggulan “national brand”, dan bukan ditampilkan sebagai psikosis pasca-kolonial.<br />
Dan khusus menyangkut isu neoliberalisme, reaksi kita bahkan nyaris mistik. Kita memakai tameng-tameng tradisi untuk memusuhi suatu alam pikiran yang tidak pernah berwujud di belahan bumi manapun. Kita mengorganisir kemarahan publik untuk memusuhi sesuatu yang adanya hanya di buku-buku filsafat. Tetapi seandainya pun perlawanan itu harus diberikan, kita justeru menolak mengajukan marxisme sebagai lawan filosofi yang sepadan, dan malah menyiapkan ayat-ayat agama sebagai kontra moral baginya. Agaknya, hanya di negeri ini dua ideologi yang bermusuhan, kita musuhi sekaligus. Kita menolak dua-duanya dengan akibat kita tidak pernah paham logika sesungguhnya dari susunan-susunan pikiran itu. Karena itu, retorika dan hiruk-pikuk seputar isu “neolib” terasa lebih sebagai hasil refleks psikologi poskolonial yang dangkal ketimbang hasil refleksi intelektual yang dalam. Akibatnya, slogan neoliberal menjadi stempel politik baru bagi siapa saja yang dianggap mengedarkan kebebasan individu atau mengucapkan dalil-dalil ekonomi pasar. Kita tidak merasa perlu untuk mendalami filsafat itu karena kita lebih mengandalkan emosi yang panas ketimbang analisa yang dingin. Politik stigmatisasi semacam ini tidak mendidik rakyat untuk mengucapkan argumen, karena memang hanya dimaksudkan untuk meneriakkan sentimen.<br />
Di sinilah kita perlu kembali pada akal sehat, yaitu memeriksa konsekwensi politik dari suatu debat palsu tentang ideologi ekonomi. Pada tingkat kebijakan, urgensi untuk memenuhi kebutuhan rakyat tidak lagi diukur berdasarkan sistem-sistem abstrak ideologi, melainkan oleh tuntutan keadilan di dalam politik distribusi. Pemerintah yang korup, di dalam sistem ideologi apapun, pasti menyengsarakan rakyat. Demikian juga, pasar yang efisien tidak dirancang dengan variabel nepotisme di dalamnya. Jadi, mendahului berbagai perselisihan ideologi, kita harus memastikan bahwa korupsi dan arogansi politik tidak boleh dipelihara dalam sistem politik kita. Dari sana, baru kita dapat menyusun kombinasi paling rasional antara peran pasar dan negara dalam melayani warganegara.<br />
Obsesi kita tentang “ke-Indonesia-an” hari-hari ini, tidak cukup lagi merujuk pada dokumen-dokumen historis di masa lalu (Sumpah Pemuda, Proklamasi, dll), tetapi kita perlu memperluasnya pada kebutuhan politik masakini untuk mewadahi “kemajemukan baru”, yaitu kemajemukan yang timbul oleh percakapan kebudayaan dan teknologi global. Percakapan kebudayaan itu lebih sering berlangsung di dalam ruang maya, dan nampaknya demokratisasi pikiran dan ide lebih dihargai di dalam kondisi digitalnya, ketimbang dalam pergaulan sosial nyata.<br />
Perkembangan “ruang politik digital” itu, menandai suatu transisi peradaban politik baru. Imajinasi misalnya, akan meloloskan diri dari sensor institusi-institusi formal negara, dan karena itu, ukuran-ukuran moral lama sesungguhnya sudah memasuki masa kadaluwarsa. Kini, sangat mungkin juga orang mendirikan rumah-rumah ibadah digital, bukan sekedar untuk menghindar dari lemparan batu kaum fundamentalis, tapi untuk sungguh-sungguh memberi tahu mereka bahwa surga juga dapat dibayangkan secara teknologis, dan diselenggarakan secara ekonomis.<br />
Tetapi politik adalah penyelenggaraan keadilan di dalam ruang sosial nyata. Ruang digital tidak boleh berubah menjadi tempat mencari suaka. Ruang digital hanya boleh menjadi ruang konsolidasi subversif, untuk membebaskan ruang sosial nyata dari hegemoni politik konservatif-fundamentalis.<br />
Sesungguhnya, sama seperti ruang demokrasi, ruang digital itu juga dimanfaatkan oleh politik fundamentalis untuk menimbun dan menyebar kebencian, intoleransi dan permusuhan. Jelas bahwa ruang digital hanyalah sarana operasi politik, sementara markasnya tetap berada di dalam ruang sosial nyata: di ruang rapat partai, di kelas-kelas sekolah, di rumah-rumah ibadah.<br />
