Satu Abad Sutan Sjahrir Bapak Sosialisme yang Melampaui Zamannya

Oleh : Herdi Sahrasad

Sutan Sjahrir adalah negarawan, inteligensia, inspirator bangsa, dan pejuang yang pemikiran dan visinya melampaui zamannya. Sudah terlalu lama Sutan Sjahrir, yang pernah berjuang bersama Bung Karno dan Bung Hatta, terlupakan atau dilupakan.

Sutan Sjahrir genap 100 tahun pada 5 Maret 2009 ini. Ironisnya, dia dirindukan tapi dilupakan, oleh negara dan bangsanya sendiri, yang diperjuangkan dan dicintainya sepenuh hati.

Jika revolusi sering memakan anak-anaknya sendiri, kini justru sejarah yang melupakan anak kandungnya sendiri. Seakan Sjahrir dilupakan meski dirindukan.

Sjahrir adalah perdana menteri (PM) pertama Indonesia dengan seabrek pengalaman dalam diplomasi di masa kemerdekaan, yang sungguh kurang dikenal generasi muda, pelajar, dan mahasiswa.

Dengan lirih Siti Rabyah Parvati Sjahrir, putri kedua mendiang Sutan Sjahrir, dalam konferensi pers "Peringatan 100 Tahun Sjahrir" di Jakarta Media Center baru-baru ini membisikkan kata-kata: 'Sayangnya, kebanyakan orang masa kini, generasi muda pada tingkat sekolah dasar hingga mahasiswa, tokoh sipil ataupun militer, guru sejarah, tidak mengetahui tentang Sjahrir.'

Sungguh, sejarah Sutan Sjahrir adalah sejarah marjinalisasi peran dan posisinya dalam lintasan politik Indonesia. Sebuah kisah peminggiran dalam sejarah 'Indonesia modern', republik di khatulistiwa yang dicintai dan diperjuangkan semasa hidupnya.

Sungguh, sebagai pejuang, inteligensia, negarawan, dan inspirator bangsa, Sutan Sjahrir telah memberikan hidupnya bagi Indonesia. Dan sekarang, tak ada lagi tokoh sekelas Sjahrir, termasuk para elite politik era reformasi terkini.

Siti Rabyah Parvati Sjahrir (Upik Sjahrir), putri mendiang Bung Sjahrir, sering melukiskan ayahnya sebagai pahlawan yang dilupakan oleh rakyatnya sendiri. Ini paradoks dan ironisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara era reformasi.

Semua itu seakan mengonfirmasikan kebenaran pandangan Ben Anderson dalam karyanya, Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance 1944-1945 (Cornell University Press, 1972), yang mencatat bahwa Sjahrir dan pengikutnya adalah kelompok intelektual yang teralienasi dari arus bawah, sekalipun pada saat-saat tertentu mampu menggunakan pengaruhnya.

Saya kira pandangan Anderson yang kontroversial itu tidaklah sepenuhnya benar. Sebab, Sjahrir terlibat revolusi, bahkan sejak usia sangat muda. Pada usia belasan tahun, dia sudah terlibat dalam gerakan kebangsaan memelopori Sumpah Pemuda Oktober 1928 dan bertahun-tahun dipenjara oleh Belanda.

Pandangan Anderson ini merupakan revisi atas pandangan sebelumnya dari karya klasik George McTurnan Kahin dalam Nationalism and Revolution in Indonesia (1952). Kahin mengemukakan, Sjahrir adalah tokoh paling berpengaruh dalam hari-hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Anderson mencatat sebaliknya, Sjahrir berada di luar arus utama revolusi kemerdekaan. Ini pun masih kontroversi.

Sjahrir, dalam persepsi saya, adalah tokoh yang punya pengaruh pada hari-hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan dan sesudahnya, dan fakta sejarah menyingkapkan bahwa Sjahrir berperan jelas dan tandas dalam arus perubahan masa kemerdekaan itu. Meskipun dia mungkin bukan sosok 'paling berpengaruh dan berperan'. Sjahrir tak pernah menuntut pengakuan itu, sama sekali tak perlu pengakuan itu.

Dia memang berada di bawah bayang-bayang kebesaran Soekarno dan Hatta. Namun, visi intelektualnya sangat jauh ke depan, mungkin melampaui Soekarno-Hatta itu sendiri. Seperti cahaya ufuk yang memancar ke arah kejauhan, menembus rimbun gelap dahan dan pepohonan.

Sjahrir, meminjam bahasa Kahin, adalah arsitek terjadinya pergeseran sistem pemerintahan pada November 1945 dari sistem presidensial menuju parlementer. Meskipun Ben Anderson melihat pergeseran sistem itu sebagai 'silent coup' (kudeta diam-diam) dari kubu Sjahrir. Benarkah demikian? Para sesepuh kita sering menyingkapkan bahwa Soekarno-Hatta secara sadar memberikan kesempatan Sjahrir karena pertimbangan kompleksitas keadaan di dalam dan luar negeri waktu itu, dalam kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia, negeri yang sebelumnya dijajah fasisme Jepang.

Beragam Interpretasi

Toh yang pasti, di mata John Legge, profesor saya di Monash University, Australia, pemikiran Sjahrir mempunyai makna dalam beragam interpretasi. Makna pemikirannya itu bukan terletak pada perannya sebagai sebuah organisasi politik, melainkan pada fakta bahwa dia merepresentasikan suatu aliran moral dan politik yang bersumber dari nilai-nilai kehidupan bangsa kita. Dia memperjuangkan human dignity, martabat manusia dengan segala suka dukanya.

Dalam momentum 100 tahun Sutan Sjahrir, 5 Maret 2009 (besok), hendaknya peran dan posisinya dalam perjuangan Indonesia mendapat tempat proporsional. Banyak kalangan yang tidak mengenal Sjahrir karena minimnya informasi memadai mengenai Bapak Sosialisme Indonesia itu. Padahal, Sjahrir merupakan perdana menteri pertama Indonesia dan seorang diplomat ulung pada masanya.

Seperti diartikulasikan Upik Sjahrir, banyak anak SD, SMP, dan SMA yang tidak mengenal Sutan Sjahrir. Bahkan, ada yang mengira beliau adalah Sutan Takdir Alisjahbana. Ini karena informasi yang sangat sedikit mengenai Sjahrir.

Di masa perang kemerdekaan, Sjahrir menulis dalam salah satu pamflet: 'Pemerintahan harus di- demokratiseer. Sesudah proklamasi dikumandangkan, pamflet tersebut makin sering ditulis. Menurut Sjahrir, di masa hidupnya dulu, risalah itu adalah ikhtiar mengupas perkara pokok dalam perjuangan.'

Pamlet Sjahrir berjudul Perjuangan Kita yang mengingatkan bangsa ini untuk berjuang mengatasi kolonialisme, fasisme, feodalisme, dan totaliterisme, membuat Sjahrir pasti berseberangan dengan semua pemimpin otoriter di republik ini. Sjahrir tak menolak persatuan dan kesatuan secara rasional, namun dia menentang persatuan dan kesatuan secara represif dan otoritarian. Semoga.

*Penulis adalah Associate Director The Freedom Foundation dan Center for Islam and State Studies (Pusat Studi Islam dan Kenegaraan- PSIK) Universitas Paramadina di Jakarta

Sumber : www.padang-today.com/?mod=artikel&today=detil&id=335