Dalam konteks solidaritas global itu, kondisi kemanusiaan tidak mungkin lagi dipahami dalam definisi-definisi primordial. Kita tidak menjadi “manusia” hanya karena terikat pada kesamaan etnis dan keyakinan. Kita menjadi manusia karena kita terikat pada problem sosial yang sama, yaitu kemiskinan dan krisis energi global. Kita tidak mencari rasa aman pada aturan-aturan komunal, bila kita paham bahwa hukum hak asasi manusia telah menyelamatkan peradaban dari politik genosida di berbagai penjuru dunia. Kemanusiaan kita hari ini lebih diikat oleh kewajiban global untuk mengatasi bencana alam dan memberi perlindungan pada para pencari suaka. Kemanusiaan adalah solidaritas etis terhadap masalah masa kini, dan bukan perkelahian ideologis di jalan buntu.<br />
Mengucapkan kemanusiaan sebagai “solidaritas etis” harus memungkinkan setiap orang keluar dari koordinat mentalitas komunalnya. Pertemuan di dalam ruang politik adalah pertemuan untuk mempercakapkan kemungkinan-kemungkinan sosiologis, dan bukan kepastian-kepastian teologis. Menerima politik sebagai “ruang antagonisme”, berarti memahami peluang untuk suatu konfrontasi etis demi alasan-alasan keadilan. Karena itu politik mengandaikan resipkrokasi percakapan, dan itu berarti wacana publik hanya dapat diselenggarakan bila keadilan dikonsepsikan secara sekuler. Anda tentu tidak membayar pajak untuk memperoleh “pahala akhirat”, melainkan untuk menjamin keadilan di bumi. Artinya, solidaritas etis harus dapat diukurkan langsung pada kesosialan manusia hari ini, agar kita tidak menunda keadilan sampai tibanya hari kiamat.<br />
Tentu saja kita masih masih perlu memandang diri sendiri melalui cermin-cermin identitas yang dipasang mengelilingi hidup komunal kita. Cermin-cermin itu seperti memberi rasa aman primitif kepada identitas seseorang. Kita bahkan perlu menggosok cermin itu agar kilaunya menimbulkan rasa unggul primitif pada kelompok. Tetapi sekali kita melangkah ke luar rumah, narsisisme itu tidak lagi banyak gunanya. Di dunia nyata, yang kita temukan adalah berbagai masalah sosial yang tidak mungkin sekedar diatasi dengan doa, sesajen dan mantra. Politik kelas tidak dapat ditunggu penyelesaiannya di akhirat. Demikian juga kerusakan lingkungan tidak dapat ditangkal oleh komat-kamit sejumlah dukun. Kesetaraan gender, bahkan menuntut cermin-cermin itu dipecahkan!<br />
So, do you speak Pluralism? Do you speak Environmentalism? Feminism?, Queer? Kita sedang berbicara tentang “politics of recognition”. Dan itu berarti pemihakan pada mereka yang tersisih oleh kekuatan-kekuatan kekuasaan, kapital dan kebudayaan. Dasar etis dari “politik pengakuan” ini adalah bahwa suatu kelompok yang tersisih hanya karena kedudukannya yang “minoritas” dalam masyarakat politik, harus memperoleh perlindungan istimewa dari negara. Itulah alasan misalnya bagi pengakuan atas hak “affirmative action” bagi politik perempuan. Itu juga alasannya keperluan kita membela hak-hak “queer”, karena orientasi seksual adalah kondisi yang sangat individual. Negara tidak dapat diperalat untuk menjalankan moral mayoritas.<br />
Didalam diktum yang paling keras, negara justeru diadakan untuk melindungi kelompok minoritas. Sebaliknya, kelompok mayoritas yang masih menuntut pengakuan, adalah kelompok yang sebetulnya bermental minoritas.<br />
<b>IV<br />Di Republic of Hope</b><b></b><br />
<b></b>Kita menyelenggarakan Republik bukan karena keunggulan teoretis dari konsep itu. Kita menyelenggarakan Republik juga bukan karena asal-usul kebudayaannya. Kita memilih Republik karena hanya sistem itu yang mampu memelihara kemajemukan kita. Kita menyebutnya Republik Indonesia, tanpa predikat tambahan, karena hanya itu bentuk maksimal dari persaudaraan warganegara. Indonesia hanya bersatu dalam nusa, bangsa dan bahasa. Kita tidak ingin bersatu dalam urusan agama, tatakrama dan busana. Kita menyelenggarakan Republik agar kita bisa berselisih dalam soal-soal dunia, dan bukan bertengkar untuk soal-soal akhirat.<br />
Sesungguhnya, negara ini tidak berlokasi di dalam situs-situs purbakala. Dengan mengucapkan proklamasi kemerdekaan, kita sekaligus memutuskan untuk bergaul dalam peradaban dunia modern yang dinamis. Dalam pergaulan global itulah kita melatih akal sehat kita, agar kita tidak cuma sanggup mencerca tanpa arah, atau marah ke segala arah. Reaksi-reaksi primitif itu hanya akan menguras enersi mental kita, untuk akhirnya menyerah pada kecepatan pikiran dunia.<br />
Di situlah suatu bangsa memerlukan kepemimpinan politik visioner. Kepemimpinan yang cerdas, yang mampu membangkitkan imajinasi rakyat. Kecanduan pada kekuasaan adalah hal yang biasa bagi seorang pemimpin. Tetapi kecanduan yang tidak menimbulkan imajinasi pada rakyat, adalah kecanduan seorang pemimpin medioker. Kekuasaan memerlukan kecerdasan agar arah peradaban bangsa dapat dibayangkan dalam suatu psikologi harapan. Tetapi kesempatan untuk memperoleh psikologi itu kini tidak lagi tersedia, karena dari kepemimpinan serba-tanggung tidak mungkin terbit gagasan serba agung. Bangsa ini sekarang kehilangan imajinasi tentang sebuah Republic of Hope, dan kekosongan itulah yang kini diisi oleh para ahli akhirat.<br />
Pepatah Itali mengingatkan: “Bila akal sehat tertidur, maka para monsterlah yang menguasai malam”. Kepemimpinan yang gagal mengaktifkan akal sehat, bertanggung jawab terhadap munculnya Republic of Fear. Ekonomi dapat bertumbuh tanpa kebijakan pemerintah, tetapi keamanan warganegara dan keadilan sosial menghendaki pemihakan negara. Tanpa pemihakan itu, Republic of Fear akan tumbuh melampaui Republic of Hope.<br />
Kita memelihara Republik, karena hanya dalam ruang politik itulah pikiran individu memperoleh kesempatan untuk diperiksa secara publik. Pikiran yang tidak dapat diperiksa di depan publik, adalah pikiran yang membahayakan Republik. Kita memelihara Republik karena kita ingin hidup dalam kesetaraan, kemajemukan dan keadilan. Marilah merawat Republik dengan akal sehat, agar para monster tidak menguasai malam, agar kita dapat nyenyak sepanjang malam. Karena besok, ada tugas menanti di Republic of Hope.<br />
Terima kasih.<br />
SUMBER : http://www.dkj.or.id/articles/sastra/rocky-gerung-merawat-republik-mengaktifkan-akal-sehat Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-67324746812518081692010-12-27T19:36:00.001+07:002010-12-27T19:36:50.380+07:00Berkembang di Iklim Barat<p>AKHIR musim panas 1929. Seorang pemuda berkulit cokelat menginjakkan kaki di Amsterdam. Baru datang dari Hindia Belanda, Sutan Sjahrir, pemuda itu, segera terpikat oleh suasana masyarakat Belanda yang begitu hidup, seakan tak pernah beristirahat. "Tak ada yang melebihi keheranan saya ketika tiba di Belanda," tulisnya dalam Renungan Indonesia. "Bulan-bulan pertama selalu terkenang." </p><p>Dia pun mereguk sepuas hati kebebasan di negeri itu. Di sana, garis pemisah antara warga negeri penjajah dan penduduk wilayah jajahannya tak terlihat sama sekali. Sjahrir tak hanya berteman dengan sesama mahasiswa asal Indonesia. Pada bulan-bulan pertama di Belanda, dia menulis surat kepada Salomon Tas, Ketua Amsterdam Sociaal Democratische Studenten Club. Perkumpulan mahasiswa sosial demokrat Amsterdam itu berafiliasi dengan Partai Sosialis Demokrat Belanda (SDAP). Sjahrir ingin mengenal perkumpulan itu lebih dalam. </p><p>"Begitu menerima surat itu saya langsung melompat ke atas sepeda, pergi mengunjungi Sjahrir," tulis Salomon Tas dalam Souvenirs of Sjahrir. Rumah Tas tak jauh dari flat keluarga Nuning Djoehana di Amsterdam Selatan-tempat Sjahrir menumpang. Kedua pemuda itu cepat bersahabat. Sjahrir bergabung dengan perkumpulan yang dipimpin pemuda keturunan Yahudi itu. </p><p>Bersama Tas, istrinya Maria Duchateau, Judith, teman Maria, dan Jos Riekerk, Sjahrir kerap berdiskusi soal politik dan mengupas pemikiran para filsuf sosialis. Dia tekun melahap tulisan Rosa Luxemburg, Karl Kautsky, Otto Bauer, Hendrik de Man, dan tentu saja Marx dan Engels. </p><p>Di saat lain, mereka menonton film dan teater, atau sekadar bercengkerama di bar dan kafe. Ada pula acara piknik yang disebut "Akhir Pekan Kaum Sosialis", yang diselenggarakan jurnal De Socialist. Anak muda dari berbagai ras pergi berwisata ke Amersfoort, Arnhem, Assen, atau Kijkduin di tepi laut. </p><p>Pergaulan Sjahrir pun berputar kian cepat. Tas mengaku sempat kehilangan kontak beberapa lama. Belakangan, setelah berjumpa kembali, Sjahrir bercerita kepada Tas, dalam pencarian akan perkawanan radikal, dia bergaul dengan kaum anarkis kiri. Mereka menjaga diri untuk terbebas dari sistem kapitalisme dengan menghindar dari pekerjaan yang mencari untung. "Mereka bertahan hidup dengan berbagi apa pun, termasuk alat kontrasepsi, tapi tidak termasuk sikat gigi," tulis Tas. </p><p>Namun Sjahrir tak lama bergaul dengan kelompok itu. Dia melepaskan diri tanpa kekurangan suatu apa pun. Setelah keluarga Nuning Djoehana pulang ke Indonesia, Sjahrir tinggal di rumah keluarga Tas. Kiriman uang dari ayahnya telah berhenti. Maka Sjahrir pun bekerja pada Sekretariat Federasi Buruh Transpor Internasional. Dia bisa mendapat uang saku dan bisa mengenal kehidupan kaum buruh lebih dekat. </p><p>Apa yang dilakukan Sjahrir, menurut Tas, melebihi kebanyakan mahasiswa Indonesia di Belanda. "Paling-paling mereka membaca buku tentang organisasi, tapi tak seorang pun pernah hidup di dalamnya seperti Sjahrir," ujarnya. </p><p>Kesibukan berdiskusi dan berorganisasi tak ayal membuat kuliahnya terbengkalai. Konon, karena soal itu pula, Hatta mendorongnya pulang ke Tanah Air pada 1931. "Memang ada spekulasi, selain untuk memimpin PNI Pendidikan, Hatta menyuruh Sjahrir pulang karena khawatir melihat pergaulannya yang tak teratur," ujar sejarawan Rushdy Hoesein. </p><p>Muhammad Akbar Djoehana, akrab dipanggil Aki Djoehana, membantah spekulasi itu. Dia putra Nuning Djoehana, kini berusia 84 tahun, dan menetap di Mouvaux, Lille, Prancis. Menurut Aki, Hatta meminta Sjahrir kembali ke Tanah Air karena kuliahnya sendiri belum selesai. "Sjahrir setuju pulang untuk sementara," ujar Muhammad Akbar. "Setelah Hatta menyelesaikan studi, Sjahrir akan kembali ke Belanda untuk menyelesaikan kuliahnya," dia menambahkan. </p><p>Sejarah mencatat, Sjahrir tak pernah kembali ke Belanda. Berbagai sebab membuatnya senantiasa tertahan di Indonesia. Betapapun, tulis Tas, "Kepribadian Sjahrir telah berkembang dalam iklim Barat."<br /></p><p>Sumber : http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/09/LU/mbm.20090309.LU129714.id.html<br /></p>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-52458699432703570242010-12-27T19:33:00.000+07:002010-12-27T19:35:37.483+07:00Antara Tuschinski dan Stadsschouwburg<p>SUASANA kampus di kawasan Oudemanhuispoort alias Old Man's House, tepat di jantung Amsterdam, Belanda, pada sore dua pekan lalu itu begitu tenang. Para mahasiswa, yang baru selesai mengikuti kuliah, bergerombol di depan pintu masuk gedung yang berarsitektur klasik itu. </p><p>Menempati sebuah gedung bersejarah yang berdiri sejak 1602, Fakultas Hukum Universitas Amsterdam dikelilingi kanal-kanal dan jalan-jalan kecil berbatu. Fakultas ini merupakan impian mahasiswa dari seantero negeri, bahkan luar negeri, yang ingin mempelajari ilmu hukum. Tak aneh bila fakultas ini memiliki jumlah mahasiswa dan pengajar terbanyak dibanding fakultas lain. </p><p>Fakultas ini memiliki fasilitas lengkap. Perpustakaannya, misalnya, menyimpan jutaan buku. Suasana belajar juga sangat nyaman. Di sepanjang lorong-lorong gedung fakultas terdapat beberapa kios yang menjual buku-buku bekas berharga miring. Buku murah itu jelas amat membantu mahasiswa yang berkantong cekak. </p><p>Suasana asri kampus semacam ini, 80 tahun silam, tetap tak bisa membuat seorang pemuda berkulit cokelat, Sjahrir, betah berdiam di situ. Sejak kedatangannya ke Negeri Kincir Angin pada 1929, Sjahrir lebih banyak menghabiskan waktu di luar tembok kampus. Dunia luar, pertemuannya dengan orang dari berbagai bangsa, lebih menarik perhatiannya ketimbang kegiatan belajar dan diskusi di dalam ruang kuliah. </p><p>Pada usia yang baru menginjak 20 tahun, Sjahrir memang sudah mengecap kehidupan yang relatif modern saat bersekolah di Algemene Middelbare School di Bandung. Namun Amsterdam, kota di Benua Eropa itu, jelas lebih kosmopolitan ketimbang Bandung. Pergaulan antarmanusia di sana juga egaliter ketimbang di Hindia Belanda. </p><p>Amsterdam memang memikat pemuda Sjahrir. Maka, ketimbang mengikuti kuliah dan mengunjungi perpustakaan kampus, Sjahrir lebih sering ngelencer mendatangi pusat budaya atau tempat-tempat berkumpul mahasiswa. Salah satu lokasi yang sering ia kunjungi adalah bioskop alias Cinema Tuschinski di kawasan Rembrandtplein. </p><p>Gedung bioskop ini dibangun dengan gaya campur aduk antara Art Deco, Art Nouveau, dan aliran arsitektur Amsterdam yang sedang jadi tren pada awal 1900-an. Sampai kini gedung itu masih berfungsi sebagai bioskop komersial dan sering menjadi lokasi utama festival film, misalnya International Documentary Film Amsterdam. </p><p>Selain menyukai film, Sjahrir muda menggemari teater. Dan hanya satu blok dari Cinema Tuschinski terdapat gedung teater tua yang terkenal: Stadsschouwburg. Gedung teater ini terletak di daerah ramai Leidseplein, salah satu pusat kehidupan malam di Amsterdam. Di tempat ini Sjahrir sering menonton pertunjukan, baik sendiri maupun bersama teman. </p><p>Dari Fakultas Hukum Universitas Amsterdam, Stadsschouwburg bisa ditempuh dengan jalan kaki sekitar 20 menit. Bila naik sepeda, hanya makan waktu 10 menit. Kini di depan teater itu setiap dua menit lewat trem. </p><p>Gedung Stadsschouwburg sejatinya sudah berkali-kali runtuh dan berulang kali pula dibangun kembali sejak akhir abad ke-15. Bangunan yang kini berdiri terakhir kali "ditegakkan" pada 1894. Arsiteknya saat itu, Jan L. Springer, memilih membangun kembali dengan gaya ala Baroque Revival. </p><p>Sampai saat ini, Stadsschouwburg masih mementaskan sejumlah pertunjukan teater, pameran foto, pameran lukisan, dan beragam kegiatan budaya lainnya. Seiring perkembangan zaman, sarana transportasi untuk mengunjungi gedung teater itu semakin mudah. </p><p>Sejak pertama kali dibangun, teater ini menjadi tempat favorit masyarakat umum dan pelajar untuk kongko-kongko. Ini lantaran program budaya yang mereka tawarkan selalu memikat. Apalagi di sekitar gedung tersebut juga banyak tempat menarik. </p><p>Di bagian kiri gedung, misalnya, terdapat Jalan Marnixstraat, yang di seberangnya ada Hotel American, yang terkenal dengan bar dan kafenya. Di bar itulah Sjahrir dan teman-temannya biasa berkumpul. Cafe Americain, yang dibangun pada 1900 dengan gaya Art Deco, merupakan tempat berkumpul mahasiswa dari kalangan borjuis dan berduit. Kafe ini bukan kedai murah. </p><p>Masih di kawasan Leidseplein, terdapat jalan-jalan kecil yang juga dipenuhi kafe. Di salah satu jalan kecil, Lange Leidse Dwaarstraat, dulu terdapat Sociaal Democratische Studenten Club. Perkumpulan yang pernah diketuai sahabat Sjahrir, Salomon Tas, itu kini sudah tak ada. Namun suasana di sekitar tempat itu sampai kini masih terasa dinamis. Banyak anak muda menghabiskan waktu di antara kafe-kafe di sepanjang jalan tersebut. </p><p>Saat pertama kali datang, Sjahrir menumpang di flat yang disewa keluarga kakaknya, Siti Sjahrizad alias Nuning Djoehana, di kawasan Amsterdam Selatan. Daerah itu dulu dihuni masyarakat kelas menengah yang makmur. Kini tempat itu sudah berubah, banyak berdiri gedung pencakar langit. Setelah keluarga Djoehana pulang ke Indonesia, Sjahrir tinggal di rumah kecil milik keluarga Salomon Tas, masih di kawasan yang sama. </p><p>Mengikuti teman-temannya, Sjahrir kemudian pindah kuliah ke Leiden, satu jam perjalanan kereta dari Amsterdam. Leiden merupakan kota ilmu yang terpandang. Sjahrir mendaftar ke Leiden School of Indology, tempat sejumlah intelektual Belanda ternama, seperti Ch. Snouck Hurgronje, C. van Vollenhoven, dan G.A.J. Hazeu, mengajar. </p><p>Pergaulan luas Sjahrir dengan kalangan cendekiawan dan aktivis politik di Leiden meninggalkan bekas sampai sekarang. Namanya ditahbiskan sebagai nama jalan-kendati jalan kecil: Sjahrirstraat. Jalan ini melengkapi jalan-jalan lain untuk mengenang sejumlah tokoh dunia, seperti Ghandistraat, Martin Luther Kingpad, Salvador Allendeplein, dan Camilo Torresplein. </p><p>Sjahrirstraat, yang terletak di pinggiran Kota Leiden, merupakan area pembangunan permukiman baru untuk kalangan pekerja dengan penghasilan menengah ke bawah. Sayang, ketika Tempo bertandang ke kawasan itu dua pekan lalu, tak ada seorang pun yang mengenali bekas Perdana Menteri Indonesia ini. "Tapi saya tahu dia pasti orang terkenal juga, karena nama-nama di jalan ini adalah nama-nama orang terkenal," kata seorang warga yang kebetulan lewat. </p><p>Sarmadji, warga Belanda asal Indonesia yang sudah lama menetap di Leiden, punya penilaian terhadap Sjahrir. "Dia hanya bergaul dengan kalangan intelektual kelas atas. Jadi dia agak berjarak dengan kalangan bawah, walaupun dia berusaha untuk mengatasi itu."<br /></p><p>sumber : http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/09/LU/mbm.20090309.LU129713.id.html<br /></p>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-62993002025784261562010-12-27T19:31:00.000+07:002010-12-27T19:33:20.021+07:00Rumah di Kaki Singgalang<p>SJAHRIR lahir di Padang Panjang pada 5 Maret 1909. Namun datanglah ke Padang Panjang, coba tanya masyarakat, di mana Sutan Sjahrir dilahirkan. Ternyata banyak yang tak tahu. "Katanya memang dilahirkan di sini. Tetapi tempatnya itu kami tidak tahu, mungkin karena ayahnya hanya sebentar bertugas di Padang Panjang," kata Taufik Dt. Mangkuto Rajo, tokoh masyarakat di sana. </p><p>Jawaban yang sama juga datang dari aparat pemerintah Padang Panjang. "Kami enggak tahu persis di mana Sutan Sjahrir dilahirkan," kata Zulkarnain Harun, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata. Tempo baru mendapat ancar-ancar di mana letak rumah kelahiran Sjahrir ketika menghubungi Siti Rabiah Parvati, putri Sutan Sjahrir, yang akrab dipanggil Upik, di Jakarta. "Sekitar sepuluh tahun lalu, saya dan ibu saya berusaha mencari rumah kelahiran Ayah di Padang Panjang, dan ada yang mengatakan lokasinya di Pesantren Diniyyah Putri," kata Upik. </p><p>Tempo menuju Perguruan Diniyyah Putri. Letaknya di Jalan Abdul Hamid Hakim Nomor 30, Padang Panjang. Perguruan Diniyyah Putri adalah pondok pesantren modern khusus putri yang didirikan Rahmah El Yunusiyyah pada 1923. Pimpinan Diniyyah Putri kini, Fauziah Fauzan, 38 tahun, mengaku mengetahui ihwal rumah kelahiran Sjahrir saat duduk di bangku SMA. "Saat itu ibu saya bilang, aula kita itu dulunya tempat kelahiran Sutan Sjahrir. Ibu mendapat cerita itu dari nenek saya, Hussainah Nurdin." </p><p>Aula itu cukup luas. Namun tak ada satu pun petunjuk Sjahrir pernah dilahirkan di sana. Tidak ada foto Sjahrir yang dipajang di situ. Gedung pertemuan ini bulan lalu pernah menjadi tempat Ijtimaq MUI se-Indonesia, yang mengeluarkan beberapa fatwa, di antaranya larangan merokok dan larangan golput. </p><center><b>l l l</b></center> <p>Sementara di Padang Panjang jejak Sjahrir tak bisa ditemui, di Nagari Koto Gadang, sekitar 15 kilometer dari Padang Panjang, masih ada sedikit kenangan fisik masa kecil Sjahrir. Memasuki Koto Gadang di persimpangan jalan ada papan penunjuk arah ke jalan-jalan yang lebih kecil, ada yang bertulisan Jalan Sutan Sjahrir, Jalan Rohana Kudus, Jalan Agus Salim, dan Jalan Datuk Kayo. </p><p>Ayah Sjahrir, Muhammad Rasyad Maharajo Sutan, berasal dari Koto Gadang sementara ibunya, Siti Rabiah, dari Natal, Sumatera Utara. Ayah Sjahrir memiliki enam istri. Siti Rabiah ibu Sjahrir adalah istri kelima. Sejarawan Universitas Negeri Padang, Mestika Zed, mengatakan bahwa salah satu yang membentuk cakrawala intelektual Sjahrir tidak terlepas dari latar belakang keluarga modern ayahnya di Koto Gadang. Pada abad ke-19, di Koto Gadang, menurut Mestika Zed, Belanda membuat perkebunan kopi di lereng Gunung Singgalang dan Merapi. Sekolah-sekolah didirikan Belanda untuk mencetak tenaga kerja di perkebunan. Di Koto Gadang saat itu sudah ada tiga posisi karier pegawai negeri yang dianggap luar biasa di Hindia Belanda: angku doto (mantri), angku guru, dan angku jaksa. "Kakek Sutan Sjahrir (Lemang Sutan Palindin) dan ayah Sutan Sjahrir (Muhammad Rasyad Maharajo Sutan) adalah angku jaksa dan masuk ke kalangan elite pegawai Belanda," kata Mestika Zed. </p><p>Meski dari Padang Panjang kemudian keluarga Sjahrir tinggal di Medan, ia sering dibawa ayahnya ke rumah neneknya di Koto Gadang. Rumah nenek Sjahrir itu kini sudah lama menjadi rumah kosong. Terakhir ditinggali perajin perak. Saat Tempo ke sana tiga pekan lalu, rumah itu terkunci. </p><p>Bersebelahan dengan Jalan Sutan Sjahrir, ada Jalan Rohana Kudus. Rohana Kudus, wartawan perempuan pertama di Indonesia itu, adalah saudara tiri Sutan Sjahrir. Ia adalah putri Kiam, istri pertama ayah Sjahrir. Rohana Kudus juga anak pertama, sehingga Sjahrir memanggilnya One Rohana (kakak). Kini di rumah Rohana Kudus tinggal Adi Zulhadi, cucu Ratna, adik Rohana Kudus. Di dalam rumah yang sebagian besar masih bangunan asli itu, di ruangan tamu ada tiga foto Sutan Sjahrir yang tergantung di dinding, salah satunya foto Sutan Sjahrir di depan rumah Rohana Kudus saat sudah menjadi perdana menteri dan berkunjung ke Koto Gadang. </p><p>"Menurut cerita nenek saya, Sjahrir sering diajak ayahnya ke rumah ini, karena di sini banyak saudara perempuannya," kata Adi Zulhadi. Adi mengatakan, neneknya bercerita, saat Sjahrir datang tatkala sudah menjadi perdana menteri, rumah sangat ramai. "Rohana dan Sjahrir, katanya, sering berdiskusi tentang perkembangan politik," tutur Adi.<br /></p><p>sumber : http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/09/LU/mbm.20090309.LU129712.id.html<br /></p>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5965559457869011390.post-88228632664134580352010-12-27T19:30:00.000+07:002010-12-27T19:31:29.986+07:00Anak Minang Jago Menyerang<p>RUMAH panggung dengan halaman luas itu telah raib. Kompleks asri dengan pohon-pohon menjulang�yang dulu menjadi ciri permukiman di Jalan Mantri, Kelurahan Aur, Medan Maimun, Kota Medan itu tak lagi ada. Yang tinggal hanya barisan rumah�padat yang tak menyisakan halaman. </p><p>Dulu lingkungan Jalan Mantri dikenal sebagai permukiman kaum elite. Pejabat Belanda, juga�pribumi keturunan bangsawan berdiam di rumah sepanjang jalan itu. Di kompleks inilah Sutan Sjahrir, perdana menteri pertama Indonesia,�menghabiskan masa kecilnya. </p><p>"Rumah Sjahrir dulu di situ," kata Faskinar Rochman, 68 tahun, warga Jalan Mantri. Faskinar menunjuk bangunan beton bernomor 8 dengan pagar besi biru setinggi tiga meter. Sayang, bangunan ini sama sekali tidak mirip rumah asli Sjahrir. </p><p>Menurut Faskinar, keluarga Sjahrir tak lagi menempati rumah itu. Setelah kemerdekaan, adik Sjahrir menjualnya ke seorang pedagang keturunan Cina, bernama Lee Shang. Meski tak ditemukan jejaknya, beberapa warga usia lanjut di sana meyakini Sjahrir pernah bermukim di daerah itu. Namun hal itu tidak terdokumentasi. Badan Warisan Sumatera, lembaga yang peduli bangunan bersejarah pra-kemerdekaan, juga tak memiliki data tertulis tentang hal itu. "Kita hanya mendapatkan keterangan warga," kata Asmyta Surbakti, Wakil Ketua Badan Warisan Sumatera. </p><p>Medan kota kenangan Sjahrir semasa kecil. Di daerah kelahirannya, Padang Panjang, Sumatera Barat, Sjahrir hampir tak memiliki kenangan. Usianya baru setahun ketika ia meninggalkan kota itu dan bermukim di Jambi, mengikuti tugas sang ayah, Muhammad Rasyad, sebagai jaksa tinggi. Pada usia empat tahun, Sjahrir pindah ke Medan. </p><p>Tak banyak jejak Sjahrir yang terekam di Medan. Mrazek dalam Sjahrir:Politics and Exile in Indonesia (1994) menyebut Sjahrir dikenal sebagai anak lelaki terpandai keluarga Rasyad. Nilainya selalu 9 dari ujian berkala yang dilakukan ayahnya. Ia hanya lemah untuk urusan menulis indah. </p><p>Di usia enam tahun ia masuk Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah rendah Eropa, sekolah terbaik dan modern masa itu. Saat Sjahrir duduk di bangku ELS, Bibliotheek-perpustakaan untuk bangsa Hindia berbahasa Belanda-tengah gencar mencetak buku cerita anak. Di kemudian hari, Sjahrir mengaku membaca ratusan buku cerita itu. </p><p>Sjahrir beruntung mengenyam pendidikan di tengah perkembangan politik etis. Selain mendapatkan pendidikan ELS, setiap sore lelaki kelahiran 5 Maret 1909 itu juga mendapat pendidikan Islam dari orang tuanya. Dari ELS Sjahrir, yang lulus pada 1920, melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), juga di Medan. Sayang, dua sekolah itu tak lagi ada. Sekolah MULO itu kini hanya tanah kosong yang ditumbuhi rumput. Hairul dari Badan Warisan Sumatera menunjuk lahan kosong di depan Hotel Tiara, Jalan Cut Mutia, sebagi lokasi sekolah itu. Pada 1985, bangunan yang lantas menjadi SMP Negeri I Medan itu dirobohkan. Di sinilah dahulu Sjahrir mengenyam pendidikan menengah pertamanya dan lulus pada 1923. </p><p>Tak banyak sumber yang mengulas aktivitas Sjahrir di Medan. Mrazek mencatat Sjahrir penggemar sepak bola. Dia penyerang tengah yang andal. Di Hotel Ina Dharma Deli, Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Kota Medan, terdapat jejak Sjahrir yang lain. Di bangunan mewah yang dulunya cuma diperuntukkan bagi orang kulit putih dan bernama Hotel de Broer itu, "Sjahrir kerap mencari uang saku dengan bermain biola di sana," tulis Mrazek. Namun bukti dalam bentuk dokumen tak ditemukan. "Saya tidak memiliki pengetahuan tentang keberadaan Sjahrir di sini," kata Lintong Siahaan, pengelola hotel sepuluh lantai itu. </p><p>Gambaran tentang Sjahrir kecil memang banyak bersembunyi dalam ingatan orang per orang. Di Banda Neira, tempat pembuangan Sjahrir, Des Alwi mendengar ayah angkatnya bercerita tentang masa kecilnya. Ia pernah mencuri rambutan di rumah seorang kapiten warga Tionghoa bernama Chong Afi. Rambutan itu dipetik beserta tangkai-tangkainya dan disimpan di bawah tempat tidurnya. Namun aksi itu dipergoki sang ayah, Muhammad Rasyad, sehingga ia dihukum. </p><p>Setelah menamatkan MULO, pada 1926 Sjahrir berlayar ke Jawa dengan tujuan Bandung. Di kota ini ia menumpang di rumah saudara tirinya, Radena, di Jalan Dr. Samjudo. Ia mendaftar ke Algemene Middelbare School (AMS) jurusan Barat klasik-jurusan yang mengarahkannya jadi jaksa, sebagaimana ayahnya. Pada mulanya, Sjahrir bukan murid yang menonjol. Namun, dalam perkembangannya, ia memperlihatkan karakternya yang pandai bergaul, pemberani, dan mahir mendebat gurunya. </p><p>Menurut Des Alwi, nasionalisme Sjahrir tumbuh pertama kali, tatkala mendengar pidato Dr Cipto Mangunkusumo. Saat itu Dr Cipto, yang telah dikenal sebagai tokoh pergerakan, berpidato di satu alun-alun di Bandung. Sjahrir, yang hidup di lingkungan pro-Belanda karena ayahnya pegawai Belanda, semula kurang menyukai pergaulan dengan kaum pemberontak. Namun kawan sekelasnya, Boediono, membujuk, mengajaknya jalan-jalan serta makan sate. Dari situlah untuk pertama kalinya Sjahrir terpukau dengan semangat kebangsaan. Ia mulai aktif dalam perkumpulan pemuda kebangsaan, bahkan ikut membentuk perhimpunan "Jong Indonesie" dan majalah perhimpunan. Akibatnya, pemuda yang masih duduk di AMS itu dimata-matai polisi. </p><p>Aktif dalam politik tak membuat Sjahrir meninggalkan hobinya bermain bola dan berkesenian. Ia menjadi anggota Club Voetbalvereniging Poengkoer, perkumpulan sepak bola di tempat tinggalnya. Ia juga anggota klub sepak bola Luno, di sekolahnya. Lapangan klub di Jalan Pungkur itu kini telah berubah menjadi gedung dan rumah tinggal. </p><p>Selain itu, bersama teman sekolahnya ia mendirikan perkumpulan sandiwara bernama Batovis. Kelompok ini sering manggung di gedung Concordia, Gedung Merdeka sekarang. Sjahrir berperan sebagai penulis naskah, sutradara, sesekali menjadi pemain. Hampir tiap bulan mereka mementaskan sebuah lakon. Orang Belanda banyak menyaksikan pertunjukan ini, karena menggunakan bahasa Belanda. Ke dalam ceritanya banyak disisipkan ide kebangsaan dan kritik terhadap pemerintahan saat itu. </p><p>Sjahrir mempunyai banyak teman, termasuk pemuda dan noni-noni Belanda yang suka mengundangnya berpesta. Ia mahir berdansa waltz, fox trot, dan charleston. "Sjahrir tidak membenci orang Belanda, yang dibenci paham imperialisme dan kolonialismenya," tulis Syahbuddin Mangandaralam, dalam Apa dan Siapa Sutan Sjahrir (1986). </p><p>Satu kegiatan Sjahrir yang terkenal di kalangan pelajar AMS adalah kebiasaannya membaca Algemene Indische Dagblad (AID). Buletin yang ditulis dalam bahasa Belanda itu dipasang di jendela setiap pukul enam sore. Surat kabar itu dimaksudkan untuk pembaca warga Belanda. Karena itu ia kerap diusir polisi Belanda, yang melarang anak sekolah membaca berita tersebut. Bangunan itu hingga kini masih ada, di Jalan Braga II, Bandung. </p><p>Sjahrir bergerak hampir di semua bidang. Dalam pergerakan, ia juga mendirikan Tjahja Volksuniversiteit atau Tjahja Sekolah Rakyat, yang memberikan pendidikan gratis untuk kalangan jelata. </p><p>Sjahrir dan kawan-kawan juga mendirikan kelompok studi Patriae Scientiaeque, ajang diskusi politik. Menurut Des Alwi, Sjahrir pernah bercerita, telah menjadi tradisi di kalangan pelajar dan pemuda untuk melakukan debat tentang ide kebangsaan di setiap pertemuan. Bintangnya tentu mereka yang dikenal ulung berdebat.�Di situlah ia mengasah kemampuannya bersilat lidah.<br /></p><p>sumber : http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/09/LU/mbm.20090309.LU129711.id.html<br /></p>Love Indonesiahttp://www.blogger.com/profile/01681953394001619863noreply@blogger.com0